2.Playboy

Dira keluar dengan langkah cepat tidak menggubris perkataan bosnya lagi. Jika tidak segera keluar mungkin Dira tidak bisa menahan emosinya yang meluap karena telah dipandang remeh.

Masalahnya telah selesai, Dira telah mempertanggung jawabkan kesalahannya.Tidak bisakah Danish menghargainya sedikit?

Bahkan wanita secantik apapun tidak bisa membuat Danish jatuh cinta. Apalagi dengan seorang Dira yang sangat cupu tersebut, sangat mengganggu pemandangannya. Danish telah biasa dengan gadis cantik dan seksi yang wira-wiri di kehidupannya.

Memang benar, siapa yang tidak terpukau dengan ketampanan Danish Bastian Abraham? Selain tampan juga kaya. Namun di usianya yang sudah berumur 30 tahun, Danish juga masih belum mau menikah.

Disisi lain Dira melangkah ke toilet. Tidak ada seorang pun di sana. Dira bisa meluapkan rasa kesalnya. Sambil melihat cermin. Dira menatapnya. Ada apa dengan penampilannya?Mengapa bosnya mempermasalahkan soal penampilannya yang wajar? Dira bertanya-tanya kepada cermin di hadapannya.

Dira sangat kesal, mengingat bagaimana Danish memakinya, meremehkannya. Dira masih mengingat kejadian saat bertabrakan dengan seseorang di luar kantor, mungkin menyebabkan filenya terjatuh di sana. Dira tidak pernah melupakan hal sepenting itu. Dira tidak seceroboh itu. Hari ini benar-benar sial.

" Aaaa....bener-bener sial! " Dira berteriak di depan kaca meluapkan rasa kesalnya yang menyulut.

"Isttt...berisik deh Dir..." Ucap karyawan wanita yang tiba-tiba keluar dari salah satu toilet. Dira sedikit menjadi terkejut, karena ternyata di dalam toilet bukan hanya ada dirinya saja.Tapi untungnya dia Friska. Friska adalah teman dekat Indira di kantornya. Lebih tepatnya sudah seperti teman rasa saudara dengannya.

" Eh..aku kirain gak ada orang."Ucap Dira melihat ke arah Friska.

" Kenapa sih lo? ngedumel sepagi ini." Tanya Friska berjalan ke samping Dira yang berada di depan kaca sambil memperbaiki riasannya. Friska bisa di bilang cantik dengan riasan sedikit mencolok dan penampilannya yang stylist.

" Itu bos baru, sumpah nyebelin banget." Ucap Dira masih menggeram.

" Ha..nyebelin kenapa? lo salah nyebutin. Mungkin maksudmu tampan banget kali!" Ucap Friska sambil memoles lipstiknya yang berwarna merah di depan kaca dan mendengar celotehan Dira.

" Tampan dari mana? kaku gitu. Sialnya lagi, file makalah aku jatuh. Waktu pas mau berangkat ke ruang meeting." Ucap Dira sambil menepuk jidatnya.

" Tapi lo bisa ngatasin kan?" Ucap Friska yang sekarang memoles kulit wajahnya menggunakan bedak. Friska sangat tau tentang Dira yang benar-benar berkompeten, bahkan Friska juga sering meminta bantuannya.

" Tentu! Tapi bukannya terima kasih malah aku di marahin dan di remehkan." Ucap Dira melipat ke dua tangannya di depan dada.

" Emang bos ganteng bilang apa?" Tanya Friska tidak berhenti sibuk memperbaiki penampilannya yang masih rapi.

" Dia selalu mempermasalahkan penampilanku. Apa masalahnya? Ini masih wajar kan." Ucap Dira di depan cermin.

" E..apa gue bilang. Sudah dulu kan aku bilang sama kamu Dir buat ubah gaya lo itu. Bos kamu sekarang bukan pak Abraham lagi. Tapi anaknya yang masih seumuran kita. Pasti dia sangat pemilih dalam hal standart penampilan untuk sekretaris yang di lihatnya setiap hari." Jelas Friska. Friska selalu memberi saran kepada Dira untuk mengubah penampilannya. Namun memakai lipstik berwarna natural saja Dira tidak tertarik.

" Apalagi loh udah umur berapa coba? Masak sampai sekarang gak punya pacar. Terus kapan nikahnya?" Tambah Friska mengingat umur temannya yang tak lagi muda. Umur Indira sekitar 28 tahun.

" Lo aja yang pacaran lama gak nikah-nikah. Terus pak Danish yang menurut lo ganteng, sukses, juga belum menikah!" Jelas Dira.

" Apa pak Danish masih belum menikah?" Ucap Friska langsung terbelalak tak percaya.

" Ia kenapa? Jangan bilang lo mau deketin dia?" Ucap Dira memandang sahabatnya yang sepertinya masih menatap dirinya tak percaya.

"Lo tau darimana pak Danish belum menikah?Kayak kenal lama aja sama pak Danish." Ucap Friska.

" Please deh Fris..aku kan sekretarisnya pak Danish. Aku tadi liat riwayat hidup pak Danish." Ucap Dira menggeleng kepalanya.

" Oia...kesempatan emas Dir." Ucap Friska tersenyum renyah. Seakan di balik senyumnya ada niat terselubung.

" Jangan macem-macem Fris. Dia sepertinya playboy. Aku pernah lihat pak Danish sebelumnya di mall. Dan bermesraan dengan wanita yang beda-beda." Jelas Dira menatap sahabatnya yang mulai tadi terlihat bahagia.

" Panteslah playboy. Pak Danish ganteng gitu. Aku aja mau jadi giliran cewek yang deket sama dia." Ucap Friska blak-blakan. Dira langsung terbelalak dengan ucapan Friska.

Friska kalau masalah ada pria ganteng langsung tancap gas. Walaupun dirinya sudah tak single lagi. Kadang sikapnya membuat pertengkaran di hubungan mereka. Dira pun yang telah biasa dengan sikap sahabatnya ini, hanya mampu menggelengkan kepalanya.

...****************...

Dira kembali ke tempat duduknya. Yaitu di depan ruangan Danish. Dira masih terpaku di depan laptopnya sambil menyelesaikan tugasnya yang menumpuk. Menurut Dira sepertinya Danish sengaja memberi tugas sebanyak ini untuknya. Tapi Dira pasti bisa menyelesaikan secepat mungkin.

Beberapa jam kemudian, seorang wanita cantik dan seksi berjalan di depan Dira.

" Maaf nona, ada yang bisa saya bantu." Ucap Dira langsung berdiri menyapa tamu. Tapi tamu wanita tersebut melihat Dira dari atas ke bawah.

" Aku mau ketemu bosmu. Apakah Danish ada di dalam?" Ucap wanita cantik tersebut. Ini sudah ke dua kalinya wanita cantik berbeda masuk dalam ruangan bosnya. Sepertinya tak ada daftar klien saat ini. Lalu siapa wanita-wanita ini? Dira mulai mengernyitkan dahinya.

Beberapa jam kemudian Dira telah menyelesaikan beberapa tugasnya dan harus meminta persetujuan Danish atau lebih tepatnya tandatangan Danish. Dira sedikit resah berfikir, apakah dirinya harus masuk? di dalam ruangan tersebut ada Danish dan wanita cantik. Dira takut menganggunya.

Tok...

Tok...

Tok...

" Pak...apakah saya boleh masuk?" Ucap Dira di luar pintu.

" Tentu..masuk saja." Ucap Danish.

Lalu Dira masuk dan merasa canggung, tatkala melihat bosnya dengan wanita yang duduk di pangkuannya. Apakah pemandangan ini pantas!

" Pak ni hasil pekerjaan saya. Butuh persetujuan bapak disini." Ucap Dira menunjuk pada sebuah file yang harus Danish tandatangi.

"Sayang sebentar dulu." Ucap Danish tersenyum kepada wanitanya. Wanita tersebut sebelum berdiri dari pangkuan Danish masih sempat mencium pipi Danish di depan Dira. Dira terhenyak, pemandangan apa yang sedang di lihatnya. Bosnya memang benar-benar tidak tau tempat.

Dira yang mulai tadi berdiri menunggu Danish selesai tandatangan langsung bergerak pergi. Menurut Dira sungguh pemandangan yang tidak pantas. Bisa-bisanya Danish bermesraan di depannya.

" Dasar playboy kutu kumpret...Emangnya ini tempat memadu kasih apa? Ini kan perusahaan. Emang sih ini perusahaan miliknya. Maksudku milik bokapnya. Tapi kan gak wajar dia berciuman di depanku." Batin Dira. Dira tak henti-hentinya mengumpat sikap bosnya yang playboynya gak ketulungan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!