Setelah menunaikan shalat 'isyak , Aku baru pulang dari masjid. Saat aku melewati dapur, ternyata semua orang di rumah ini sedang menyantap makan malam. Aku lihat sekilas, sepertinya mereka masak masakan enak. Disana juga ada Mawar ikut makan bersama.
Mas Farhat melihat ku, Tapi tidak menyapa. Aku pun diam, melanjutkan langkah ku menuju ke gudang.
"Bu... kenapa nggak ajak Kak Anies makan?" Ku dengar Dino menyelutuk.
"Ngapain?? biarin aja... Dia sudah dewasa, tahu sendiri lah cara cari makan kalau laper "
"Ya tapi kan kasian Bu,,, kalau dia kelaparan gimana ?" Dino masih peduli dengan ku.
"Din... Kamu tidak usah memikirkan orang lain, yang penting sekarang kamu bisa makan enak. Itu pun karena Kak Mawar yang belanja untuk kita semua, kalau Kak Anies? kapan pernah belanjain kita makan enak seperti ini ??" Yasmine menyampuk.
"Betul itu... yang ada numpang terus sama kita, Iya nggak ?" Ibu mertuaku menyahut.
Kakiku terasa gemetar, tak sanggup rasanya untuk melanjutkan masuk ke dalam gudang. Jadi.. Selama ini pengorbananku tak pernah berarti apapun Dimata mereka.
"Bu... Iya gimana Kak Anies mau punya uang untuk beli makanan enak untuk kita Bu, dia sendiri kan pagi-pagi sibuk masak, nyiapin sarapan, Terus ke pasar, Nyuci baju Kita semua. Nyapu.. Ngepel... Kalau Kak Anies kerja sama seperti Kak Mawar, pasti dia punya uang untuk membeli makanan enak untuk kita "
Kepala ku langsung menoleh ke belakang mendengar pembelaan Dino padaku. Tak ku sangka, Ada juga orang di rumah ini yang masih peduli dengan ku.
Tak ku dengar jawaban dari orang-orang di dalam ruang makan itu, semua terdiam oleh ucapan seorang Dino yang masih berumur 15 tahun.
"Sudah sudah... Tidak baik bicara saat sedang berhadapan dengan makanan, Dino.. cepat selesaikan makanmu" Bapak mertuaku menengahi. Tentu dia pun panas mendengar ucapan anak bungsu nya itu.
Aku tersenyum getir, ku lanjutkan langkah ku yang tertahan masuk ke dalam gudang. Tempat istirahat ku sekarang.
*
*
Adzan subuh berkumandang, Aku yang memang sudah terbiasa bangun pagi sebelum penghuni rumah ini bangun. Dengan cepat mempersiapkan semua keperluan ku untuk pergi ke kantor.
Semalam aku sudah janjian dengan supir sekaligus tukang kebun di rumah pribadi ku. Bahwa aku minta di jemput ke masjid dekat rumah Mas Farhat usai sholat subuh.
Dan benar saja, rupanya supir ku sudah ada di masjid yang ku maksud ketika aku baru saja tiba.
"Nyonya..." Komang meluruh menghampiri." Apa Nyonya baik-baik saja ??"
"Aku baik-baik saja Mang " Ku jawab disertai senyuman.
"Jangan menipu Komang Nyonya, saya yakin ada yang tidak beres. Tidak biasanya Nyonya minta di jemput " Komang masih terlihat mencemaskan diri ku.
"Sudah lah .. tidak perlu di bahas, nanti kamu akan tahu sendiri. Ayo kita sholat dulu Mang" Ajakku mengalihkan topik pembicaraan.
"Baik Nyonya..." Komang mengangguk setuju, Komang adalah orang Bali asli. Tapi karena dia ikut agama istri nya , Jadi dia menjadi seorang muslim sekarang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV FARHAT
Pagi ini, adalah hari pertama bagiku tanpa pelayanan Rengganis istri ku. Rasanya sangat lain, biasanya pakaian ku sudah rapi di atas kasur. Aku siap mandi tinggal makek aja. Dan ada secangkir kopi lengkap dengan kudapan ringan.
Tapi sekarang?? Aku harus menyiapkan bajuku sendiri. Aku sedikit bingung, Dimana letak ce-lana da-lamku?? Dasi?? dan kaos kaki ??
HUFFFFF... ini sungguh mengesalkan. Tapi mau gimana lagi ?? Aku harus terbiasa dengan semua ini sampai aku menikah dengan Mawar. Wanita karir yang ku pacari, dia adalah tim eksekutif di kelompok ku. Jabatannya sejajar dengan ku... Sejak bergabung nya Mawar, kinerja kelompok ku semakin meningkat. Banyak orderan yang datang sehingga pabrik tekstil tempat aku bekerja semakin maju dengan pesat.
KRING KRING
Bunyi ponsel ku membuat ku tersentap dari angan. Ku ambil ponsel yang tergeletak di atas kasur. Ternyata dari Mawar... Kekesalan ku langsung hilang seketika saat itu juga.
"Ya sayang..." Sapaku mesrah.
"Mas...Barusan Bu Desi nelpon, katanya kita ada rapat jam delapan pagi"
"Apa?? yang bener ?? kemarin Bu Desi nggak ngomong apa-apa sama aku" Aku merasa ini sangat tidak wajar.
"Namanya juga dadakan Mas, cepet ya Mas.. sekalian jemput aku kita berangkat sama-sama "
"Emmm baiklah... lima belas menit lagi aku nyampe " Janjiku.
"Ok.. Aku tunggu Mas ... see you "
"See you to"
Kamu memutuskan talian hampir bersamaan.
"Tumben sekali Bu Desi ngajak rapat dadakan gini" gumamku pada diri sendiri, Saat itu juga ucapan Rengganis terngiang-ngiang di telinga ku.
Kalau bukan karena aku, Mas Farhat tidak mungkin ada diposisi nya sekarang Bu!
"Kenapa Anies bisa ngomong begitu ya?? padahal dia kan bukan siapa-siapa di perusahaan tempat ku bekerja " Aku bergidik juga saat mendengar ucapan Rengganis. Tapi kalau di pikir-pikir Rengganis itu siapa? bukan siapa-siapa. Benar kata Ibuku, dia sombong. Mungkin kata-kata itu keluar saat dirinya direndahkan. Dan batinnya tidak bisa terima itu, Padahal dia memang tidak bisa apa-apa. Sudah yatim-piatu, miskin lagi.
Kalau saja dia bisa di ajak bicara baik-baik, Mungkin aku masih bisa menjadi kan dia istri. Hitung-hitung ada pembantu gratisan di rumah hehehehe.
Ku lajukan mobil Ayra hitam ku yg masih kredit menuju rumah Mawar. Kedatanganku ternyata sudah ditunggu gadis cantik ku di depan rumah nya. Melihat kelibat mobil ku yang sangat dikenalnya, Ia tersenyum terlihat berlari kecil menghampiri.
"Ayo cepat Mas" Ia membuka pintu dan langsung duduk di samping ku.
"Kok perasaan ku jadi deg-degan ya sayang" ujarku.
"Ah biasa aja kali, mungkin ada hal penting yang akan dibahas mengenai model baru musim lebaran tahun ini Mas"
"Bukan itu maksud ku sayang..."
"Terus ??"
Mimik wajah Mawar yang bertanya-tanya membuat ku geli.
"Kau cantik sekali hari ini, membuat jiwa kelelakianku meronta-ronta "godaku yang langsung mendapatkan pukulan manja di bahuku.
"Ah Mas bisa aja ..." Ia nampak tersipu malu" Kalau emang sudah nggak sabar, cepetan dong ceraikan istri mu secara hukum. Aku juga sudah tidak sabar untuk bisa bersanding dengan mu Mas"
Suara lembut Mawar membuat ku terpesona.
"Iya sayang, Aku kemarin sudah meminta bantuan teman ku untuk mengurus nya. Jadi hari ini pasti sudah di proses"
Mawar tersenyum tipis, tangannya mengelus pahaku yang spontan membangunkan burung ku.
"Sayang... bangun nih" rintih ku sambil terus mengemudi.
"Mau liat dong " rayunya manja.
"Kita ada rapat sayang, Kalau tidak?? sudah ku bawa kamu cek in"
Hahahahahahaha
Mawar tertawa lepas...
"Nggak sabaran banget deh kamu Mas"
"Kamu sih...."
"Sudah-sudah... fokus saja nyetir, Jangan sampai kita terlambat "
Aku mengiyakan, burung yang hampir hilang kontrol. Perlahan ku tidur kan kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
V3
tggu ja kalian
2024-06-19
0