Bab 4

Beberapa hari terlihat Safira tidak ada di kelas, membuat Diva tidak bisa konsen dalam pelajaran dan khawatir dengan gadis tersebut. Diva kembali mengenang pertemuan pertamanya dengan Fira. Saat itu gadis manis dengan kuciran rambut setengah diatas sedang duduk di kantin sembari menikmati lemon tea ice dan seporsi batagor. Sendirian. Tanpa ditemani kedua temannya.

     "Hayy..." sapa Diva sembari duduk dan memegang semangkok bakso, "boleh duduk disini?" sambungnya lagi.

     "Eh hay, silakan duduk aja" senyum gadis itu mempersilakan duduk di sebelahnya.

     "Btw, kamu sendirian aja nih disini? Temen-temenmu kemana?" tanya Diva sembari meniup kuah bakso yang masih panas.

    "Aku nungguin cowokku, katanya dia mau nyusul ke kantin tapi belum dateng" ungkap gadis itu sembari menoleh ke kanan kiri sekitar kantin.

    "Ohh..." ucap Diva singkat sembari menyendok baksonya ke mulut.

Perkenalan dimulai. Yup. Diva berkenalan dengan gadis manis itu bernama Safira Wijaya. Entah kenapa dari perkenalan singkat itu Diva mulai tertarik, tapi dia sadar diri bahwa cewek yang menarik hati itu sudah punya kekasih. Kemudian mereka mengobrol satu sama lain. Suara bel masuk membuyarkan lamunan Diva, dia tersenyum gemas sembari mengingat pertemuan dengan Safira Wijaya. Sebelum masuk kelas, Diva menuju ruang BK dan meminta agar hukuman Fira dicabut. Tapi Bu Nita menolak bahwa Fira tetap bersalah, kemudian Diva menunjukkan bukti di ponselnya, sebuah video yang jelas menunjukkan Rangga yang memulai penyebab pertengkaran terhadap Fira terlebih dahulu. Video tersebut juga ada Fay yang juga terlibat. Diva merekam semuanya hingga peristiwa Fay menjambak rambut Fira.

       "Jadi benar, yang salah Fay dan Rangga. Kenapa masalahnya seperti itu?" tanya Bu Nita dengan ekspresi terkejut setelah melihat video dari hp Diva.

Diva menjelaskan permasalahannya secara detail pada Bu Nita. Beliau mendengarkan dengan seksama dan tanpa memotong penjelasan dari Diva.

      "Jadi permasalahannya begitu, Safira di fitnah mereka. Sebelum kamu melapor kesini, Ayah Safira juga kesini tapi Saya meminta barang bukti dari beliau tapi beliau tidak punya. Kemudian Ibu tidak mencabut skorsing nya" Bu Nita menjelaskan," seharusnya Ibu percaya kalo memang Safira disini tidak bersalah" sesal Bu Nita.

         "Saya mengenal Safira sebagai cewek yang baik-baik Bu, mana mungkin dia melakukan semuanya. Justru mereka yang sering menyerang Fira di kelas" kata Diva menambahkan.

     "Baik Divandra, laporanmu Saya terima. Ini Saya sudah mencabut skorsing Fira karena dia tidak bersalah, nanti kamu antarkan suratnya ke orangtua Fira ya" pesan Bu Nita penuh senyum sembari menyerahkan surat pencabutan skorsing. "Oh iya, satu lagi. Ini tolong berikan kepada Rangga dan Fay untuk surat skorsing nya ya. Habis ini Saya minta tolong untuk panggilkan mereka ke ruangan Saya" perintah Bu Nita.

        "Baik Ibu, Saya kembali ke kelas dulu. Terima kasih bu, sudah mencabut skorsing Fira" pamit Diva dengan sopan dan tak lupa mencium tangan Bu Nita dengan hormat.

          "Iya Divandra, sama-sama. Terima kasih sudah menjelaskan kejadian di kelas" balas Bu Nita.

Diva kembali ke kelas dengan wajah penuh senyuman dan lega.

                             ◇◇◇◇◇◇

Sementara aku yang masih menjalani skorsing di rumah tetiba teringat perselingkuhan antara Rangga dan Fay. Sekitar 3 bulan yang lalu.

Aku yang awalnya mencari Rangga di kelas tidak ada, lalu mendengar suara Rangga dan seorang cewek di gudang sekolah. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan mereka, kuhentikan langkahku untuk mendengarkan lebih jelas sembari memantau mereka dari jauh. Aku terkejut mengetahui cewek tersebut itu"Fay...." aku refleks menyebutkan namanya lalu cepat-cepat membungkam mulutku sendiri.

    "Rangga, kapan kamu mutusin Fira. Aku nggak sabar jadi pacarmu" ucap Fay manja.

     "Sabar lah, mutusin dia nggak segampang itu" ucap Rangga sembari mengecup tangan Fay, "lagian dia kan juga sahabatmu. Masa kamu tega tikung dia?" Rangga melanjutkan ucapannya.

     "Yang tega kamu. Diem-diem gini deketin aku. Nggak takut ketahuan Fira" ucap Fay dengan ekspresi pura-pura cemas.

    "Ah, dia lama-lama nggak menarik juga. Kamu pasti jadi pemenangnya lah" ucap Rangga sembari mengerlingkan mata genit kearah Fay.

Fay tersipu mendengar gombalan maut dari Rangga. "Aku nggak sabar lihat kalian putus dan kamu jadi pacarku" Fay tersenyum evil.

     "Aku juga nggak sabar kita jadian" ucap Rangga sembari mencuri ciuman Fay.

Fay membalas mencium bibir Rangga. Pelan dan lembut. Dan yang pasti disertai jantung berdebar karena takut ketahuan teman atau guru. Sekitar 30 menit ciuman itu berlangsung.

Rangga melepaskan ciumannya dan melihat wajah Fay memerah,"Maaf, aku mencuri ciumanmu."

    "Nggak apa, aku suka ciumanmu" ungkap Fay malu-malu.

Rangga terlihat salah tingkah dan mencium bibir Fay sekali lagi dengan nafsu yang tinggi. Ciuman itu turun ke leher dan hampir saja turun lagi pada bagian dada Fay, tapi terhenti karna aku tidak sengaja mendorong pintu gudang sekolah dan tiba-tiba terbuka.

Aku refleks terkejut melihat adegan itu di depan mata. Hatiku benar-benar sakit. Langsung saja ku hampiri mereka untuk melabraknya.

       "Ohhh, maaf aku melihat adegan dewasa disini" sindirku pada mereka.

      "Fi...fi..ra...." kejut Rangga dan Fay gelagapan sembari menghentikan aksi ciumannya.

      "Kenapa berhenti, lanjutkan saja" kesalku menahan airmata siang itu,"nggak nyangka ya kalian bisa setega itu sama aku" aku melanjutkan dengan nada emosi.

      "Aku dari tadi nungguin kamu di kantin Rangga, katanya suruh nunggu di kantin saja, tapi nggak dateng-dateng. Aku jenuh dan akhirnya mau balik kelas, tapi ternyata saat aku ingin kembali ke kelas melihat gudang sekolah terbuka. Ternyata kalian enak-enakan ya dibelakangku."

       "Fay.... kamu itu sahabat aku, tapi tega

juga ya sama aku. Bener-bener nggak nyangka sama kalian. Udahlah lanjutkan saja hubungan kalian, aku sama Rangga PUTUSSS!!!!!!!" marahku tak tertahan.

Mereka benar-benar diam seribu bahasa. Sebelum meninggalkan mereka, aku berpesan'Aku mundur dari hubungan persahabatan dan percintaan kali ini. Semoga kalian bahagia selamanya dan jangan sampai mengganggu kehidupanku lagi!'

Aku meninggalkan mereka berdua yang sedang berdiri mematung di gudang penyimpanan barang-barang sekolah.

Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk tidak menangis tapi ternyata hati nggak bisa berbohong. Airmataku tumpah-setumpahnya saat berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Patah hatiku siang ini melihat sahabat dan kekasihku bermesraan di gudang sekolah. Aku merasa bodo amat saat teman-teman lainnya melihatku dengan berlari sembari menangis.

Fiki melihatku yang keluar dari kamar mandi terkejut. Kebetulan Fiki juga mengantre kamar mandi.

    "Fik, sakit Fik...." tangisku langsung memeluk Fiki.

      "Fir, are you oke. Ada apa denganmu?"Fiki terkejut.

Tangisanku semakin kencang. Saat itu juga Fiki membawaku ke UKS dan meninggalkanku sementara untuk membeli air mineral di kantin.

Aku semakin menangis, entah sampe kapan airmatanya habis. Tanpa di sadari mataku bengkak siang itu.

Sementara, Diva yang bertugas piket jaga UKS karena dia PMR memasuki ruang UKS. Dia terkejut melihat bed di ruang UKS ada orangnya

Setelah dilihat ternyata....

     "Eh hay, kok disini" sapa Diva.

Yang disapa belum tahu kalo itu Diva. Kemudian beberapa menit kemudian Fiki datang membawa air mineral botol.

     "Kenapa temen Loe?" tanya Diva penasaran

Fiki hanya mengendikkan bahu sembari menyodorkan air mineral padaku.

   "Minum dulu gih, baru cerita" ucap Fiki.

Aku mengangguk kemudian meminum air mineralnya."Thanks" ucapku singkat.

Entah kenapa, aku merasa Diva dari tadi mengamatiku. Saat aku balas menatap wajahnya malah dia tersenyum kearahku, aku salah tingkah sekali dan rasa jantungku berdegup kencang.

    "Lhoh Div, kok kesini?" kejutku mengalihkan rasa salah tingkahku.

    "Kalian saling kenal?" Fiki tak kalah terkejut

Aku dan Diva kompak menggangguk.

    "Aku ada piket jaga UKS hari ini. Eh ada kamu lagi tiduran sampe mata sembab gitu. Kenapa??" tanya Diva.

Tanpa pikir panjang aku menceritakan kejadian detailnya kepada mereka.

     "Astagaaaaaaa.... jadi mereka berdua bener-bener selingkuh?" kejut Fiki.

     "Selingkuh gimana maksudmu?" tanyaku masih belum paham.

Fiki bergantian menceritakan kejadian saat Rangga yang diam-diam suka antar jemput Fay, kemana-mana berdua, nyamperin ke kelas Fay serta sering ngajakin ke gudang sekolah.

Hatiku semakin hancur saat mendengar penjelasan dari Fiki. Aku benar-benar tidak bisa memaafkan perbuatan mereka.

      "Fik, izinin aku dari mata pelajaran  Pak Jeremi ya. Bilang aja aku nggak enak badan. Aku pusing sekali, mau istirahat" ucapku saat merasakan berat di kepala.

     "Iya, kamu baik-baik aja di UKS. Tenangin dulu pikiranmu" angguk Fiki dengan senyuman.

Fiki berpamitan denganku dan Diva lalu masuk ke kelas. "Divandra, jagain temenku yaa. Awas jangan sampe diapa-apain" ancam Fiki.

Diva tertawa saat Fiki berkata demikian," Tenang, temenmu aman ditanganku."

    "Hihhh Fikiiiii, rese lu ya" sungutku yang terselip rasa salah tingkah.

Diva semakin tertawa, kemudian kembali ke wajah sok perhatian.

    "Gimana kamu sekarang? Udah enakan?" tanya Diva padaku.

    "Cuman tinggal pusing dikit aja sih" ungkapku.

Diva langsung mencarikan sesuatu di kotak P3K. "Nih gosok pinggir jidat kalo masih pusing" ucap Diva sambil menyodorkan obat gosok pereda pusing.

        "Thanks Div, aku coba gosok di jidat" ucapku.

Suara ketokan pintu kamar membuyarkan lamunanku tentang Rangga dan Diva.

        "Fira, ada temen-temenmu tuh" ucap Mama dari balik pintu, yang ternyata beliau baru saja pulang kerja.

        "Ya Maaaa" balasku singkat.

Aku segera beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar.

Oya, saat aku dinyatakan sedang di skorsing sama Bu Nita. Mama dan Papaku tidak marah. Karena aku hanya di fitnah Rangga. Sebelumnya Papa sudah ke sekolah dan mengatakan bahwa aku memang tidak bersalah. Tapi Bu Nita tetep kekeuh kalo aku yang salah. Bahkan Bu Nita meminta hasil bukti bahwa aku benar-bener tak bersalah, maka dari itu aku masih di rumah dan belum berangkat ke sekolah.

       "Siapa Ma?" tanyaku.

       "Sudah, temuin saja mereka di ruang tamu ya" senyum Mama.

       "Oke, Fira turun dulu Ma" balasku tergesa menuruni anak tangga.

Aku terkejut saat terdengar suara nyanyian ulang tahun. Padahal ulang tahunku sudah lewat 4 hari yang lalu, mereka memberiku surprise sore ini.

      "Thanks ya kalian. Fiki, Falen dan Diva. Nggak nyangka kalo masih di rayain hari ini juga" ucapku penuh haru.

      "Sama-sama. Aku seneng liat kamu senyum lagi" ucap Falen memelukku.

       "Iya Fir, aku juga seneng liat kamu senyum dan ceria lagi" sambung Fiki memelukku juga.

Melihat kedekatan mereka, Diva pura-pura iri."Mau ikutan berpelukan dong" sembari tangannya merentangkan kedepan.

      "Nope, ini khusus cewek. Kamu kan cowok Divandra" ucap Falen menampik tangan Diva.

Aku dan Fiki tertawa melihat Diva langsung pura-pura manyun.

     "Makasih ya kalian. Aku nggak tau harus bales gimana lagi. Kalian orang-orang terbaikku" senyumku yang masih merasa speechless siang ini sembari memotong kue ultah yang terlambat ini.

Diva mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikannya padaku" Ini kado ter specialmu siang ini Fir" menyerahkan sepucuk amplop berisikan surat.

      "Thanks, tapi ini apaan Div?" tanyaku menerima surat tersebut.

Fiki dan Falen langsung meledek kami.

       "Cieeee, udah disamperin ke rumahnya, tapi Diva masih saja mengirim surat ke Fira" goda Falen.

        "Apaan sih kalian ini" ucap Diva terlihat salah tingkah, "Buka aja. Pasti kamu terkejut baca suratnya" pinta Diva padaku.

Aku membuka perekat lem pada amplop tersebut. Terkejut karena surat tersebut menyatakan bahwa aku memang tidak bersalah dan Bu Nita mencabut skorsingku.

   "Aaaaaa, besok aku udah mulai sekolah" girangku yang refleks memeluk Diva.

Diva terkejut, degup jantungnya langsung berlompat-lompat kegirangan. Salah tingkah.

      "Ehmmm, girangnya yang dapet surat pencabutan skorsing dari Bu Nita. Sampe meluk-meluk ayang Diva" ucap Fiki gemas.

    "Haha, Fira dan Diva sama-sama salah tingkah tuh " gelak Falen.

Saat sadar, aku melepaskan pelukan Diva. Kulihat wajah Diva memerah. Tanpa disadari juga jantungku melompat-lompat bahagia.

  "Sorry Div, kelepasan" ucapku tersipu sambil menutup muka.

     "No problem, aku seneng kamu besok masuk sekolah lagi" senyum Diva sangat manis.

Detak jantungku semakin menjadi-menjadi saat melihat senyuman manis yang ada di depan mata.

    "Terima kasih Loe sama Diva, karna yang menyabut skorsingmu itu Diva" ungkap Fiki.

      "Thanks ya Div, udah cabut skorsing ku" ucapku terbata-bata.

     "Sama-sama. Aku yakin kamu nggak salah. Makanya aku lihatin video di hp sama Bu Nita kalo kamu memang nggak salah" ucap Diva penuh senyum, "sekarang yang gantiin skorsing-mu Rangga sama Fay. Aku lapor semua kalo mereka sering mengganggumu di kelas" cerita Diva lagi.

      "Biar tuh mampus mereka" umpat Fiki.

      "Denger-denger hp mereka juga di sita sama Bu Nita. Makin berantem tuh" tawa Falen melanjutkan.

       "Memang. Biar mereka tahu rasa dong" lanjut Diva menyetujui ucapan Fiki dan Falen.

        "Akhirnya selama seminggu aku nggak digangguin mereka lagi" ucapku penuh syukur.

                                  ◇◇◇◇◇◇

Seminggu kemudian Rangga dan Fay sudah ada di kelas lebih awal. Mereka hanya diam saja tanpa berbicara seperti biasanya. Aku tidak akan pernah peduli dengan kehadiran mereka di kelas.

Dan seperti biasa aku setelah sampai kelas, mengeluarkan buku pelajaran pagi ini.

     "Fir, hari ini ulangan Sejarah. Materinya ada di LKS" ucap Fiki yang baru saja datang dan mengeluarkan LKS juga.

Aku memelototi Fiki yang seenaknya kasih kabar kalo hari ada ulangan.

       "Sialan kamu baru ngomong sekarang" gerutuku.

         "Aku juga baru inget pagi ini" cengir Fiki sembari memberi tanda peace padaku.

Aku tersenyum sembari geleng-geleng kepala, "Fik...Fik..."

Kemudian aku dan Fiki belajar kilat pagi ini. Baru baca materi berikutnya Falen datang.

      "Ngapain sok-sok an belajar materi sejarah" ucapnya enteng,"bukannya kalo mata pelajaran Bu Nila open book ya" lanjut Falen sembari menutup LKS ku dan Fiki.

  "Orang belajar malah ditutup bukunya. Daripada kamu pagi, siang sore bacanya majalah Gadis mulu. Gimana materi soal bisa masuk ke kepala" kataku sembari melirik Falen.

Falen tertawa saat aku berkata demikian.                      "Jangan buka kartu dong Fir" Falen pura-pura cemberut.

     "Apa sih ini kalian pagi-pagi udah berisik" ucap Diva yang baru saja masuk kelas.

     "Tuh Fira tuh, buka kartu pagi-pagi" lapor Falen.

      "Maksudnya??" tanya Diva.

     "Kata Fira, aku nggak pernah belajar seringnya baca majalah Gadis" cerita Falen.

     "Curcol pagi-pagi" aku menimbrung cerita Falen.

     "Cieee ada yang jealous nih" ledek Fiki.

     "Apaan sih Fiki" tampikku dengan perasaan salah tingkah.

    "Ohhh, tapi yang disampaikan Fira fakta kan? Bukan hoax?" tanya Diva.

Falen mengangguk.

     "Yaudah memang bener Fira" tawa Diva yang berakhir di lempar LKS oleh Falen.

Aku dan Fiki tertawa melihat LKS melayang kearah Diva.

        "Divandra....Divandra.... heran aku sama dia. Temen cowok-cowoknya juga banyak tapi seringnya main sama gank kalian ya Fik" gumam Rio sambil tepok jidat.

    "Kayak kamu nggak tahu maksud Diva apaan sih gabung ke gank-gank kami" gelak Fiki menoyor kepala Rio.

    "Sialan lu Fik..." dengus Rio, "Emang kenapa sih?" kepo Rio.

Fiki tertawa saat melihat Rio mendengus. "Kan Diva begitu karna lagi PDKT sama Fira" bisik Fiki.

    "Seriusan??" tanya Rio masih nggak percaya.

   "Susah amat percaya sama manusia satu ini" ucap Fiki sembari memutar bola mata dengan malas.

Rio bergantian tergelak,"Iya iyaaa.. Gue percaya kali. Udah kelihatan sebelum Rangga sama Fira putus" ucap Rio santai.

Fiki mengangguk tanda meng'iya'kan ucapan Rio.

                         ◇◇◇◇◇◇◇◇◇

     "Lo ngomong apa aja sama Bu Nita" marah Rangga sambil mendobrak meja Diva.

     "Kenapa? Lo nggak terima?" tantang Diva bangkit dari bangkunya.

     "Lo mau PDKT kan sama Fira..." ucap Rangga jengkel.

Diva semakin emosi dan mendorong pundak Rangga kasar."Bukan urusan Lo kan? Gue mau PDKT sama siapa aja. Termasuk SAFIRA, kenapa Lo nggak terima. Terus kalo Lo jealous nanti Fay gimana? Pernah mikir sampe situ nggak Lo" ucap Diva sembari telunjuknya mengarah ke kepala Rangga.

Rangga menampik lalu meninju Diva tapi melesat, "Tolong Loe jauhi Fira!" ucap Rangga mendorong Diva.

Diva tertawa saat Rangga mengatakan demikian,"Gilak ya, Lo itu yang harusnya jauhin dan jangan ganggu Fira lagi" ucap Diva santai.

Falen yang melihat pertengkaran Diva dan Rangga segera melerai,"Udah woy udah."

Falen melerai mereka dengan susah payah. Karena Rangga ingin meninju Diva sekali lagi. Tapi akhirnya terhenti.

      "Heran sama kalian, nggak pernah sedikit pun akur. Dan buat kamu Rangga, udah di skorsing seminggu masih aja kurang, minta di tambahin lagi" ucap Falen ketus, "yang dilakuin Diva sudah benar. Kamu nya saja yang salah. Tiap hari aku lihat kamu gangguin Fira terus dan membuat onar di kelas. Maksudmu apa? Memang dengan begitu Fira bakal simpatik sama kamu(lagi)" cerocos Falen panjang lebar.

Rangga tampak emosi, tangannya sudah mengepalkan tangan dan hendak meninju Falen. "Fira nggak pantes buat kamu! Syukur kalian putus" ucap Falen emosi.

Rangga mendorong Falen hingga hampir terjatuh.

Melihat itu Diva membalasnya"Beraninya sama cewek. BANCI Lo" Diva langsung meninju Rangga.

      "Brengsek Lo Div. Gue nggak suka Lo ikut campur" emosi Rangga ingin meninju balik Diva tapi tangan Diva menahannya.

    "Kalo ada masalah kita berantem. Biarkan saja sama-sama masuk BK tapi kamu harus diam dan jangan mengganggu Fira beserta teman-temannya" bela Diva.

Aku melihat pertengkaran itu langsung menghampiri mereka.

   "Stopppp...stopppp. Aku minta kalian berhenti bertengkarnya" leraiku sembari memisahkan Rangga dan Diva.

Tapi mereka masih saja baku hantam satu sama lain.

"DIVANDRA.... RANGGA HADI... Stopppppp" teriakku yang langsung membuat mereka berhenti berkelahi.

Tapi nahas saat Rangga melayangkan bogeman ke arah Diva malah serangan itu mengenaiku.

Rasanya aku pusing dan mataku berkunang-kunang. Tak lama kemudian. Brukkk!!!

Aku pingsan . Aku tak sadarkan diri.

   "Firaaaaaaaa"teriak Diva dan Rangga.

Dengan cekatan Diva memboyongku ke UKS, hari ini dia menjadi perawatku lagi di UKS. Rangga tampak bersalah sekali dan segera menyusul Diva dan Fira ke UKS tapi Fay melarangnya."Kenapa kamu mau ke UKS? Demi Fira?" ucap Fay kesal, "Kapan kamu ada waktu untukku" Fay menahan Rangga untuk tidak meninggalkannya.

    "Bukan waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaan konyolmu" ketus Rangga mendorong tubuh Fay dan kemudian terjatuh. Fay menangis dan hatinya merasa lelah untuk hubungan ini. Sementara Rangga berlari menuju ruangan UKS untuk melihat kondisi Fira.

Sesampai di UKS, terlihat Diva sedang mengompres mata bengkak Fira dengan air hangat. Diva tampak menunjukkan rasa sayangnya pada Fira.

Pintu UKS terbuka, tak lain ternyata Rangga yang masuk.

   "Nggak usah mancing keributan disini" ucap Diva melihat Rangga di depan pintu UKS.

   "Aku ingin melihat kondisi Fira" pinta Rangga tanpa mempedulikan ucapan Diva.

   "Fira nggak butuh kamu jenguk" ucap Diva dengan nada ketus.

Rangga mendekati Diva lalu mendorong dan hampir terjatuh. "Sudah kubilang baik-baik kan. Tahu dong pintu keluar UKS dimana" ucap Diva menahan emosinya.

   "Bukan urusanmu kalo aku melihat kondisi Fira" balas Rangga tak kalah ketusnya.

   "Tetap urusanku, dan bukan urusanmu yang hatinya telah punya Fay. Bukannya dulu kamu tidak ingin jadi pacarnya Fira lagi" ucap Diva menyindir.

    "Bacot Loe Div, sok-sokan jadi pahlawannya Fira. Tahu apa aja kamu tentang dia" balas Rangga tidak mau kalah.

Rangga langsung menyerang Diva, tapi melesat karena Diva menahan tinjuan dari Rangga.

Kesabaran Diva benar-benar habis, Diva langsung membalas Rangga dengan cara mendorong dan meninju. Tinjuan Diva mengenai pipi Rangga berkali-kali. Rangga babak belur.

    "Ini balasan orang yang dari tadi diam. Tapi kesabarannya habis" marah Diva, "dari tadi memancing amarahku terus. Mau sampai kapan kamu berhenti mencari masalah" lanjut Diva emosi.

  "Fira bukan barang taruhan atau piala bergilir. Dia wanita istimewa yang tidak layak kamu sia-sia kan!!!!" ucap Diva lagi yang membuat Rangga langsung bungkam.

Samar-samar aku mendengar Diva sedang marah dengan seseorang. Kepalaku masih pusing sekali, tapi kuusahakan bangun karena penasaran dengan situasi di luar UKS.

Kulihat Rangga tersungkur kebawah.

       "Div, apa yang terjadi?" tanyaku terkejut.

       "Eh Fir, kamu sudah siuman? Gimana keadaanmu sekarang?" Diva tak kalah terkejut dan menanyai kondisiku.

       "Udah jauh lebih enak, tinggal pusingnya sedikit" jawabku masih merasa pusing

       "Tidur lagi saja kalo masih pusing" perintah Diva.

Aku mengangguk dan melanjutkan untuk berbaring sebentar di kasur UKS. Kulihat Diva sedang mengobati memar di wajah Rangga dan kulihat juga Rangga mengiris kesakitan.

Semakin kesini aku semakin terpesona dan kagum pada Diva. Ibarat beli mekdi sudah paket lengkap dengan nasi, ayam goreng, telor, sambal dan es teh nya. Aku seperti melihat masa depan juga disana. "Udahlah, nggak usah terlalu halu juga. Belum tentu Diva suka aku" batinku menampik semua kehaluan siang ini. Tapi hatiku senang.

                        ◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!