Beberapa hari kemudian ada kejadian tak terduga saat aku sampai kelas dan menaruh tas ransel di bangku. Aku melihat ada kertas di meja tempat bangku ku. Kubaca tulisannya"Happy birthday Safira cantik....bahagia selalu yaa."
"Siapa yang ngirim ini ya?" gumamku sembari melihat sekitaran kelas yang masih tampak sepi.
Bahkan di kelas hanya aku saja, yang lain masih pada di luar kelas.
"Fir, happy birthday yaaa...." ucap seseorang yang tiba-tiba masuk kelas dan tak lain adalah Rangga.
Aku memutar bola mata malas."Mau kamu apa Rangga! Membuat sensasi di kelas dan sengaja membuat Fay cemburu?"
Rangga tak menghiraukan pertanyaanku dan dia semakin mendekatiku sembari memegang tanganku. Aku menampik dan mendorong tubuh Rangga. "MAU LOE APA SIH??" ucapku ketus lalu merobek kertas ucapan ulangtahun dari Rangga.
"Ternyata aku masih ada rasa sama kamu Fir" ungkap Rangga jujur.
"Tapi sayangnya aku sudah nggak ada rasa lagi sama kamu" balasku meledek.
Terdengar suara tepuk tangan yang tak lain dari Fay. Yup, Fay mendengar semua percakapan dan ungkapan hati Rangga.
"Pantesan dari kemaren sibuk terus. Di telepon nggak diangkat dan selalu di reject. Ternyata pikiran dan hatinya masih saja ada di MANTAN" sindir Fay pada Rangga dan melirikku sinis.
Aku terkejut mendengar pernyataan seperti itu. Belum sempat aku membalas ucapan Fay, tiba-tiba Fay mendatangi bangku ku"Masa lalu bukannya nggak penting ya, kok diam-diam kamu nusuk aku Fir" Fay langsung melabrakku.
"Apa Fay, aku nggak denger" aku sengaja menulikan pendengaranku supaya Fay bisa mengulangi ucapannya.
Belum sempat Fay membalas, aku membalasnya"Kaca dimana kaca? Ohh ini kelas nggak ada kaca ya, upsss. Siapa yang jadi perebut pacar orang disini. Kamu nggak merasa bersalah ya, tapi kenapa kamu selalu melempar kesalahan padaku terus" aku mendorong pundak Fay.
Tanpa di sadari ternyata Diva merekam semua kejadian di kelas dari awal sampai detik ini. "Keterlaluan mereka..." gumam Diva kesal melihat kejadian di kelas.
"Tenang Beib, aku bisa jelasin semua" ucap Rangga melerai.
"NGGAK BUTUH DIJELASIN KAN BEIB UNTUK INI SEMUA! BUKANNYA MEMANG KAMU MASIH ADA RASA SAMA MANTANMU INI!" emosi Fay sembari menunjukku.
"Apaan sih kamu ini, marah-marah kayak anak kecil aja!" marah Rangga pada Fay yang suaranya masuk ke rekaman Diva.
Fay terlihat emosi dan menghampiriku. Lalu tiba-tiba menarik rambutku sekencang mungkin.
Melihat situasi kelas yang semakin memanas, Diva segera mengakhiri merekam video di handphone-nya. Secepat mungkin menahan tangan Fay yang semakin ganas menarik rambut Safira.
"Fay tolong hentikan ini!!" pinta Diva yang masih menahan tangan Fay.
Fay seakan menulikan pendengarannya, lalu Diva berteriak,"STOPPP FAYYYYY!!!"
Fay masih saja tidak mendengarkan teriakan Diva dan menampik tangan Diva, dia semakin kuat menarik rambutku tanpa ampun.
Aku benar-benar kesakitan."Faya, Stop!! Jangan lakukan ini" ucapku sembari meringis kesakitan.
"Gue nggak akan tinggal diam kalo Loe masih aja deketin Rangga!" ancam Fay seperti kesetanan.
Diva menarik tangan Fay lagi yang masih menjambak rambutku, akhirnya tangan Fay terlepas.
"Loe apa-apaan Divandraaaa..." Fay menatap sengit kearah Diva sembari mendorong tubuhnya.
"Loe itu yang nggak waras!" ucap Diva tak kalah ketus,"kenapa Loe lakuin ini ke Safira? Apa tidak melihat Safira sekarang kesakitan gara-gara rambutnya Loe tarik segitu kuatnya" Diva meluapkan kekesalannya pada Fay.
"Ini urusan Gue dengan Fira. Ngapain Loe ikut-ikutan" jawab Fay dengan nada dingin.
"Fira disini korban. Tapi kenapa Loe memutarbalikkan fakta. Jelas-jelas yang menikung kan Loe Fay. Syukur Fira udah putus dengan Rangga" ucap Diva dengan emosi.
Fay langsung terdiam mendengar ucapan Diva, tapi matanya masih saja melirik sinis kearahku. Aku tak mempedulikan tatapan sinis Fay.
"Kamu nggak apa-apa kan Fir?" tanya Diva padaku.
Aku menggelengkan kepala sembari merasakan pusing yang teramat sangat karena Fay menarik rambutku begitu kencang.
"Aku nggak apa Div, makasih ya" balasku malu-malu sembari mengatur detak jantungku yang berdebar kencang.
Diva mengangguk dan tersenyum sangat manis padaku. Aku semakin dibuat salah tingkah karenanya.
Fiki dan Falen menenangkanku.
Selang beberapa menit kemudian datang Guru BK yang sedang berkeliling mengecek sikon kelas.
Tepat di kelas XI 3, terlihat pertengkaran di dalamnya.
"Apa-apaan ini?? Masih pagi sudah berantem. Safira dan Faya ikut saya ke ruang BK!" perintah Bu Nita tanpa basa basi.
Rangga bukannya membela Fay malah asyik melihat pertengkaranku dan Fay kekasihnya sembari merekam. Kemudian....
"Rangga Hadi, kamu juga ikutan saya ke BK" emosi Bu Nita sembari menyita HP Rangga.
"Hah, kenapa harus Saya. Ini salah Fira" Rangga menampik tapi tetap saja tangannya ditarik oleh Bu Nita.
"Divandra, kamu boleh masuk kelas" ucap Bu Nita pada Diva.
Diva hanya mengangguk, tapi diam-diam langkahnya mengikuti kami menuju ruangan BK.
Kami bertiga masuk ruang BK dan ini pertama kalinya aku masuk ruang BK.
"Apa masalah kalian? Kenapa bisa bertengkar seperti ini?" tanya Bu Nita dengan nada galak.
Belum sempat aku menjelaskan, mereka bisa-bisanya menuduhku. Saat aku sanggah, mata Bu Nita melirikku dengan tajam dan aku merasa dunia ini tidak adil untukku. Yup, aku di fitnah pasangan toxic ini.
Bu Nita menceramahiku panjang lebar dengan nada galak. Kulihat Fay menahan senyuman mengejek.
"Safira Wijaya! kamu, saya skorsing seminggu dalam masalah ini" ucap Bu Nita tanpa langsung mendengarkan penjelasanku,"silakan kemasi barang yang ada di meja belajarmu dan pulang ke rumah, surat untuk orangtuamu menyusul. Tahu kan pintu keluar dimana?" lanjut Bu Nita dengan ucapan sinis.
"Untuk Rangga Hadi dan Faya, silakan kembali ke kelas. Oya, hpmu sementara Saya sita sampai waktu yg tidak ditentukan" ucap Bu Nita kembali ke ruangannya.
Rangga dan Fay hanya terdiam sembari melangkah gontai keluar ruang BK.
"Kamu sih, ngapain juga kayak gitu di rekam-rekam segala. Di sita deh hpmu, jadi nggak bisa komunikasi untuk sementara waktu" kesal Fay mempercepat langkahnya dan meninggalkan Rangga yg jalan di belakangnya.
Sementara aku segera mengemasi buku-buku yang sudah ada di meja sembari menahan tangis.
"Fira, kamu di skorsing??" tanya Fiki dengan ekspresi sedih.
"Kamu nggak salah, tapi mereka yang salah!!!" ucap Falen tidak terima.
"Percuma aku jelasin, buktinya Bu Nita nggak pernah percaya sama aku" ucapku pasrah. "aku pulang dulu ya, kalian jaga diri baik-baik disini. Tunggu aku minggu depan ketemu kalian lagi" senyumku yang ternyata airmataku sudah tumpah.
Falen dan Fiki memelukku erat sekali. Aku membalas pelukkan mereka sangat erat. Lalu langsung meninggalkan kelas dan pulang.
"Fir, kamu mau kemana?" kejut Diva saat aku keluar kelas sembari membawa tas ranselku.
Aku yang sudah terlanjur menangis segera menghapus airmata. Kuusahan tersenyum untuk menyambut Diva"Hay Div, kenapa kamu nggak masuk kelas. Tuh Pak Toni udah masuk kelas" ucapku mengalihkan topik pembicaraan,"aku pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Sampai ketemu minggu...."ucapku terputus saat Diva memelukku erat.
"Aku akan buktikan kalo kamu nggak salah apa-apa disini" bisik Diva menguatkanku.
Aku melepaskan pelukan Diva dan mengatakan"Percuma Div, Bu Nita nggak akan bakal percaya."
"Optimis Fir, semua akan baik-baik saja. Btw, happy birthday ya buat kamu. Doaku supaya kamu bisa bebas dari skorsing" ucap Diva tulus.
Mendengar ucapan ulangtahun dari Diva, air mataku benar-benar menetes. Aku menangis haru di depan Diva. Sampai sesenggukan.
"Ulang tahun kali ini pahit sekali. Hadiah dari Bu Nita dapet skorsing" ucapku pahit, "btw, makasih ya Div buat ucapannya. Doamu aku aminkan" tambahku sembari berusaha tersenyum.
"Jangan nangis, aku nggak mau liat kamu sedih. Aku kenal Safira Wijaya adalah orang yang periang dan cerewet" canda Diva yang membuatku langsung tertawa lalu menghapus airmataku,"dan satu lagi. Aku akan selalu ada untukmu" bisik Diva menghiburku.
Aku tersenyum,"Thank Div..." ucapku sembari menyeka airmata.
"Udah ah, aku pulang. Nanti ketahuan sama Bu Nita kalo aku masih disini dan kamu nanti di marahin sama Pak Toni nggak ikut pelajaran Fisika" ucapku sambil berjalan meninggalkan Diva.
"Okeee, aku nggak sabar nunggu kamu balik ke sekolah. Semua akan berlalu Fir" balas Diva dengan berteriak.
Dari jarak jauh aku tersenyum dan pastinya hatiku salah tingkah sekali hari ini. "Thanks God, this second i fell in love with him" ucapku senang dan tak bisa membendung bahagia hari ini. Walau hari ini aku di skorsing, tapi Diva tetap mensupport ku dalam segala kondisi apapun.
◇◇◇◇◇◇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments