Cinta Sempurna

Cinta Sempurna

Bab 1

“Check, check, check.....” suara sang sound man yang tengah mengecek sound di mikrofon satu per satu.

Setelah di rasa cukup, kini giliran mengetes alat musik yang siap pakai untuk acara konser kecil-kecilan sebuah band ternama. Sementara temannya yang satu lagi tengah memasang spanduk konser di jalanan-jalanan. Mereka akan tampil di Stadion Cempaka pada malam Minggu.

Di tempat lain yang tak lain sebuah penginapan sebuah band ternama yang letaknya tak jauh dari Stadion Cempaka, terdapat empat personil tengah gladi bersih untuk mempersiapkan acara yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Masing-masing personil berlatih dengan alat musik pribadinya dan mengetes kualitas perfoma mereka nantinya.

“Guys, pokoknya kita harus bisa tampil sempurna nantinya” timpal sang vokalis di sela-sela latihan mereka. 

“Yoi Bro, kita harus kompak menampilkan terbaik untuk penonton kita terutama penggemar kita” balas sang bassist bersemangat.

“Harus dong. Demi kita, tim penyelenggara, dan penggemar kita” ucap sang gitaris penuh senyum

"Semoga acara besok lancar" sambung sang drummer sembari mengulurkan tangan kanannya untuk melakukan tos kepada ketiga temannya.

Mereka membalas tos kepada sang gitaris tersebut dan tertawa bersamaan.

¯¯¯

Musik bergenre pop galau namun merasuk sekali di hatiku mengalun lembut di telingaku. Kali ini aku benar-benar larut dalam lagu terbaru milik band favoritku. Band kesayangan yang mempunyai ciri lagu galau yang mendalam. Kini kunikmati satu per satu lagu terbarunya, memang benar-benar keren habis karya-karya mereka.

Suara sang vokalis yang mellow habis membuatku terhanyut dalam setiap lirik lagunya. Seperti malam ini aku tengah galau, mengingat tiga bulan yang lalu aku baru saja memutuskan hubungan dengan mantan pacarku bernama Rangga. Aku benar-benar kecewa saat tidak sengaja memergokinya sedang berciuman di gudang sekolah dengan sahabatku Fay. Detik itu juga aku langsung memutuskan hubungan percintaan dan persahabatanku dengan mereka. Diam-diam tanpa sepengetahuanku mereka sudah sering bertemu berdua di belakangku. Sakit sekali hatiku mengetahui hal tersebut. Kata Sang Idola seperti lagunya yang berjudul “Suara Kecewa”, eh bukan...bukan.... lebih tepatnya “Hati Tunggal”. Tapi sepertinya dua lagu itu memang pantas untuk mengisahkan kisah cintaku yang kandas mengenaskan ini.

Aku ingat lirik lagu mereka dengan judul Hati Tunggal seperti ini.”Mengapa...kau terlahir jika hanya membuat diriku mati, tak menduga ada cinta yang lainnya. Yang lebih menyakitkan kau menyayat luka berkali-kali. Bercumbu mesra dengan teman baikku....” nyanyiku sambil menirukan sang vokalis Donnie Sibarani menyanyi lagu di mp3 ponselku. Perasaanku kembali sesak saat menghayati lirik lagu itu, tak lama setelah itu aku kembali meneteskan air mata yang berbarengan dengan suara ponsel berdering. Aku langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat nama di layar ponsel.

“Firaaaaaa....” teriak seseorang tersebut dari dalam telepon yang tak lain itu suara Fiki.

“Hy Fik, tumben malem-malem telepon nih?” sahutku dengan suara serak langsung sembari menyembunyikan perasaan sedihku.

“Malam minggu besok Ada Band tampil di Stadion Cempaka lhoh....” cerita Fiki to the point.

Aku terkejut mendengar informasi dari Fiki, “Seriusan Fik?” tanyaku sekali lagi dan pastinya berganti ekspresi senang.

“Seriusan lah, ngapain kalau Gue bohong ngabarin Loe dan buang pulsa demi Loe untuk kasih tahu tentang ini” sungut Fiki, “lagian ini Gue lagi di kafe deket Stadion Cempaka terus lihat ada spanduk itu” lanjut Fiki yang masih nyerocos di telepon.

Aku tertawa mendengarkan celotehan lucu dari Fiki dan langsung bersorak gembira sembari membayangkan bertemunya sang idola lagi di tempat yang sama beberapa tahun yang lalu. “Ah, nggak sabar deh rasanya pengen kesana” responku senang.

Terdengar samar-samar suara Mama mengetuk pintu kamarku.”Fik, udah dulu ya. Mama ngetuk pintu kamar nih” ucapku.

“Oke, Gue cuman mau kasih info ini saja sama Loe. Gue mau balik dulu ya” setuju Fiki sembari menutup teleponnya.

Lalu kuberi kecupan lewat telepon dan menutup telepon dari Fiki dengan perasaan senang. Setelah itu bergegas membukakan pintu kamar untuk mama. “Ya, Ma....” sahutku cepat-cepat.

Mama langsung geleng-geleng kepala melihat ekspresiku hanya senyum-senyum sendiri.

“Tuh, ada seseorang yang mau nemuin kamu” kata Mama.

Aku mengerutkan kening.”Siapa Ma? Malam-malam begini?” tanyaku penasaran.

Mama langsung menunjukkan seseorang yang ingin bertemu denganku. Aku terkejut dan ingin buang muka saat mengetahui seseorang itu adalah Fay.

“Hay Fir, Gue kangen tauk sama Loe” sapa Fay langsung memelukku.

 “Ngapain Loe kesini!” ketusku sembari mendorong tubuhnya hingga pelukan Fay terlepas.

Fay terkejut saat aku mendorong tubuhnya, begitupun dengan Mama yang terkejut melihat ekspresiku langsung tak bersahabat dengan kedatangan Fay.

“Fira, ada apa denganmu? Kenapa sikapmu seperti itu dengan sahabatmu sendiri?” tegur Mama terheran-heran.

Rasa sakit hatiku langsung menjalar di sekujur tubuh, sakit sekali mengingat kejadian menyayat itu. “Ma, dia sudah nggak pantas jadi sahabatku!” makiku sembari menunjuk kearah Fay, ”sahabat apa itu? Masa teman makan teman. Aku mergokin Fay sedang berciuman dengan Rangga di gudang sekolah” terangku sembari memasang ekspresi sengit kearah Fay.

Mama langsung terkejut mendengar ceritaku. Tampak Fay memasang ekspresi santai, seolah tidak merasakan ada kesalahan pada dirinya. ”Fir, Gue kangen Loe. Ayo kita main lagi” ucap Fay tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

Mama melihat Fay, hanya menggelengkan kepala dengan heran dan melirik sinis."Kenapa Fay berbuat seperti itu pada Safira?" tanya Mamaku dengan ketus.

Fay hanya tersenyum tanpa sedikit pun merasa dosa karena menghianatiku."Cinta kami tidak bisa dipaksakan Tante" jawab Fay yang tanpa sadari membuat hatiku semakin sakit.

"Tapi cintamu salah Nak, sampai mengorbankan persahabatan kalian" tegur Mamaku lagi.

"Maaf Tante. Rangga juga mengatakan dia lebih bahagia bersamaku daripada dengan Safira" ucap Fay dengan senyum kemenangan.

Melihat ekspresi senyuman Fay, ingin sekali aku menampar wajahnya saat ini juga. Tapi Mama menahanku.

"Ambil saja cowok seperti Rangga!! Gue sudah tak butuh lagi cintanya" jawabku ketus,"satu lagi, kalo Loe mengajak Gue untuk bermain keluar bertiga dengan Rangga. GUE NGGAK BISA!!!!" jawabku menolak ajakkan Fay.

“Fir, ayolah” rengek Fay memohon dan pastinya tidak merasa bersalah padaku.

"Tante nggak izinkan Fay bermain lagi dengan Safira!!!!!" ucap Mama tegas.

“Tapi Tan.... Fir, please!” mohon Fay sekali lagi.

Dengan tegas, aku menggeleng dan tetap kekeuh akan mengusir Fay malam ini juga. “Gue nggak butuh teman penghianat seperti Loe Fay!!” teriakku sembari menatap sinis kearah Fay.

Fay menatapku tajam dan langsung meninggalkanku yang masih di depan pintu kamar. Tanpa berpamitan dengan Mama yang masih ada di kamarku dan Papa baru saja akan melihat kekacauan yang ada di kamarku.

Aku langsung menangis karena perasaanku berkecamuk sakit sekali saat membayangkan kejadian menyayat itu terekam lagi di otakku.

"Kamu akan segera mendapatkan pengganti Rangga Nak. Dia memang tidak pantas untukmu" ucap Mama sembari memelukku.

Aku mengangguk dalam pelukkan Mama,"Terima kasih Mama. Safira sayang Mama" ucapku mulai tersenyum.

Melihat kamarku terbuka, Papa segera masuk kamarku lalu bergabung padaku dan Mama.

"Cinta anak ABG memang rumit ya" canda Papa untuk menghiburku.

"Ihh Papa, kayak nggak merasa jadi ABG aja dulunya" responku sembari memanyunkan bibirku.

Papa tersenyum, lalu membelai kepalaku dengan sayang."Tenang, patah hati dari korban penghianatan akan lekas redanya dan langsung dapat pengganti lagi" ucap Papa lagi.

"Sejak kapan Dosen Teknik Arsitektur tiba-tiba jadi puitis begini" Mama melirik Papa dengan tatapan curiga.

"Kalo aku nggak puitis, mana mungkin bisa dapetin wanita cantik yang sudah memberiku satu keturunan yang cantik pula" Papa menggombali Mama kemudian melirikku.

Terlihat wajah Mama merona karena Papa mulai iseng menggodanya.

Aku tertawa melihat tingkah kedua orangtuaku persis seperti ABG yang sedang dimabuk cinta. Umurnya memang tak lagi muda, romantisnya tidak pernah pudar. 'Kelak aku juga ingin mendapatkan Pria yang romantis seperti Papa' doaku dalam hati.

¯¯¯

Siang itu saat istirahat kedua, aku masih saja merasa murung karena teringat kedatangan Fay semalam itu membuatku semakin merasa sakit hati dan yang pasti merusak mood ku seharian ini.

“Fir, Fira. Dari tadi kamu kelihatan murung terus? kenapa sih?” tanya Falen membuyarkan lamunanku.

“Iya Fir, kamu kenapa sih?” tanya Fiki ikutan penasaran.

Aku mendongak kearah mereka berdua lalu menggelengkan kepala.

“Tuh kan kalau ada masalah suka mendem sendiri” sungut Fiki.

“Iya Fir, kamu tuh ya dari tadi melamun terus. Sampai nggak merhatiin pelajaran” terang Falen, “ada apa sih sebenarnya?” tanya Falen semakin penasaran.

Merasa kalah dengan desakkan kedua sahabatku, akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi semalam. Secara detail dan lengkap. Setelah aku selesai bercerita, mereka berdua tampak berapi-api karena merasa tak terima saat Fay tidak merasakan salah sama sekali.

"Apa! Fay bukannya minta maaf padamu, tapi mengajak keluar bertiga bareng Rangga” tanya Fiki yang sangat terkejut mendengar cerita dariku.

“Hello, urat malunya bener-bener putus. Seperti tidak punya rasa bersalah sama sekali” sungut Falen juga.

Aku hanya membalas dengan anggukan pelan. Aku yang sudah berusaha melupakan semuanya, tapi kedatangan Fay mengajakku main betiga dengan Rangga rasanya seperti tidak punya hati dan tidak adil bagiku karena aku dikhianat mereka berdua. Rasa sakit hati itu menjalar lagi di dadaku. Sangat menyakitkan.

“Sudahlah Fir, nggak usah di inget-inget lagi kejadian menyakitkan itu” hibur Falen sembari menenangkanku.

“Iya Fir, nggak usah terlalu dipikirkan kejadian itu lagi” sambung Fiki yang juga menyetujui ucapan Falen.

Aku mengangguk pada Fiki dan Falen, lalu tersenyum setuju karena sudah waktunya untuk melupakan semuanya yang menyakitkan tentang Rangga dan Fay.

Sementara dari dua bangku ke belakang aku merasa Diva tengah tersenyum untukku. Aku membalas senyumannya dengan rasa yang aneh tengah berdebar di hatiku. Senyuman manis Diva melekat jelas di otakku, sebagai tanda aku harus semangat menjalankan hari-hariku berikutnya. Tapi suara Fay dan Rangga masuk kelas membuatku mengalihkan pandangan kemudian melanjutkan bicara dengan Fiki dan Falen lagi. Tanpa sengaja aku melihat kemesraan mereka berdua yang membuat hatiku merasa sakit lagi. Aku mendengar mereka mulai membuka pembicaraan.

“Beib, aku punya sesuatu nih buat kamu” ucap Rangga sembari mencium pipi Fay.

Fay terlihat kegelian mendapati Rangga mencium pipinya,"Geli Beib, ini di kelas tauk" balas Fay dengan senyuman malu-malu sembari melirikku, “oh, ya? Hadiah apaan tuh Beib?” kejut Fay dengan perasaan salah tingkah.

Sementara, aku yang merasa dilirik sinis oleh Fay hanya cuek saja lalu mengeluarkan materi pelajaran hari ini.

Rangga tersenyum geli melihat kekasihnya tampak penasaran dengan hadiah yang akan ia berikan. Kemudian tangan kanannya mengeluarkan sesuatu berupa tiket konser. Ekspresi Fay berubah jadi cemberut karena merasa kecewa.

“Kok tiket konser sih Beib? Aku kira kamu kasih sesuatu yang glamour gitu ke aku” sedih Fay merasa kecewa sekali.

Kini ekspresi Rangga bengong.”Ada apa denganmu Beib?” tanya Rangga, “aku beli 2 tiket konser Ada Band ini untuk kita tonton besok malam Minggu” terang Rangga berusaha membujuk Fay dengan ekspresi girang.

Fay tampak tersenyum kecut ketika Rangga mengatakan demikian.”Tapi aku kan nggak suka Ada Band, Beib. Kasihkan Fira aja. Dia kan ngefans sekali dengan Band itu” usul Fay sembari melirikku lagi.

Rangga langsung melengos saat Fay mengatakan demikian.”Tapi pacarku itu kamu Beib. Bukan Fira lagi. Lagian nggak penting juga kasih tiket konser untuk dia” balas Rangga sengit sembari melirik kearahku juga.

Merasa Rangga membenciku, aku berlagak tak peduli dengannya saat Rangga mengatakan itu kepada Fay. “Cari muka segitunya. Padahal aku dari tadi diem aja, mereka kenapa yang kepanasan” batinku sembari memutar bola mata malas lalu membuang muka.

Kudengar Falen membisikkan, ”Nggak usah dilihatin Fir, nggak jelas mereka.”

Aku mengangguk patuh dan berusaha tak mempedulikan obrolan Rangga dan Fay lagi, tapi itu hanya sementara karena Rangga semakin menjelek-jelekanku di depan Fay.

Awalnya aku masih bisa menahan emosi, tapi kudengar Rangga seakan memancing emosiku. Aku tak tahan mendengarnya lalu beranjak dari bangku dan menghampiri Rangga lalu menggebrak meja di bangkunya.

“BRAKK!!!!” aku memukul meja dimana bangku Rangga dan Fay duduk.

"Maksudmu apa cari masalah terus sama aku?” emosiku sembari mendorong tubuh Rangga yang hampir limbung.

Tapi nyatanya Rangga malah menertawakanku. Puas sekali. Seakan melakukan perbuatan yang tak berdosa. Sementara Fay juga menertawakanku.

“Kalian memang klop sih" ucapku,"klop sakit jiwa nya" balasku sembari tertawa meledek Rangga dan Fay.

Fay yang ingin membalas, tertahan karena aku menahan tangan Fay. Kulihat Fay mulai cari perhatian dengan Rangga sembari teriak-teriak,"Aduhh Beib, tanganku mau di plintir Fira" adu Fay.

Kenyataannya, aku hanya memegangi tangan Fay saja tanpa memelintir sedikit pun. Tapi ternyata Rangga mendorongku hingga aku nyaris terjatuh tapi tidak jadi karena ditahan oleh Diva yang ada di belakangku.

"Kamu nggak apa-apa kan Fir?" tanya Diva dengan nada khawatir.

Aku mengangguk,"Nggak apa-apa Div. Makasih ya" ucapku yang tanpa sadar membuat debaran jantungku kian melompat-lompat.

Diva tersenyum lega,"Syukurlah" balas Diva padaku.

Lalu menghampiri Rangga, “Beraninya sama cewek, sini kalau berani sama aku” tantang Diva mendorong pundak Rangga dengan sengit.

“Apaan kamu Div, nggak usah ikut campur deh” serang Rangga membalas mendorong pundak Diva juga.

Diva tampak menahan amarahnya sembari menatap tajam kearah Rangga. Sementara aku sendiri bengong melihat tingkah Diva yang memang akhir-akhir ini selalu membelaku saat Rangga membuat masalah padaku.

Memang sih, Diva baik sekali padaku, perhatian, walau kadang suka jahil. Divandra Ilyas, itu nama lengkapnya. Cowok berparas tampan, tinggi, dan bertubuh atletis itu kadang membuatku salah tingkah saat membalas senyumnya atau meliriknya. Dulu aku pernah mengaguminya, tapi semenjak jadian dengan Rangga rasa kagumku hilang pelan-pelan dan berubah menjadi biasa saja. Tapi setelah putus dari Rangga, sepertinya perasaan itu muncul lagi. Apalagi semenjak Diva sering membelaku saat diganggu Rangga. Rasa kagumku 2x lipat untuknya.

“Oke, aku nggak akan mengganggumu lagi Rangga. Asal kamu jangan mengganggu Fira yang sudah menjadi masa lalumu” pinta Diva akhirnya mengalah dan suaranya membuyarkan lamunanku tentangnya.

Sementara kulihat Rangga masih saja menahan marahnya siang ini. Dari ekspresi wajahnya seperti ingin menghabisi Diva siang ini. Tapi Fay menahannya terus supaya pertengkaran sepele ini segera berakhir.

“Sudahlah Beib, kamu jangan ambil gara-gara lagi” bisik Fay dengan ekspresi pura-pura melerai Rangga dan Diva.

“Tapi dia.....” protes Rangga terpotong karena Fay terlanjur memelototi Rangga agar diam saja tak menanggapinya lagi.

Rangga tampak mengangguk patuh seakan menuruti perkataan Fay  bersamaan dengan kedatangan sang guru BK yang kebetulan melewati kelas kami. Keributan langsung terhenti saat beliau menegur kami-kami yang sedang gaduh di kelas.

¯¯

Terpopuler

Comments

R A

R A

muka tembok mana punya malu 🫣🫣🫣🫣🫣

2024-08-05

0

nowitsrain

nowitsrain

🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️ emang cocok deh berdua, sama-sama nggak punya malu

2024-08-05

1

nowitsrain

nowitsrain

Betull

2024-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!