5. EMPAT

(Dua bulan lalu)

“Haduuuuh,” Widuri Salim memijit kepalanya yang seketika menjadi kram begitu melihat cucu kesayangannya tengah tertidur pulas dengan tubuh telungkup memeluk bantal.

Hari sudah sore, sebentar lagi keluarga Atmojo akan tiba di rumah mereka. Tapi lihatlah kelakuan cucu kesayangannya ini, yang malah asyik tidur. Kalau suaminya, Juan Salim sampai tahu hal ini pasti mengamuk dia.

“Tari, ayo bangun!”

Widuri Salim mengguncang tubuh Betari.

Betari mengerang.

“Ya, Tuhan. Ayo cepat bangun, mandi, ganti baju, calon suami kamu sebentar lagi mau datang.”

“Nggak mau.”

“Ayo, bangun! Nanti kakekmu ngamuk.”

“Biarin aja. Kalau nggak ngamuk-ngamuk bukan Juan Salim namanya.”

Ya, Allah. Kalau Betari bukan cucu kesayangannya, Widuri Salim sudah pasti menjewer kupingnya sampai copot.

“Ayo, bangun!”

Dengan mata mengantuk Betari akhirnya bangun juga.

Sambil mengomel tidak jelas dia pun berjalan menuju kamar mandi.

Setelah mandi Betari pun mencuci wajahnya di washtafel. Dia mengangkat kepala, menatap bayangannya di cermin.

“Mirror, mirror on the wall... Jujurly gue penasaran deh laki-laki seperti apa yang si Juan Salim mau jodohin sama gue.”

“....”

“Kalau sampai zonk awas aja tuh si tua bangka.”

“....”

“Nggak ada maaf. Gue bakal bikin perhitungan.” Betari berkata dengan tegas.

“....”

***

Ketika Betari keluar dari kamarnya dengan pakaian kebaya tradisional berwarna merah yang melekat sempurna di tubuhnya, Widuri Salim tidak bisa berhenti menatap sang cucu kesayangan dengan senyum yang keluar di bibirnya.

“Ya, Tuhan. Tari, sayang. Kamu cantik sekali pakai kebaya ini.”

“Aku nggak suka pakai kebaya ini, Nek.” keluh Betari dengan bibirnya yang mengerut tidak suka dan terpaksa.

Widuri Salim tidak mengindahkan keluhan cucunya itu. Dia menggandeng Betari dan membawanya berjalan selangkah demi selangkah menuju ruang utama di lantai satu.

“Nek, kenapa sih Tari harus dijodoh-jodohin segala. Ini kan bukan jamannya Siti Nurbaya. Aku masih dua lima, cantik dan jelas-jelas bisa cari jodoh sendiri.” Betari mulai ngedumul.

“Hmmm.” Widuri Salim bergumam, sama sekali tidak memperhatikan kata-kata cucunya yang menurutnya tidak penting lagi.

“Aku kan masih ingin bersenang-senang, Nek.” tambah Betari.

“Hmm”

“Kalau orangnya nggak goodlooking gimana, dong?”

“Hmmm.”

“Kok hmm hmm aja sih, Nek. Ini aku serius loh.”

“Udah, deh. Kamu nggak usah rewel. Orangnya ganteng.”

“Ganteng versi nenek emangnya kayak siapa?” cibir Betari.

“Tom Holland, dong. Siapa lagi.” Jawab Widuri Salim dengan bangga.

Betari mengerutkan dahinya. “Emang orangnya mirip Tom Holland?”

“Ya, nggak. Nanti, kamu lihat sendiri aja.”

“Ya, elah. Pokoknya kalau orangnya nggak ganteng Betari nggak mau. Buat mbak Arimbi atau bik Inung, aja.”

“Itu orangnya.” kata Widuri Salim begitu mereka sampai di ruang utama.

Betari terbelalak dan seketika itu, dunia menjadi sunyi.

***

Monyet

Adalah kata pertama yang keluar dari mulut Betari ketika melihat si monyet duduk bersama kakeknya di ruang utama.

“Hush!” Widuri Salim membelalak penuh peringatan. “Language, Sayang.”

Betari sih mana peduli.

Jadi, monyet gila tidak punya tata krama yang menumpahkan champagne di bajunya semalam adalah calon suaminya.

Wah! Ternyata dunia benar-benar sempit.

“Aku kira pangeran Disney mana yang mau kakek jodohin sama aku. Tahunya si monyet ini.” cibir Betari.

Kali ini Widuri Salim tidak tahan untuk tidak mencubit lengan Betari. “Mulut kamu tuh sembarangan.” bisiknya dengan nada tegas.

Widuri Salim membawa Betari mendekati calon suaminya dan untuk pertama kalinya memperkenalkannya pada calon suaminya.

“Tari, Sayang... Ini Umbara calon suami kamu.”

Umbara, alias si monyet menatap Betari dan berdiri memberikan tangannya hanya untuk mencoba terlihat sopan. Hatinya merasa tidak senang.

Kenapa harus perempuan ini?

Kenapa harus si monyet ini, sih?

***

Esok harinya, Betari tidak tahan untuk bercerita pada sahabat-sahabatnya. Prayoga dan Vanila.

Saat jam makan siang mereka pun berkumpul di sebuah kafe di pusat kota.

“OMG OMG jadi calon lo Umbara Atmojo.” ujar Prayoga kepada Betari dengan tidak percaya.

“Sumpah demi dedemit! Lo dijodohin sama Umbara?!” kata Vanila tidak kalah terkejut. “Umbara Atmojo anaknya Gading Atmojo yang pemahat terkenal itu?”

“Wait!! Emang dia pemahat?—“ tanya Betari dengan kening berkerut. “dan terkenal ?” Tentu saja Betari hanya tahu Gading Atmojo sebagai salah satu pengusaha terkenal dan tidak tertarik dengan kehidupan pribadinya apalagi tentang anak-anaknya.

“Gila ya lo, Bet! Masa lo nggak tahu latar belakang calon suami sendiri. Umbara Atmojo tuh lumayan terkenal di kalangan kita. Lo beneran nggak tahu dia?” komentar Vanila.

Betari menggeleng. “Kalian kan nggak ada yang pernah ngomong tentang si Umbara ini.”

Betari menatap Vanila dan Prayoga yang duduk di hadapannya.

“Pernah, deh, Bet. Lo aja yang lupa.” jawab Vanila.

“Emang keluarga lo nggak ada yang menyebut-nyebut soal dia apa?” tanya Prayoga.

“Gue yang nggak dengerin.” sebenarnya Betari memang tidak fokus mendengarkan ketika neneknya menjelaskan soal calon suaminya semalam. Karena dia sibuk mengumpati nasibnya yang buruk. Bagaimana tidak buruk? Dua bulan lagi dia harus menikah. Padahal dia masih ingin bersenang-senang dan yang lebih buruknya lagi umurnya masih dua puluh lima—masih sepuluh tahun dari targetnya menikah.

“Lah gimana sih lo, Bet!” tegur Vanila.

“Udahlah, kayak penting aja. Selama dia kaya gue sih nggak masalah. His last name is Atmojo, kan?” Betari tahu keluarga Atmojo adalah salah satu keluarga konglomerat. Jadi menikahi Umbara Atmojo bisa juga disebut sebuah keuntungan. “Lagi pula si Umbara ini tampangnya lumayan.” tambah Betari.

Vanila dan Prayoga melotot. “Lumayan!?”

Betari mengangguk.

“Umbara Atmojo lo bilang lumayan?!” tanya Prayoga. “Terus gue apa dong, Bet?!”

Betari menatap Prayoga dengan bingung.

“Ya ampun, Bet! Dia tuh ganteng banget. Kemarin gue sempat liat dia di pesta ulang tahunnya tante Dona. Asli ganteng banget. Masa lo bilang lumayan. Mata lo perlu di bawa ke dokter!” sahut Vanila, geleng-geleng. “If i were you, ya Bet. Gue sih bakal sujud tujuh kali kalau perlu sampai jidat gue bengkak sekalipun gue rela.” ujarnya kemudian.

“Lebay lo, Van.” seru Betari. “Coba aja lo tahu kelakuan dia yang nggak ada akhlak itu.”

“Nggak ada akhlak gimana maksud lo?” tanya Prayoga. Dia menatap Betari. “Setahu gue, Umbara itu orangnya baik dan sopan. Banyak loh ibu-ibu yang pengen jodohin anak perempuannya sama dia.”

“Gue sih belum pernah dengar gosip aneh-aneh soal dia, kecuali soal dia yang gay.” sahut Vanila.

“Gay?” tanya Betari.

Vanila dan Prayoga melihat satu sama lain sebelum ada yang menjawab. “Sebenarnya, ini gosip lama, tapi akhir-akhir ini gosip ini kembali ramai. Ada yang bilang kalau Umbara itu gay.” ujar Prayoga. “Lo tahu kan Baron Adiningrat yang mantan pembalap motor GP itu? Dia itu yang disebut-sebut pasangan gay-nya Umbara. Katanya Melinda mantan istrinya Baron pernah mergokin mereka lagi main di hotel, makanya dia minta cerai.”

“Ada juga yang bilang kalau dia punya brondong nggak cuma satu atau dua.” tambah Vanila. “Terus semuanya masih anak sekolah.”

“Ini semua cuma gosip, Bet. Lo jangan—“

Betari memotong kalimat Prayoga. “Kalau dia gay bagus dong.” ujarnya.

Betari terdiam. Kalau gosip itu benar. Maka urusan pernikahannya dengan Umbara Atmojo akan menjadi semakin mudah. Betari pikir, dia bisa mengaturnya. Hanya cukup menjadi istri yang baik di depan semua orang. Itu mudah bukan?

.

.

Hi! I am back!

Terpopuler

Comments

Amera

Amera

Mungkin lebih baik untuk menggunakan huruf miring pada kalimat seperti 'ketidaksukaan' atau 'perasaan' untuk menunjukkan penekanannya terhadap ketidaksenangan tersebut atau 'perasaan' karakter untuk membuatnya tampak lebih dramatis.

2024-04-17

1

Amera

Amera

Setuju....

2024-04-17

1

Raudatul zahra

Raudatul zahra

seriusan Umbara Gay?? jangan dong thoorr.. yg lurus² aja yaa

2023-09-22

2

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. SATU
3 3. DUA
4 4. TIGA
5 5. EMPAT
6 6. LIMA
7 7. ENAM
8 8. TUJUH
9 9. DELAPAN
10 10. SEMBILAN
11 11. SEPULUH
12 12. SEBELAS
13 13. DUA BELAS
14 14. TIGA BELAS
15 15. EMPAT BELAS
16 16. LIMA BELAS
17 17. ENAM BELAS
18 18. TUJUH BELAS
19 19. DELAPAN BELAS
20 20. SEMBILAN BELAS
21 21. DUA PULUH
22 22. DUA PULUH SATU
23 23. DUA PULUH DUA
24 24. DUA PULUH TIGA
25 25. DUA PULUH EMPAT
26 26. DUA PULUH LIMA
27 27. DUA PULUH ENAM
28 28. DUA PULUH TUJUH
29 29. DUA PULUH DELAPAN
30 30. DUA PULUH SEMBILAN
31 31. TIGA PULUH
32 32. TIGA PULUH SATU
33 33. TIGA PULUH DUA
34 34. TIGA PULUH TIGA
35 35. TIGA PULUH EMPAT
36 36. TIGA PULUH LIMA
37 37. TIGA PULUH ENAM
38 38. TIGA PULUH TUJUH
39 39. TIGA PULUH DELAPAN
40 40. TIGA PULUH SEMBILAN
41 41. EMPAT PULUH
42 42. EMPAT PULUH SATU
43 43. EMPAT PULUH DUA
44 44. EMPAT PULUH TIGA
45 45. EMPAT PULUH EMPAT
46 46. EMPAT PULUH LIMA
47 47. EMPAT PULUH ENAM
48 48. EMPAT PULUH TUJUH
49 49. EMPAT PULUH DELAPAN
50 50. EMPAT PULUH SEMBILAN
51 51. LIMA PULUH
52 52. LIMA PULUH SATU
53 53. LIMA PULUH DUA
54 54. LIMA PULUH TIGA
55 55. LIMA PULUH EMPAT
56 56. LIMA PULUH LIMA
57 57. LIMA PULUH ENAM
58 58. LIMA PULUH TUJUH
59 59. LIMA PULUH DELAPAN
60 60. LIMA PULUH SEMBILAN
61 61. ENAM PULUH
62 62. ENAM PULUH SATU
63 63. Extra Part (1)
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. Prolog
2
2. SATU
3
3. DUA
4
4. TIGA
5
5. EMPAT
6
6. LIMA
7
7. ENAM
8
8. TUJUH
9
9. DELAPAN
10
10. SEMBILAN
11
11. SEPULUH
12
12. SEBELAS
13
13. DUA BELAS
14
14. TIGA BELAS
15
15. EMPAT BELAS
16
16. LIMA BELAS
17
17. ENAM BELAS
18
18. TUJUH BELAS
19
19. DELAPAN BELAS
20
20. SEMBILAN BELAS
21
21. DUA PULUH
22
22. DUA PULUH SATU
23
23. DUA PULUH DUA
24
24. DUA PULUH TIGA
25
25. DUA PULUH EMPAT
26
26. DUA PULUH LIMA
27
27. DUA PULUH ENAM
28
28. DUA PULUH TUJUH
29
29. DUA PULUH DELAPAN
30
30. DUA PULUH SEMBILAN
31
31. TIGA PULUH
32
32. TIGA PULUH SATU
33
33. TIGA PULUH DUA
34
34. TIGA PULUH TIGA
35
35. TIGA PULUH EMPAT
36
36. TIGA PULUH LIMA
37
37. TIGA PULUH ENAM
38
38. TIGA PULUH TUJUH
39
39. TIGA PULUH DELAPAN
40
40. TIGA PULUH SEMBILAN
41
41. EMPAT PULUH
42
42. EMPAT PULUH SATU
43
43. EMPAT PULUH DUA
44
44. EMPAT PULUH TIGA
45
45. EMPAT PULUH EMPAT
46
46. EMPAT PULUH LIMA
47
47. EMPAT PULUH ENAM
48
48. EMPAT PULUH TUJUH
49
49. EMPAT PULUH DELAPAN
50
50. EMPAT PULUH SEMBILAN
51
51. LIMA PULUH
52
52. LIMA PULUH SATU
53
53. LIMA PULUH DUA
54
54. LIMA PULUH TIGA
55
55. LIMA PULUH EMPAT
56
56. LIMA PULUH LIMA
57
57. LIMA PULUH ENAM
58
58. LIMA PULUH TUJUH
59
59. LIMA PULUH DELAPAN
60
60. LIMA PULUH SEMBILAN
61
61. ENAM PULUH
62
62. ENAM PULUH SATU
63
63. Extra Part (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!