JODOH DARI NERAKA
Betari mengaduk indomie soto lamongan miliknya dengan perasaan dongkol. Bagaimana tidak? Dia sudah membayangkan akan makan malam mahal, steik wagyu atau fettucini di restoran Italia di daerah kemang yang terkenal itu. Ditemani cahaya lilin dan segelas anggur merah. Tapi yang ada dia malah berakhir di Warmindo alias Warung Makan Indomie jelek dan penuh asap rokok pula. Mana tadi dia baru keramas. Rambut miliknya pasti sudah bau asap rokok sekarang.
Pahit , pahit , pahit .
Ya, Tuhan. Betari rasanya ingin menangis sekarang. Dia benci rambutnya bau, asap rokok apalagi. Sia-sia sudah dia keramas sore tadi. Semua ini gara-gara—siapa lagi kalau bukan suaminya—si manusia patung batu yang sangat menyebalkan. Bahkan belum genap satu minggu mereka menikah, dan Betari sudah tidak tahan menghadapi tingkah laku suaminya yang tidak berperasaan itu. Benar-benar mirip patung batu.
Lo benar-benar ngeselin. Tunggu saja pembalasan gue. Lo harus bayar mahal buat rambut gue. Dasar patung!
Bicara tentang bagaimana dia bisa berada di Warmindo jelek dan penuh asap rokok ini, Betari benar-benar menyesal karena telah menyetujui ajakan suaminya itu makan di luar. Tentu saja ajakan itu keluar dari mulut suaminya setelah Betari marah-marah karena di rumah mewah milik suaminya itu tidak ada makanan sama sekali. Memang sih, mereka baru pindah ke rumah baru tadi siang. Tapi, apakah suaminya itu harus menunggu Betari mengamuk dulu barulah ada makanan di atas meja. Ya, ampun! Suami macam apa sih dia?
Betari melirik pria itu yang duduk di hadapannya. Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tapi, kalau melihat isi mangkuknya yang tinggal setengah, Betari sangat yakin kalau pria itu menikmati makanannya. Atau mungkin kelaparan. Apa pun itu yang jelas Betari tidak peduli.
“Kamu nggak jadi lapar?”
Pertanyaan macam apa itu?
Betari mengangkat pandangannya, sekarang dia terang-terangan menatap wajah pria itu. Kalau boleh jujur, Betari ingin sekali menyiramkan Indomie soto lamongan miliknya ke wajah suaminya itu.
Belum sempat Betari membalas, pria itu sudah kembali bersuara. “Kalau kamu udah selesai makannya. Kita pulang.” Lalu tanpa menunggu jawaban dari Betari, pria itu melangkah pergi meninggalkannya.
Whatttt!
Betari menatap tidak percaya pada mangkoknya yang masih penuh. Sehelai mie pun belum ada yang masuk ke mulutnya. Tapi pria itu sudah memutuskan kalau dia sudah selesai makan.
Tuh, kan. Suaminya itu memang benar-benar keterlaluan.
Betari menaruh sendok di tangannya ke atas meja. Rasa kesalnya sudah mencapai ubun-ubun. Ya, Tuhan. Tolong tahan Betari supaya tidak langsung mencekik leher suaminya malam ini.
“Dasar manusia berdarah dingin!” umpat Betari pelan, lalu menyeret kakinya mengikuti pria itu keluar.
Tapi, Betari tidak langsung ikut naik ke dalam mobil. Dia sangat kesal dengan suaminya dan sangat lapar. Sejak tadi siang mereka pindah ke rumah baru hingga sekarang, Betari belum makan apa pun. Beruntungnya, dia tidak punya penyakit lambung.
“Kamu ngapain di situ? Cepat naik! Saya masih punya banyak kerjaan.” Sang suami terdengar tidak sabar.
Bodo amat. Pikir Betari.
Memangnya salah Betari kalau dia lapar?
Kalau boleh, Betari ingin kembali ke kehidupannya dulu sebelum terikat dengan pria itu. Atau kembali ke dua bulan lalu. Dia ingin menolak perjodohan atas dasar pemaksaan kakeknya menikahi Raden Umbara Atmojo, pria patung batu yang namanya seperti kutukan di telinganya.
Lama-lama Betari bisa terkena stroke hidup serumah dengan manusia patung itu.
Petaka. Petaka. Petaka.
(Telah direvisi pada 6 Mei 2023)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Amera
Seru! Tulisannya rapi dan enak dibaca/Smile/
2024-04-17
0
Sena Fiana
😃😃😃
2023-10-13
1
Dedeh Herawati
mampir ach
2023-10-12
1