19. Sengaja Bertahan

Suasana kampung yang masih pagi buta itu terasa sangat dingin hingga menusuk tulang. Stainer yang sudah tahu tempat itu sangat dingin menyiapkan mantel untuk istrinya.

"Kamu seperti doraemon hubby. Aku saja lupa akan hal penting ini," ucap Keysha yang sudah merasa lebih hangat mengenakan mantelnya yang dipakaikan Stainer padanya.

"Karena aku sudah mengenalmu, baby bahwa kamu selalu melupakan sesuatu kalau ada hal yang sangat mendesak dan membuat kamu pergi terburu-buru," ucap Stainer lalu turun dari mobil menuju kediaman neneknya Keysha.

Rumah besar dengan halaman luas dikelilingi tanaman buah bercampur dengan bumbu dapur yang tampak rapi di susun diantara pinggiran halaman membuat rumah itu menjadi tampak asri.

"Sepertinya suasananya sangat menyenangkan dan cocok untuk kita bulan madu di sini sayang," ucap Stainer melihat rumah bergaya Jawa dengan kombinasi modern itu terlihat megah dan sangat bersih.

"Eh non Keysha sudah datang?" sapa pelayannya nenek Wiwin.

"Baru saja bibi. Di mana nenek? kenapa rumah ini terasa sepi dan di mana orangtuaku dan saudaraku?" tanya Keysha sambil berjalan menuju kamar utama milik neneknya.

"Itu non, jantung ndoro putri kumat lagi jadi langsung di bawa ke rumah sakit. Oh iya non. Kamar untuk non Keysha sudah dirapikan sana si mbok," ucap bibik wiwien.

"Terimakasih bibi. Kenalkan ini suami Keysha bibi. Baiklah Keysha istirahat dulu nanti pagi baru ke rumah sakit. Keysha masih ngantuk bibi," ucap Keysha lalu mengajak suaminya ke kamar.

"Baik non Keysha!" ucap mbok Wiwin.

Stainer memperhatikan foto keluarga besar Keysha yang merupakan keluarga bangsawan. Stainer merasa sangat malu pada Keysha yang masih memiliki darah biru namun gadis ini tetap tampil apa adanya namun tidak memamerkan dirinya adalah keturunan ningrat.

"Hebat kamu Keysha. Kamu memiliki apa yang tidak semua orang mendapatkan penghargaan sehebat dirimu walaupun orang yang memiliki kekayaan melimpah seperti diriku, namun tidak bisa membeli status sosial sebagai keturunan ningrat seperti dirimu. Benar-benar kelurga beradab," batin Stainer yang tidak lagi menganggap remeh Keysha dengan pujian penuh hormat pada istrinya dan juga keluarga istrinya.

Selama menikah dengan Keysha, gadis itu tidak pernah menyinggung status sosialnya. Ia lebih membahas tentang karir dan pendidikannya. Ternyata Keysha hanya ingin membuktikan pada Stainer bahwa status bukan menjadi standar untuk orang membina rumah tangga. Jika terlalu diumbar, maka akan dimanfaatkan oleh orang lain untuk menipu.

"Sayang. Ayolah kita tidur dulu. Aku sangat mengantuk," ucap Keysha yang baru saja mandi dan sholat subuh.

"Apa tidak sebaiknya kita bercinta lagi sayang?" goda Stainer membuat Keysha melemparkan bantal wajah suaminya.

"Tubuhku sudah habis dibabat kamu di hotel tadi, masa kamu masih mau lagi. Ini saja masih terasa perih. Bahkan sebentar lagi tulang-tulangku mulai retak lalu remuk," protes Keysha yang langsung menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Baiklah. Nanti siang kita akan bercinta setelah pulang dari rumah sakit, bagaimana sayang? kamu maukan?" rayu Stainer sambil mengusap kepala istrinya yang sudah mendengkur.

"Ternyata dia benar-benar kelelahan hingga bisa cepat terlelap begini," lirih Stainer sambil mengecup bibir istrinya.

Stainer akhirnya juga ikut tidur karena tenaganya juga sudah terkuras habis menggarap istrinya.

...----------------...

Sekitar pukul sembilan pagi, Keysha dan Stainer sudah berada di rumah sakit. Eyang Ratih, nampak lemah dengan tarikan nafasnya yang tersendat walaupun sudah terpasang selang oksigen.

Walaupun sudah berusia 70 tahun, eyang Ratih masih terlihat sangat cantik." Pantas saja Istriku sangat cantik ternyata ini biangnya," batin Stainer yang ikut berdiri menatap wajah sang nenek.

"Terimakasih Stainer, kamu sudah datang menengok eyang," ucap nyonya Nining.

"Maaf bunda, kami baru tiba tadi subuh dan tidur dulu sebentar," ucap Stainer dengan suara baritonnya membuat si eyang langsung mengerjapkan matanya.

Wajah eyang Ratih terlihat sumringah walaupun ia sedang menahan sakit didadanya." Apakah ini suaminya Keysha?" tanya eyang Ratih.

"Iya eyang," jawab Keysha sambil mengusap bahu sang nenek.

"Aku senang kalian bisa melihatku semuanya. Dan kamu, namamu Stainer kan? kamu sangat tampan seperti suamiku. Aku ingin sekali melihat cicitku seandainya masih bisa diberikan waktu hingga Keysha melahirkan. Berapa usia kandunganmu sekarang sayang?" tanya eyang Ratih membuat Keysha mengerutkan keningnya.

"Maafkan Keysha eyang karena....-"

"Usia kandungannya baru dua bulan mami," ucap ibunya Keysha yang memang membohongi ibunya agar eyang Ratih bisa bertahan.

Nyonya Nining hanya bisa memohon kepada putrinya agar ikut bersandiwara di hadapan eyang Ratih.

"Jaga kandungmu baik-baik ya Keysha! Kenapa juga kamu ikut pulang kalau kamu sedang hamil muda?" tanya eyang Ratih.

"Sebenarnya kami ingin eyang semangat lagi untuk sembuh kalau kami semua bisa hadir di sini melihat keadaan eyang," ujar Keysha.

"Eyang akan bertahan sampai melihat cicit eyang lahir nantinya," ucap eyang Ratih.

"Iya eyang," ucap Keysha sedikit jengah dengan ucapan eyangnya.

"Pernikahan ini sebentar lagi akan berakhir eyang. Bagaimana mungkin aku akan mengandung anaknya jika ayahnya sendiri tidak menginginkanku? dia hanya butuh tubuhku bukan hatiku, eyang," batin Keysha mendadak jadi pendiam.

"Sekarang eyang makan dulu ya!" pinta Karen yang sudah siap menyuapi eyang Ratih.

"Ayah di mana bunda?" tanya Keysha yang tidak melihat ayahnya.

"Ayahmu langsung kembali ke Jakarta dengan pesawat. Ada meeting nanti siang," ucap nyonya Nining.

"Berarti bunda dan Karen masih di sini?" tanya Keysha.

"Setidaknya sampai eyang sembuh. Nanti Tante Reni akan pulang dari luar negeri jadi bisa gantian dengan bunda nungguin eyang," ucap nyonya Nining.

"Sekarang bunda dan Karen pulang istirahat saja dulu. Biar Keysha yang nungguin eyang," ucap Keysha.

"Tidak sayang! kamu lagi hamil jadi kamu yang pulang saja ke Jakarta karena eyang sudah cukup dijaga bundamu dan adikmu Karen," ucap eyang Ratih.

Keysha melihat ke arah ibunya yang hanya mengangguk menyetujui permintaan eyang Ratih. Stainer mengulum senyumnya karena ia masih belum puas bercinta dengan istrinya.

"Aku akan membuktikan harapan keluargamu yang menginginkan kamu segera hamil Keysha," batin Stainer.

"Ya sudah. Kalau begitu, Keysha pamit pulang dulu ya eyang," ucap Keysha lalu mengecup pipi eyangnya. Lalu diikuti Stainer.

Keysha juga pamit pada ibunya dan juga adiknya Karen karena mereka mau langsung pulang ke Jakarta. Di sepanjang jalan, Keysha hanya memikirkan kebohongan ibunya yang mengatakan dirinya hamil pada eyang Ratih.

"Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan? semuanya menjadi rumit saat ini," batin Keysha.

"Sayang. Apa yang kamu pikirkan, hmm? apakah kamu ingin segera hamil anak kita?" tanya Stainer saat Keysha terus menatap lurus jalan tanpa ingin melihatnya.

"Hah ..?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!