04

Arshaq menatap satu persatu siswa dan siswi yang ada di kelas MIPA 2, walaupun dia sedang menyamar sebagai seorang guru, tapi ia harus ber akting senatural mungkin.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Arshaq. disini saya menjadi guru sementara untuk menggantikan guru kalian yang sedang ada kegiatan lain di luar kota, bapak harap kalian bisa membantu bapak untuk beradaptasi disini," sapa Arshaq dengan senyuman yang terlihat manis.

"Cih, gue gak butuh guru honor."

Arshaq mengerutkan keningnya, ia menatap murid yang baru saja mengatakan hal itu, "Apa maksudmu?" tanya Arshaq.

"Pekerjaan bapak disini hanya sementara, kami tidak membutuhkan seorang guru yang tidak propesional," imbuh Haikal sambil terkekeh pelan.

Semua mata kini tertuju kearah Haikal, bahkan Aileen yang mendengarnya pun sangat terkejut, dia baru pertama kalinya menginjakan kaki di sekolah yang terbilang cukup terkenal dan juga menjadi bagian favorit orang-orang yang ingin melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah atas.

"Lupakan, sekarang bapak akan mengabsen kalian."

Semua siswa dan siswi kembali terdiam, ada beberapa siswi yang menatap kagum Arshaq dan ada juga yang berbisik-bisik untuk memuji ketampanannya.

"Shella."

"Hadir pak!"

"Alana."

"Hadir."

"Calvin."

"Hadir."

"Haikal."

Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara dan hal itu membuat seisi ruangan kelas hening, "Haikal?" Arshaq kembali bersuara.

Laki-laki yang sekarang menjadi objek perhatian semua orang langsung beranjak berdiri dan hendak keluar, tapi sebelum itu Arshaq menahannya. "Kau mau pergi kemana?" tanyanya.

"Sudah gue bilang, gue tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran dari seorang guru honor!" jawab Haikal.

Miri dan Helen saling berpandangan, sikap temannya itu kadang keras kepala, Haikal sangat jarang mendengarkan perkataan orang lain, tetapi jika itu Ibunya, dia akan patuh seperti anak anjing.

"Biarkan saja pak, dia memang suka seperti itu." imbuh Miri sambil tersenyum lebar.

"Baiklah, pembelajaran kalian baru sampai mana?"

Semua siswa dan siswi kini membuka buku masing-masing, semuanya fokus terhadap penjelasan yang dikirimkan oleh Arshaq, beruntung jika detektif yang sedang menyamar sebagai seorang guru itu pandai matematika, jadi tidak terlalu kesulitan.

.

.

.

Setelah jam pembelajaran ketiga selesai, semua siswa dan juga siswi di perbolehkan untuk istirahat. Aileen saat itu hendak pergi mengelilingi Indepty High School, karena baginya sekolah tersebut masih terasa asing dan Aileen belum terbiasa dengan tempat barunya.

"Lo mau masuk ke eskul Dance? jangan berharap!"

Aileen menghentikan langkahnya di depan pintu masuk Sangar, biasanya tempat itu dijadikan siswa dan siswi untuk latihan menari ataupun senam. gadis cantik itu melihat ada tiga orang siswi yang sedang menghadapi seorang wanita yang terlihat ketakutan.

"Lo punya uang atau koneksi buat masuk eskul ini? asal lo tau ya, eskul ini cuman buat orang-orang kayak kita, orang miskin kayak lo itu ga akan bisa masuk, bahkan lo aja sekolah disini di bantuin sama pemerintah!" ujar Helen sambil menoyor kepala wanita yang bernama Lala kebelakang.

Meryl berjalan mendekati Lala, gadis itu tersenyum tipis, tangannya meraih kepala Lala dan beberapa detik kemudian wajah Lala mendongak keatas karena Meryl menjambak rambutnya.

"Hey, dengarkan. lo gak cocok sama sekali, bahkan penampilan lo aja culun kayak gini, mending buang jauh-jauh impian lo yang ingin menjadi Dancer itu." setelah mengatakan itu, Meryl melepaskan jambakannya dan mendorong tubuh Lala sehingga membuatnya jatuh ke lantai, Aileen yang dari tadi melihatnya pun merasa geram dan hendak masuk ke dalam untuk membantu wanita tersebut, tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangannya, dia adalah Calvin.

"Lepasin gue!" pinta Aileen seraya menarik tangannya yang di genggam oleh Calvin tadi.

"Dengerin gue, jangan ikut campur urusan mereka lagi."

"Jadi gue harus diem aja gitu saat ngeliat ada orang yang lagi di rundung kayak gitu? sick banget lo ya!" tekan Aileen.

Calvin menyatukan alisnya, merasa terkejut dengan perubahan sikap Alana yang tiba-tiba menjadi berani seperti ini, Alana yang dikenal oleh Calvin adalah Alana yang diam saja saat dirinya sedang di rundung, yang pasrah saat dirinya selalu menjadi bahan sasaran kejahatan dari ketiga orang yang selalu menyakitinya.

Secara tiba-tiba, Calvin meraih tangan Aileen dan memperhatikannya, hal itu tentu saja membuat Aileen kebingungan, tapi untuk beberapa saat dirinya menjadi sangat khawatir akan sesuatu.

"Apa dia tahu kalau ada tanda lahir di lengan Alana? bodoh banget gue sampai-sampai melupakan hal sepenting itu!" batin Aileen cemas.

"Lepasin!" Aileen kembali menarik tangannya, tanpa berkata apa-apa lagi ia pun pergi meninggalkan Calvin yang sedang terpaku di tempat.

"Alana bukannya punya tanda lahir di lengannya? kenapa waktu gue cek ga ada?" tanyanya pada diri sendiri.

Disisi lain Safira tengah menikmati teh yang baru saja di buatkan oleh asisten rumah tangganya, di depannya ada seorang laki-laki bertubuh besar, dia adalah orang suruhan Safira untuk membuntuti Edgar.

"Sepertinya dia sedang mengincar seseorang," katanya.

"Seseorang?"

"Anda tahu bukan, berita tentang kematian seorang penguasa terkenal beberapa tahun silam? saya mendapatkan informasi mengenai istri dan juga kedua anaknya. ternyata mereka bertiga belum meninggal dan masih hidup, tapi saya belum menggali lebih dalam mengenainya, akan saya usahakan malam ini untuk mencari keberadaan alamat rumahnya."

Safira terdiam sejenak, tidak ada yang beres mengenai hal ini dan firasatnya pun tiba-tiba saja menjadi tidak enak, "Untuk apa Edgar mengincarnya? apakah ini pertanda buruk? firasatku tidak enak sekali," gumamnya.

"Aku mohon agar mempercepat pencariannya, aku ingin bertemu dengan istri dari pengusaha itu."

Laki-laki yang ada di depannya terlihat mengangguk. setelah berpamitan, ia pun keluar dari ruangan tersebut. beberapa menit setelah kepergian laki-laki itu, datanglah Kintania, Ibu Helen.

"Siapa dia, ra?" tanya Kintania sambil terus-terusan menoleh kebelakang.

"Haha, dia hanya orang suruhanku untuk mengawasi Haikal."

"Oh seperti itu, aku kira kenapa. oh ya, aku datang kesini karena ingin mengundangmu ke acara festival night Indepty High School, pimpinan sekolah itu sengaja membuat acaranya karena ingin menyambut tahun baru, apalagi katanya Haikal akan perform Dance solo."

"Benarkah?" tanya Safira sambil tersenyum lebar.

"Aku tahu, anak-anak sangat menyukai menari. untung saja ada eskul seperti itu di Indepty High School dan jarang sekali orang-orang dari kelas bawah yang bisa memasukinya."

"Benar, baiklah. aku akan menghadiri acaranya, dua minggu lagi bukan?"

Kintania mengangguk dengan begitu antusias, mereka pun kembali melanjutkan percakapannya dengan hal yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!