Pada kenyataannya, Hansen harus kembali di hari berikutnya hanya karena permintaan ibunya. Dan disinilah ia sekarang, berada didepan sebuah bangunan yang didepannya dipasang sebuah plang dengan tulisan Danz Bridal n Boutique.
Diawali dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, barulah Hansen mendorong pintu kaca yang ada dihadapannya.
"Akhirnya kakak datang juga," sambut Vanya yang ternyata sudah menunggu kedatangan Hansen disana.
Dulu, Hansen sangat senang apabila adik kelasnya ini sedang bertutur kata pada siapa saja, karena Vanya akan terlihat menggemaskan dimatanya. Tapi, sekarang berbeda. Bukan karena Hansen tidak menyukai Vanya lagi, tapi karena keadaan lah yang mengharuskannya untuk tidak terlalu menunjukkan ketertarikan pada Vanya yang dikedepan hari akan berubah status menjadi saudaranya.
"Aku pikir Kak Hans gak bakal datang kesini," tutur Vanya, polos seperti biasanya.
"Gue emang gak niat dateng, kalo gak karena Mama ... ogah gue kesini."
Vanya hanya tersenyum kecil, lantas kembali berbicara dengan suara cempreng khas-nya. Meski begitu, tidak sekalipun Hansen menganggap itu adalah sebuah kekurangan Vanya, karena suara cewek itu selalu terdengar merdu di indera pendengaran Hansen.
Vanya pun mengajak Hansen untuk segera melakukan fitting busana yang akan dikenakan pada pesta pernikahan kedua orangtua mereka nanti.
"Dresscode nya sih putih, tapi aku lebih suka pink. Gimana menurut kakak?"
"Ya lo aja pake pink. Ya kali gue ikutan pake pink juga," sahut pemuda itu dengan bersungut-sungut.
Vanya terkikik, tampak menahan geli karena menganggap ucapan Hansen terlalu blak-blak-an. Dia masih menganggap sikap Hansen ini adalah sebuah percandaan.
Namun, Vanya tak bisa memungkiri jika ada yang berbeda dari sikap Hansen belakangan ini, tepatnya sejak mereka diperkenalkan sebagai calon kakak dan adik sambung.
Menurut Vanya, Hansen kini tampak acuh padanya, pemuda itu juga terlihat tidak seperti dulu. Biasanya, Hansen sering melempar senyum pada Vanya saat di sekolah. Meskipun mereka jarang terlibat percakapan yang terbilang lama, tapi sikap Hansen yang dulu lebih hangat ketimbang sekarang.
"Mama sama Om Chandra lama banget datangnya," celetuk Hansen dengan gerak-gerik yang terus menatap ke arah pintu masuk. Dia tak bisa berduaan begini dengan Vanya, itu akan berimbas pada perasaannya nanti.
"Memangnya Tante Zia gak bilang kalau mereka gak ikut kesini? Ini cuma sesi fitting busana buat keluarga aja, Kak. Dan kebetulan semua udah pada fitting, cuma kita berdua aja yang belum, karena kemarin kita masih sibuk ujian semester, kan?"
Hansen menggaruk pelipisnya sekilas. Keadaan ini benar-benar menjebaknya bersama Vanya padahal dia sangat ingin menghindarinya demi menjaga kewarasan diri dan hati tentunya.
Seorang pramuniaga yang bekerja di Bridal itu mulai menunjukkan beberapa model busana yang sesuai dengan tema pernikahan yang diusung oleh Zia dan Chandra.
Vanya tampak antusias memilih, berbanding terbalik dengan Hansen yang tampak tidak tertarik sedikitpun.
"Lo pilih aja deh yang mana yang cocok buat gue." Hansen menyerah, ia tidak pandai dalam hal seperti ini.
"Kalau gitu aku pilih yang baby pink ini aja ya, Kak?" canda Vanya.
"Jangan ngadi-ngadi, Van. Gue gak mungkin pake warna girly gitu!"
"Tapi ini bagus, Kak. Percaya deh." Gadis itu mengulumm senyum.
"Lo mau buat gue jadi pinky boy atau gimana? Gue warna putih atau hitam aja, yang netral."
Vanya tampak berlagak mencebik dan merengut, tak lama ia pun menyerahkan pilihan akhir pada pramuniaga yang sejak tadi menunggu dan memberikan berbagai komentar untuk look yang lebih baik diantara semua pilihan-pilihan yang diberinya.
"Kata Tante Zia, waktunya terlalu mepet untuk buat gaun yang sesuai dengan keinginan aku, jadi pilih yang sudah ada aja dan nanti tinggal di sesuaikan ukurannya," jelas Vanya pada Hansen meski pemuda itu tidak menanyakannya sama sekali.
"Gak ngerti gue yang begituan!" Begitulah respon Hansen atas perkataan Vanya, kendati demikian dia tetap mendengarkan penuturan gadis itu dengan seksama.
Saat pemilihan busana dan pencocokan ukuran sudah selesai, keduanya keluar dari Bridal dengan tidak beriringan. Hansen di depan, sementara Vanya menyusul dibelakang tubuh jangkung pemuda itu seperti anak ayam yang mengekori induknya.
"Tunggu, Kak!" Vanya menarik lengan Hansen yang segera ditepis Hansen saat itu juga.
"Apaan sih!" keluh Hansen atas tindakan Vanya yang sudah berani kontak fisik dengannya. Hansen menghindari hal ini. Bahkan sangat menghindari, karena sekali lagi ia tekankan bahwa ini akan mempengaruhi perasaannya nanti.
"Kakak kenapa, sih? Dari awal datang kesini kayak gak senang gitu ke aku?" Vanya mulai menyuarakan protesnya atas sikap Hansen yang terlampau berbeda dari seorang Hansen yang ia kenal selama ini.
"Siapa bilang? Biasa aja gue," jawab Hansen berdusta. Tentu saja ia sangat menyadari perubahan sikap yang dibuatnya didepan Vanya.
"Kalau gitu, aku pulang nebeng motor kakak ya."
"Apa?" Mata Hansen terbelalak. Ia tidak mau membonceng Vanya, bukan karena dia benar-benar tidak mau, tapi karena kenyataan yang ada masih terlalu sulit untuk Hansen terima begitu saja.
"Iya, tadi aku datang kesini naik taksi online. Aku belum punya SIM buat bawa mobil, Kak."
"Naik motor kan bisa!"
"Sama. Gak punya SIM juga. Kan aku masih kelas 11 dan masih 16 tahun."
"Gak nanya!" ketus Hansen kesal dengan keadaan dimana ia diharuskan dekat dengan Vanya namun harus menganggapnya sebagai seorang adik.
"Jadi, kakak tega biarin aku pulang jalan kaki?" Vanya mengerucutkan bibirnya.
"Tadi pas pergi, lo bisa naik taksi kan? Ya udah, sekarang pesan aja taksi online juga!" usul Hansen realistis.
"Tapi kan ada Kak Hans. Tante Zia bilang kita harus mulai dekat karena kita bakal jadi saudara, Kak ..."
Dan ucapan Vanya kali ini benar-benar membuat Hansen tertampar oleh keadaan. Ia menarik nafas panjang mencoba menahan gejolak emosi yang muncul dihatinya setiap mengingat akan hal ini.
"Udahlah, gue pesenin lo taksi aja. Gue gak bisa nebengin lo!"
"Kakak ada masalah ya? Biasanya kakak gak begini ke aku."
Ingin sekali Hansen berteriak dan mengatakan pada Vanya bahwa masalahnya adalah Vanya sendiri.
"Iya, gue ada masalah dan masalah itu adalah lo!" batin Hansen, namun tak berani mengutarakan hal itu pada Vanya dihadapannya.
"Kakak gak senang ya kita bakal jadi saudara? Tau gak, pas tau kalau anaknya Tante Zia itu adalah Kak Hans dan yang bakal jadi kakak ku adalah Kak Hans, aku excited banget lho, Kak!"
"Oh ya?" Hansen tersenyum miring. "Segitu senengnya lo jadi sodara gue?" tanyanya.
Vanya mengangguk-anggukkan kepalanya secara berulang. Sikapnya itu justru membuat Hansen gemas. Bagaimana bisa Vanya senang dengan keadaan dimana mereka harus menjadi saudara? Hah! Very damned!
"Emang kakak gak senang?"
"Enggak!"
"Kenapa?"
Hansen membuang pandangan ke arah lain, mengontrol diri agar tidak keterusan berbicara pada gadis ini yang justru akan berujung pada pernyataan cintanya yang sudah terlambat.
"Apa aku bukan gadis yang baik buat dijadikan adik sambung? Apa aku gak pantas buat menyandang status sebagai adik dari Kak Hansen? Iya? Kalau memang iya aku bakal terima itu, kak. Tapi tolong jangan hanya karena ini kakak berniat ngebatalin pernikahan Mama kakak dan papa aku," tukas Vanya dengan suara melirih.
"Berisik banget sih lo!"
"Tapi emang bener kok. Kalau emang kakak begini karena gak suka sama aku, aku mohon supaya kakak jangan--"
"Cerewet lo! Ngomong panjang lagi gue cium juga lo!" serobot Hansen membuat bibir Vanya langsung terdiam dan tidak melanjutkan kosa-katanya lagi. Gadis itu tertegun sejenak karena ucapan yang dilontarkan Hansen beberapa detik lalu.
Vanya masih mengerjapkan mata dalam posisinya saat tiba-tiba suara seruan Hansen terdengar.
"Jadi nebeng gak lo? Kalau gak jadi, gue langsung cabut sekarang!"
Vanya langsung tersadar dengan keadaan, lantas ia pun berlari menuju Hansen yang entah sejak kapan sudah berada diparkiran, tepatnya di dekat motor besar milik pemuda itu.
...Bersambung ......
Dukung karya ini dengan cara vote, like, gift dan tinggalkan komentar. Terima kasih 💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Arsyila Alfatun Nisa
semangt ya kk
2023-04-28
1