Dari arah lobi sebuah Apartemen terlihat seorang Pria tampan dengan wajah yang hampir mirip dengan Ansel lantas melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dia adalah Amar kakak Ansel. Kehidupan keduanya yang tidak pernah akur atau jarang berkomunikasi, lantas membuat Amar jarang sekali berhubungan dengan Ansel jika ia tidak ada perlunya saja. Hari ini setelah sekian lama Amar yang baru saja kalah setelah main judi memutuskan untuk menemui Ansel hendak meminjam uang kepada Ansel.
Ting.
Suara pintu lift yang terbuka lantas langsung membuat Amar yang mengetahui hal tersebut langsung melangkahkan kakinya dengan perlahan keluar dari lift menuju ke arah unit Apartemen Ansel saat ini. Amar melangkahkan kakinya dengan secara perlahan menyusuri lorong Apartment, meski Amar tidak terlalu yakin bahwa Ansel akan meminjamkan uang kepadanya atau tidak, namun setidaknya adiknya itu selalu bisa dibodohi dengan cara-cara tipu muslihat yang mungkin akan membuat hatinya luluh dan memberikannya sedikit uang.
"Mungkin dengan sedikit air mata buaya ditambah dengan kejutan kedatangan ku di malam hari ini, aku yakin Ansel akan mau memberikan ku beberapa uang." ucap Amar dengan tersenyum tipis.
Amar menghentikan langkah kakinya ketika ia berada tepat di depan pintu unit Apartment Ansel. Tangan Amar kemudian perlahan naik dan hendak menekan bel pintu unit Apartment tersebut, namun terhenti di udara ketika sebuah ide terlintas jelas dibenaknya.
"Sepertinya kalau aku menakan bel sudah pasti ia tidak akan membukakan pintu untuk ku, mengingat sekarang masih pukul 2.30 aku yakin dia masih tidur, sebaiknya aku masuk langsung saja ke dalam... Baiklah mari kita coba apakah password pintunya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu?" ucap Amar sambil bersiap-siap hendak membuka pintu.
.
.
.
Amar yang sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam, lantas mulai mencoba dan mencoba memasukkan beberapa password lagi dan lagi. Sampai akhirnya ketika percobaan yang ketiga kalinya sebelum pada akhirnya terblokir Amar berhasil membuka password pintu tersebut.
Amar yang tanpa ingin menyianyiakan waktu lagi lantas mulai memasuki unit Apartment tersebut tanpa beban sama sekali melangkahkan kakinya masuk dengan senyuman yang lebar. Sebuah suara wanita yang begitu asing mendadak terdengar di telinganya begitu ia baru saja masuk ke dalamnya.
"An kau dari mana saja? Aku..." ucap Aslin dengan memasang raut wajah yang cemberut namun terpotong ketika Aslin malah mendapati bahwa yang baru saja masuk bukanlah Ansel melainkan orang lain.
"Siapa kamu?" ucap Aslin yang terkejut ketika melihat seseorang yang tidak ia kenali tengah berdiri masuk ke dalam.
"Kau yang siapa?" pekik Amar yang ikut terkejut akan kehadiran dari Aslin di Apartment adiknya.
Keheningan terjadi diantara keduanya membuat situasi terasa semakin aneh dan juga canggung ketika itu.
"Sepertinya kamu salah masuk unit Apartment, ini adalah Apartment milik Ansel." ucap Aslin mulai menjelaskan kepada Amar karena Aslin pikir Amar salah masuk kamar.
"Ansel? Bersama dengan seorang wanita? Apa yang aku lewatkan selama ini? Mana cantik lagi? Sayang banget kalau dianggurin, apa Ansel sudah mencicipinya?" ucap Amar dalam diri sendiri membuat Aslin lantas mengernyit ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Amar barusan.
"Saya Amar kakak Ansel" ucap Amar sambil mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Aslin berada.
"Baiklah saya akan menghubungi Ansel kamu sebaiknya duduklah dulu di sana." ucap Aslin yang sedikit risih akan cara menatap Amar padanya.
Aslin mundur beberapa langkah membuat Amar langsung menghentikan langkah kakinya dengan spontan.
"Ada apa? Aapa kamu takut dengan ku?" tanya Amar barusan dengan senyuman yang tipis.
Mendapat pertanyaan tersebut lantas hanya membuat Aslin tersenyum dengan kecut, bagaimanapun juga Aslin sama sekali tidak mengenal Amar namun Amar sudah seperti mengenal dirinya dan seakan-akan menatapnya seperti hendak melahapnya. Membuat Aslin begitu risih ketika mendapat tatapan tersebut dari Amar.
"Aku akan menelpon Ansel terlebih dahulu dan mengabarinya bahwa kamu datang, silahkan duduk..." ucap Aslin kemudian mempersilahkan Amar untuk duduk.
Setelah mengatakan hal tersebut Aslin kemudian mulai mendekat ke telpon duduk berusaha untuk menghubungi Ansel di sana, hanya saja ketika ia sampai tepat di telpon duduk bukan Ansel yang ia hubungi melainkan petugas keamanan. Bukannya Aslin tak percaya hanya saja kedatangan Amar yang tiba-tiba di Apartment Ansel tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membuat Aslin curiga akan Amar saat ini. Apalagi Amar datang di pagi-pagi buta seperti ini, bukankah hal ini terasa terlalu mencurigakan?
Diliriknya sesekali Amar yang hingga saat ini masih menatap ke arah Aslin, mungkin lebih tepatnya ke arah kaki jenjang Aslin yang terlihat begitu indah ketika memakai rok kerja sebatas lutut.
"Benar-benar luar biasa tipe Ansel, jika itu milik ku sudah ku jadikan boneka pemuas setiap harinya." ucap Amar dengan nada yang begitu datar namun juga mendamba.
Alin menggigit bibir bagian bawahnya ketika nomor telpon keamanan sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Mengapa susah sekali sih?" ucap Aslin dengan nada yang kesal namun lirih.
Sampai kemudian sebuah suara yang terdengar di seberang sana, membuat Aslin lantas tersenyum dengan lebar begitu mendengarnya secara langsung seakan merasa lega bahwa ia bisa meminta bantuan kepada seseorang.
"Pak tolong datang ke unit..." ucap Aslin namu terpotong ketika tiba-tiba Amar merebut gagang telpon tersebut dan menutupnya begitu saja.
Mendapat perlakuan tersebut tentu saja membuat Aslin lantas terkejut dengan seketika, Aslin benar-benar tidak menyangka bahwa Amar sudah berada tepat di belakangnya dan mengambil gagang teleponnya padahal ia belum sempat mengatakan ia berasal dari unit Apartemen yang sebelah mana. Aslin yang tidak suka dengan cara Amar yang seperti itu lantas menatap dengan tatapan yang tajam kepada Amar. Namun Amar malah tersenyum ketika melihat tatapan itu, membuat Aslin yang mendapat senyuman dari Amar barusan lantas langsung mengernyit seakan bertanya-tanya akan maksud dari tatapan serta senyuman yang berasal dari wajah Amar barusan.
"Apa yang kau lakukan ha?" ucap Aslin dengan nada yang kesal.
"Aku? Yang harusnya bertanya itu aku, apa yang sedang coba kau lakukan saat ini hingga langsung menghubungi tim keamanan Apartment? Apa kau kira aku ini seorang penjahat?" ucap Amar kemudian tak ingin kalah.
Mendengarnya langsung keluar dari mulut Amar barusan tentu saja membuat Aslin terkejut bukan main, Aslin benar-benar tidak menyangka bahwa Amar mengetahui jika saat ini ia tengah menghubungi tim keamanan untuk segera datang ke unit Apartemennya.
"Bukan begitu... Aku..." ucap Aslin bingung hendak menjelaskannya bagaimana untuk membuat Amar percaya kepadanya saat ini, setidaknya Aslin mencoba untuk mengulur waktu sampai kedatangan Ansel kembali kesini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments