BAB 16

Sabda menyandarkan punggungnya dikursi. Memejamkan mata sambil memijit pelipisnya. Kepala pusing karena pagi-pagi sudah dibuat geram.

Beberapa menit kemudian, Yulia masuk lalu menutup pintu kembali.

"Kenapa Ibu melakukan ini?" tanya Sabda dengan suara lirih. Dia sangat kecewa pada ibunya.

"Apa maksudmu, melakukan apa?"

"Sudahlah Bu, aku sudah tahu semuanya."

Wajah Yulia seketika pucat pasi. Dia sudah membayar sekurity yang bertugas tadi malam untuk mematikan cctv. Dia pikir, Sabda tidak akan tahu, tapi ternyata dia salah.

"Jangan menuduh tanpa bukti." Yulia masih berusaha mengelak.

"Tidak ada bukti karena Ibu sudah melenyapkannya."

Yulia kaget mendengar itu.

"Kenapa Ibu melakukannya?" Sabda berusaha mengontrol emosinya. Dia tak mau berteriak didepan wanita yang telah melahirkannya. "Kenapa Bu? Kenapa Ibu tega hendak melenyapkan cucu Ibu sendiri?"

"Dia bukan cucu ibu," sahut Yulia dengan nada tinggi. "Wanita itu hanya membodohimu. Tak ada bukti jika dia hamil anak Dennis."

"Tapi aku percaya dia hamil anak Dennis Bu, keponakanku, cucu Ibu." Rasanya Sabda ingin sekali meledak. Dia sangat kecewa pada ibunya.

"Stop Sabda. Berhenti jadi manusia naif. Kamu orang terpelajar, mana mungkin bisa dibodohi oleh wanita rendahan seperti dia."

Sabda tersenyum getir. "Karena aku orang terpelajar, aku tahu siapa yang sedang berbohong dan tidak. Aku sangat menginginkan bayi itu Bu." Sabda menekankan kalimatnya dengan mata berkaca kaca. "Jadi aku mohon, berhenti melakukan hal yang bisa mencelakai janin itu." Lanjutnya sambil mengatupkan kedua telapak tangan didada. Dia sungguh sungguh memohon saat ini.

Yulia mengepalkan telapak tangannya. Dia benci situasi ini. Benci saat dia harus bersilang pendapat dengan Sabda. Dan lebih benci lagi, melihat Sabda memohon demi wanita murahan yang menurutnya tak pantas dibela.

"Ibu sudah kehilangan Dennis, jadi Ibu minta, jangan membuat ibu merasa kehilanganmu juga karena sikapmu yang lebih membelanya daripada ibu."

Sabda menghampiri Yulia, memegang kedua bahunya sambil menatap kedua netranya. "Sampai kapanpun, aku tetap anak Ibu. Dan hingga detik ini, aku menghormati Ibu melebihi rasa hormatku pada siapapun. Jadi aku mohon, jangan membuat rasa hormatku pada Ibu hilang karena perbuatan Ibu."

Yulia mengalihkan pandangan kearah lain. Dia tak mau lemah karena menatap Sabda.

"Ibu juga wanita, Ibu juga pernah hamil. Jadi tak perlu aku jelaskan bagaimana perasaan Nuri. Sabda mohon, gunakan hati nurani seorang Ibu."

Sabda melihat jam tangannya. Sebentar lagi dia ada meeting penting, jadi tak bisa berlama lama.

"Mulai sekarang, aku akan menghubungkan cctv rumah dengan ponselku. Aku harap, Ibu tak lagi melakukan hal buruk pada Nuri." Sabda pergi setelah mengatakannya.

.

.

Fasya, dia sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Sabda tadi pagi. Dia tahu, pelukan itu bukan bagian dari sebuah pertolongan. Dia tidak sedang menopang badan Nuri, tapi jelas jelas memeluknya dengan sepenuh hati.

"Aku kecewa padamu Mas," Gumam Fasya dengan air mata menetes. Setelah 3 tahun menikah, ini pertama kalinya Sabda membuatnya sakit hati.

Disaat pikirannya dipenuhi amarah dan kekecewaan, dia teringat ide mamanya tadi malam, mencuri surat berharga milik Sabda. Sabda sedang bekerja sekarang, mungkin inilah saat yang paling tepat. Tapi ada cctv, dia tak boleh gegabah.

Fasya keluar kamar, berjalan menuju pos satpam. Sengaja dia menyuruh satpam yang bertugas keluar untuk membelikannya sesuatu. Setelah pos kosong, gegas dia menuju ruang kerja Sabda. Dia tahu jika ditempat itulah suaminya menaruh semua surat-surat berharga.

Brankas, dia yakin disanalah Sabda menaruh semua berkasnya. Tak perlu usaha keras untuk membuka brankas karena dia tahu kodenya. Begitu brankas terbuka, dia mengambil 2 buah surat tanah. Dia punya banyak kenalan. Kalau hanya urusan tandatangan Sabda, itu hal yang sangat mudah baginya.

"Maafkan aku Mas. Tapi kamu sudah membuatku kecewa."

Dengan surat tanah ditangan, Fasya celingukan melihat keadaan diluar. Begitu dirasa sepi, segera dia membawanya kekamar lalu menyimpannya ditempat aman. Urusan surat beres, dia kembali keluar untuk menghapus rekaman cctv.

Fasya tak tahu jika tadi, Nuri tak sengaja melihatnya keluar dari ruang karja Sabda dengan tergesa-gesa. Dia melihat Fasya membawa sesuatu. Dan yang paling aneh, gerak geriknya sangat mencurigakan.

Nuri masuk keruang kerja Sabda. Seperti biasa, dia selalu membersihkan tempat itu. Semua tampak rapi disana. Tapi Nuri masih merasa aneh dengan gelagat Fasya tadi.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-04-09

1

Ani Ani

Ani Ani

nanti DIA yangdituduh

2024-03-08

0

Sweet Girl

Sweet Girl

lain kali kamu ambil gambarnya...

2024-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!