BAB 2

Hari ini, 7 hari setelah kematian Dennis. Sesuai janji Sabda, pria itu menjemput Nuri dikosannya. Nuri hanya gadis kampung yang merantau ke Jakarta. Niat awal kuliah, tapi dia malah terseret dalam pergaulan bebas di ibu kota. Kepolosannya dimanfaatkan oleh Dennis hingga akhirnya, dia hamil diluar nikah.

Nuri gemetaran sejak memasuki mobil Sabda. Dia tak mengenal pria itu, jadi wajar jika dia merasa takut.

"Kita akan kemana?" tanya Nuri dengan suara bergetar.

"Nanti kau akan tahu." Jawab Sabda dengan pandangan tetap lurus kedepan. Selama seminggu ini, dia mencari informasi tentang Nuri. Di sosial media gadis itu, dia mendapati banyak foto Nuri dan adiknya. Dan dari keterangan teman teman Dennis, Nuri memang kekasih Dennis. Selain itu, saat dipemakaman tempo hari, Nuri juga menunjukkan bukti chat antara dia dan Dennis.

"Anda tidak akan menyuruh saya menggugurkan janin ini seperti Dennis kan?" Ujar Nuri sambil menunduk dan menyentuh perutnya.

Sabda menoleh kearah Nuri mendengar itu. "Jadi Dennis menyuruhmu menggugurkan janin itu?" Melihat Nuri mengangguk, Sabda langsung memejamkan mata. Dia tak menyangka jika Dennis yang selalu baik dimatanya, ternyata seorang bajingan. Mau berbuat tapi tak mau bertanggung jawab.

"Jika anda ingin membawa saya ke klinik aborsi, turunkan saya sekarang juga. Saya tidak akan pernah mau melakukan itu. Sudah terlalu banyak dosa yang saya perbuat, dan saya tak mau menambahnya lagi." Nuri menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya. Teringat kembali dosa dosa yang sering dia lakukan bersama Dennis. Tapi menyesalpun tak ada gunanya, sudah terlanjur ada janin didalam perutnya.

"Tenang saja, aku tidak akan membawamu kesana." Sabda meraih tisu lalu menyodorkannya kehadapan Nuri.

"Terimakasih." Nuri meraih tisu tersebut lalu menggunakanya untuk menyeka air mata dan menyusut hidung.

Nuri makin bertanya tanya saat mobil yang dikendarai Sabda masuk kekawasan perumahan elit. Kemanakah kiranya pria itu akan membawanya?

Mobil berhenti didepan rumah mewah dengan pagar yang sangat tinggi. Pagar terbuka secara otomatis, dan saat mobil memasuki halaman, dua orang satpam terlihat menunduk hormat.

Nuri sibuk mengedarkan pandangannya. Rumah siapakah ini? Pria disebelahnya tidak sedang merencanakan sesuatu yang buruk padanyakan?

"Kau tidak tahu tempat ini?" Tanya Sabda saat melihat Nuri celingukan.

"Tidak." Sahut Nuri sambil menggeleng.

"Ini rumahku. Dan itu artinya, rumah alm. Dennis juga."

Nuri terkejut mendengarnya. Dia memang tahu jika Dennis anak orang kaya, tapi dia tak menyangka jika sekaya ini.

"Bisa bisanya kau tidur dengan pria yang bahkan alamat rumahnya saja kau tak tahu."

Jleb

Kalimat itu bernada sindiran, membuat Nuri langsung menunduk malu. Dennis memang selalu mengalihkan pembicaraan saat Nuri mulai bertanya tentang alamat rumah atau tentang kehidupan pribadinya. Tapi meskipun Dennis tertutup tentang itu, Dennis baik padanya. Selalu ada saat dia membutuhkan. Bahkan Dennis beberapa kali memberinya uang saat dia belum mendapat kiriman dari orang tua dikampung.

Nuri pikir, Dennis tulus. Tapi ternyata, kebaikannya hanya modus untuk membodohi gadis kampung sepertinya.

"Ayo turun, ada yang perlu kita bicarakan." Ucap Sabda sambil melepas seatbeltnya.

Nuri mengangguk, melepas seatbelt lalu turun dan mengikuti langkah Sabda masuk kedalam rumah. Meski sangat mewah, tapi rumah tersebut terkesan begitu sepi.

"Tunggulah disini." Sabda menyuruh pembantu menyediakan minuman untuk Nuri yang sedang menunggu disofa ruang keluarga. Setelah itu dia naik kelantai atas untuk memanggil ibu dan istrinya.

Nuri meneguk orange jus yang baru saja dihidangkan oleh art. Meskipun tampak segar, nyatanya minuman itu tak bisa menyegarkan hati dan pikirannya yang saat ini gelisah.

Sekitar 20 menit kemudian, Sabda turun bersama ibu dan istrinya. Sengaja dia tak memberitahu apapun, hanya meminta mereka untuk turun dan mengatakan jika ada hal yang penting.

"Dia siapa Mas?" Tanya istri Sabda yang bernama Fasya saat melihat seorang gadis duduk di sofa ruang keluarga mereka.

Nuri, gadis itu salah tingkah saat dirinya tiba tiba menjadi pusat perhatian.

"Dia Nuri," jawab Sabda.

"Nuri siapa?" tanya Bu Yulia, ibunda Sabda.

"Kekasih Dennis."

Yulia mengamati penampilan Nuri. Kesederhanaan yang ditampilkan Nuri membuatnya ragu jika Dennis memacari gadis seperti itu.

"Dia hamil anak Dennis."

Mulut Bu Yulia langsung menganga mendengar itu. Tubuhnya sampai limbung, untuk Sabda memeganginya, hingga tak sampai terjatuh.

"Kau yakin Mas?" tanya Fasya sambil menelisik penampilan Nuri dari atas kebawah. Gadis itu memang terlihat cantik natural. Tapi benarkah Dennis menyukai tipe gadis seperti itu?

"Aku sudah mencari tahu semuanya. Dia memang kekasih Dennis. Dan saat ini sedang mengandung anak Dennis."

"Tidak, itu tidak mungkin," Seru Yulia lantang. "Anakku tak mungkin melakukan hal seperti itu. Dennis pria baik baik, tak mungkin dia meniduri wanita yang belum menjadi istrinya. Dia pasti berbohong." Yulia menatap Nuri nyalang.

"Tapi saya tidak berbohong, saya memang hamil anak Dennis." Nuri angkat suara. Dia tak boleh diam saja, dia harus mencari keadilan untuk anaknya.

"Tidak mungkin, kamu pembohong." Yulia menghampiri Nuri lalu menamparnya dengan keras.

PLAK

"Ibu." Pekik Sabda sambil bergerak cepat menghampiri ibunya.

"Jangan percaya pada ucapannya, Sabda." Yulia menunjuk Nuri yang sedang memegangi pipinya yang panas. "Dia tak sepolos penampilannya, dia itu jalangg," makinya.

"Saya tidak seperti itu," sangkal Nuri.

"Tidak seperti itu kata kamu. Jika memang tidak, kamu tidak mungkin hamil diluar nikah. Dasar murahan!"

Nuri menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Benar apa yang dikatakan ibu Dennis, dia murahan. Mau maunya dia ditiduri Dennis yang statusnya hanya pacar, bukan suami.

"Pergi dari rumah ini. Jangan harap bisa mengambil keuntungan dari meninggalnya putraku dengan mengaku ngaku hamil anaknya," hardik Yulia.

Nuri menggeleng. "Tapi saya tidak bohong, saya berani bersumpah, saya hamil anak Dennis."

Sabda bisa melihat kejujuran dimata Nuri. Dia juga sudah menyelidikan semuanya, Nuri benar benar pacar Dennis.

"Sampai matipun, aku tak akan mempercayai mulut sampahmu. Pergi dari sini. Angkat kaki dari rumahku." Yulia mendorong Nuri dengan kasar. Beruntung Sabda berhasil menahan tubuh Nuri sehingga tak sampai terjatuh.

"Tolong jangan seperti ini Bu, gadis ini sedang hamil."

Fasya cemburu melihat suaminya memegangi Nuri. Tak hanya itu, Sabda yang kekeh membela Nuri membuatnya geram. "Lepaskan dia Mas," seru Fasya.

Menyadari kedua tanganya memegang bahu Nuri, buru buru Sabda melepasnya.

"Dia tak akan pergi dari sini. Dia sedang hamil anak Dennis, dan aku tak akan membiarkan keponakanku menderita diluar sana,"

"Apa maksudmu, Sabda? Kamu akan menyuruh gadis ini tinggal disini?" teriak Yulia.

Sabda mengangguk. "Aku akan menggantikan Dennis untuk bertanggung jawab, aku akan menikahinya."

Semua orang yang ada disana langsung terkejut, tak terkecuali Nuri.

"Kau jangan gila Mas." Fasya menghampiri Sabda lalu menarik pria itu menjauhi Nuri.

Terpopuler

Comments

Lisa aulia

Lisa aulia

lah..gimana sih sabda...

2024-04-06

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussemsngst

2024-04-09

0

Ani Ani

Ani Ani

pada Ku Baik tak payah

2024-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!