"Kucing mana, sih? Gak ada apa-apa juga di kamarnya," ucap Gladis heran.
"Ahh, ada-ada aja Qila. Mimpi kali dia," lanjut Gladis.
...****************...
"Pak Artho?" tanya seseorang.
"Iya, ada apa?"
"Pak bagaimana ini? Kita mengalami kerugian yang begitu besar. Dan kita masih punya utang kepada perusahaan lain," ucap manager.
"Astaga! Ya sudah besok kita adakan meeting," ucap Artho.
Entah mengapa perusahaan Anartha makin hari makin mengalami kerugian yang begitu besar. Membuat Artho bingung untuk mempertahankan perusahaannya. Agar tidak mengalami ke bangkrutan.
...****************...
Seluruh murid pun berhamburan keluar kelas menuju kantin.
"Qila, ayo!" ajak Hanna.
Tetapi, lagi-lagi Qila melamun dan membuat Hanna kesal.
"Ih, Qilaaaaa!" bentak Hanna sambil menarik rambut Qila.
"Akh! Sakit Hanna, ihh nyebelin napa, sih?" tanya Qila sambil mengusap kepalanya.
"Hanna, kasihan kesakitan tau Qilanya. Tepuk aja bahunya jangan tarik rambutnya," ucap Rey.
Deg!
Jantung Qila pun berdetak kencang. Entah kenapa pipi Qila pun tiba-tiba memerah malu.
"Hehe, cuma canda Rey ... aku sayang kok sama Qila. Utututu ... tayang." Hana mengusap rambut Qila.
Rey pun tersenyum, lalu Rey keluar kelas.
Qila memegang pipinya sambil tersenyum sendiri. Hanna pun menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Huh! Qila Anartha sayangku, cantikku. Ke kantin, yuk! Udah jangan ngelamun terus! Heuhh!" ucap Hanna kesal.
Qila hanya tertawa melihat Hanna yang kesal sekali. "Ya udah, ayo!" ucap Qila.
"Dari tadi kaya gini tuh," ucap Hanna.
Mereka pun jalan menuju kantin. Saat di kantin mereka bertemu dengan salah satu murid yang terkenal sangat nakal.
"Heh! Ada anak perusahaan terkenal yang so! Alim," ucap Rizka.
"Apaan, sih." Qila menatap kesal.
"Bener, kan? Karena lo pengen dipandang baik sama orang-orang karena lo anak dari perusahaan Anartha. Makanya lo jaga sikap sampe alim banget padahal nyatanya hati lo busuk!" ucap Rizka sambil tertawa.
Hanna tak bisa diam melihat sahabatnya yang dihina oleh Rizka. "Ngomong sekali lagi! Gue mau denger?!" bentak Hanna.
"Udah Hanna diemin aja. Ayo, ke sana aja," ucap Qila.
"Apa sih lo? So! Jadi pahlawan biar apa hah?! Bantuin si Qila, biar dikasih uang ya, kan?" Ucap Rizka.
Hanna tak bisa membiarkan Rizka. Tanpa aba-aba Hanna langsung menarik rambut Rizka hingga dia meringis kesakitan.
"Akh! Sakit tau!" Rizka mencoba melepaskan tangan Hanna.
"Harusnya lo malu! Lo itu cantik, lo itu perempuan, tapi kenapa hati lo jahat!! Gak pantes cewek kaya lo hidup di sini, apalagi sekolah di sini!" bentak Hanna.
"Berani ya, lo!" ucap Rizka pun membalasnya dengan menarik rambut Hanna.
"Aww!! Beranilah emang lo makan apa hah?! Sampe gue harus takut sama lo!" bentak Hanna.
Mereka pun tidak ingin saling mengalah. Qila pun mencoba untuk memberhentikan mereka sebelum ada guru yang melihatnya.
"Hanna! Rizka! Udah stop! Ngapain sih kalian," ucap Qila dengan tegas.
Mereka pun akhirnya berhenti.
"Awas ya lo!" ucap Rizka sambil berjalan keluar dari kantin.
Semua murid yang sedang ada di kantin mereka biasa-biasa saja. Karena mereka semua tau dengan sikap Hanna yang sangat berani terhadap siapa pun. Apalagi Hanna sudah sering bertengkar dengan Rizka.
"Udah ayo, kita makan keburu masuk," ucap Qila sambil menarik tangan Hanna.
Mereka mengobrol sambil makan sampai bel masuk kelas berbunyi. Tak lama bel pun berbunyi. Qila dan Hanna pun berjalan menuju kelas.
"Han, aku putus loh sama Fery." Qila tersenyum menahan kesedihannya.
"What?! Serius kok bisa?" tanya Hanna.
Lalu Qila pun menjelaskan semua kejadiannya. "Jadi, gitu Han," ucap Qila.
"Kamu kenapa gak jujur sama Angeline, sih? Jangan terlalu baik deh, Qila, pliss ... kamu harus kasian juga sama hati kamu," ucap Hanna.
"Hehe, gak apa-apa, kok. Lagian aku gak mau nanti Fery putus sama Angeline," ucap Qila tersenyum.
"Astaga, sahabat gue baik banget, tapi jangan terlalu baik Qila harus lihat juga kondisi hati kamu. Jangan dia bahagia kamu enggak," ucap Hanna.
"Iya," sahut Qila.
Mereka pun masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran kembali dengan fokus. Kini Qila bisa fokus walaupun tidak sepenuhnya fokus. Karena Qila terus memperhatikan Rey. Qila ingin cepat-cepat pulang agar bisa menghibur Rey.
"Qila bareng keluarnya kamu eks ..." ucap Hanna terhenti setelah melihat Qila tergesa-gesa keluar kelas.
"Maaf Hanna aku pulang duluan. Dahh ..." ucap Qila sambil berlari keluar kelas.
"Kamu ekskul Qilaaaaa!" teriak Hanna.
Tetapi Qila terlanjur sudah jauh dan tidak mendengar ucapan Hanna.
"Astaga ..." ucap Hanna.
...****************...
Qila pun berlari berusaha cepat mengejar Rey, tetapi Rey telah jauh. Akhirnya Qila berhenti padahal Qila ingin bicara dengan Rey.
'Ya ... gimana dong? Rey udah jauh banget. Padahal aku mau ngobrol sama Rey.'
"Ya sudah, aku chat aja setelah aku sampai," ucap Qila.
Qila pun segera memesan taksi online untuk pulang ke rumah.
Di perjalanan Qila tak sabar ingin chat Rey, tetapi Qila pikir Rey masih di jalan dan belum sampai di rumah. Entah kenapa begitu inginnya Qila menghibur Rey. Padahal dia sendiri sedang bersedih dan tidak ada yang menghibur.
...****************...
Sesampainya di rumah. Qila pun segera masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya.
"Meoww ...."
Lagi-lagi kucing itu ada di atas tempat tidur Qila.
"Eh, mama lupa kali ya, kucingnya masih di sini," ucap Qila.
Qila pun menggendong kucingnya.
"Lucu juga nih kucing. Aku pelihara aja, aku kasih nama kamu siapa, ya?"
"Meoww ...."
"Meow? Jelek ahh," ucap Qila.
"Ih!"
Qila merasa heran. "Ada yang bilang ih?"
Qila pun melihat sekeliling ruangan, tetapi hanya ada Qila dan kucing tersebut.
"Mm ... aku kasih nama kamu Black? Bloody?"
"Atau ... aku kasih nama kamu Hitam. Fix, hitam!" ucap Qila sambil memeluk kucing hitam itu.
"Gak suka."
"Hah?! Siapa yang ngomong? Kok kayak ada yang ngomong?" tanya Qila sendiri.
"Aduh, laper." Qila memegang perutnya yang sudah berbunyi, lalu berkata, "Ya udah kamu diem di sini ya, Hitam, nanti aku beli makanan," ucap Qila.
Qila pun keluar dari kamarnya. Lalu mengunci pintu kamarnya agar Hitam tidak kemana-mana. Qila mulai memasak bahan-bahan yang sudah disediakan oleh Gladis.
"Taraaa! Spaghettinya sudah jadi," ucap Qila.
Qila pun meletakkan spaghetinya di atas meja. "Sekarang aku mau bikin chocolate ala cafe," ucap Qila.
Saat Qila memasukkan bahannya Qila terkejut.
"Meoww ...."
"Loh! Ta-tadi, pi-pintunya aku kunci kok bisa keluar, sih?" ucap Qila heran.
"Qila, kamu udah pulang?" tanya Gladis di depan pintu.
"Udah Ma, aku lagi buat makanan," jawab Qila.
"Ma, ini kucing kok gak disimpan di luar. Tadi ada di atas tempat tidur lagi," ucap Qila.
"Mama nyari-nyari itu kucing gak ada juga. Kamu mimpi kali," sahut mamah.
"Loh, mimpi gimana sih, Ma. Ini kucingnya di atas meja," ucap Qila heran.
Mamah pun melihat ke arah meja yang hanya ada spaghetti. "Mana ahh ... itu spaghetti Qila," ucap Gladis.
"Ini Ma, ini kucingnya," ucap Qila sambil menggendong kucingnya.
"Itu cuma tangan kamu aja. Udah ahh kamu kecapean, ya? Udah makan istirahat sana," ucap Gladis sambil berjalan ke arah ruang tamu.
"Ih! Mama gimana, sih? Ini ada kucing di bilang gak ada heran."
Qila pun melanjutkan membuat minuman chocolate. Setelah selesai Qila pun duduk di salah satu kursi dan segera makan.
"Qila?" ucap Gladis sambil berjalan kembali ke arah meja makan.
"Iya, Ma?" jawab Qila sambil melihat ke arah Gladis.
"Tadi ekskulnya gimana? Udah?" tanya Gladis sambil menyicipi spaghetti.
Qila pun membulatkan matanya. Lalu menatap ke arah Gladis. "Mama!" teriak Qila.
"Eh! Kenapa?" tanya Gladis terkejut.
"Aaa! Aku lupa gak ekskul Mama, ihh! Mama sih gak ngingetin terus gimana dong?" tanya Qila cemberut.
"Kok nyalahin Mama? Masih muda udah lupa kaya gitu. Sampai ekskul juga lupa kaya gitu kamu Qila," ucap mamah.
"Enak banget spaghetinya. Mamah mau buat ahh," ucap Gladis sambil beranjak dari kursi.
Gladis pun memasak spaghettinya dan Qila pun melanjutkan makannya hingga selesai. Saat Qila dengan lahap memakan spaghettinya tiba-tiba Qila teringat sesuatu.
'Tadi aku pulang cepat mau ngapain.'
'Astaga, Rey!'
Qila pun beranjak dari kursi, lalu berlari ke atas menuju kamar. Gladis pun terkejut melihat Qila yang berlari begitu saja.
"Pelan-pelan Qila, astaga! Nanti jatuh gimana, sih?" ucap Gladis terkejut.
Qila pun segera meraih ponsel. "Gimana ya, takut gak dibalas," ucap Qila.
Jari Qila pun mulai mengetik pada layar ponsel.
Rey.
Tak lama Rey pun membalas chat Qila.
Iya, Qila ada apa?
Qila pun tersenyum bahagia setelah Rey membalas chatnya.
"Yeeesss! Dibalas juga," ucap Qila tersenyum.
Hhmm ... kamu putus ya, sama Belia?
Iya, Qila kamu tau ceritanya?
Tau tadi Hanna cerita. Aku bisa rasain Rey jadi kamu. Apalagi sekarang aku juga sama kaya kamu.
Iya, padahal aku sayang banget sama Belia, tapi dia malah kaya gitu.
Sabar aja Rey dibalik semua ini. Mungkin akan ada yang lebih baik buat kamu
Iya, makasih ya, Qila.
Qila pun tersenyum. Entah mengapa Qila menjadi sebahagia ini.
Emangnya kamu putus karena apa Qila? Coba cerita aja sama aku biar sedikit lega.
"Ternyata Rey juga nanyain dong, aaa!" teriak Qila sambil tersenyum dengan pipi memerah.
Qila pun menjelaskan masalahnya pada Rey. Akhirnya mereka saling bercerita. Sambil sesekali bercanda pada sebuah pesan itu.
Sebelumnya Qila belum pernah merasakan bahagia seperti ini. Sama juga seperti Rey dia baru saja mendapatkan kesedihan, tetapi karena hadirnya Qila Rey bisa tersenyum kembali.
Qila pun tersenyum melempar ponselnya pada tempat tidur. Lalu dia teriak hingga mamah masuk ke dalam kamar.
"Aaaa!" Qila pun teriak sambil meloncat-loncat diatas tempat tidur.
"Astaga! Qila kenapa, ya?" ucap Gladis.
Gladis pun berlari ke atas. Dan masuk ke dalam Qila memastikan bahwa Qila baik-baik saja.
"Qila ada apa?" tanya Gladis di depan pintu kamar.
"Ehh, Mama ... i-ini tadi ada serangga. Udah terbang kok," ucap Qila sambil tersenyum.
"Kirain kenapa. Itu kamu ngapain diatas tempat tidur gitu?" ucap Gladis.
"E-ehh ..." ucap Qila sambil turun dari tempat tidur itu.
"Ya, sudah," ucap Gladis.
Mamah pun pergi keluar dari kamar Qila dan kembali menuju dapur.
"Meoww ...."
"Apasih meow-meow mulu. Nanti aku beli makanan," ucap Qila sambil menatap kucing tersebut.
Qila tersadar kucing hitam tersebut tersenyum. Membuat Qila terkejut.
"Hah? Kucingnya senyum," ucap Qila membulatkan matanya.
"Salah lihat gak, sih?" ucap Qila sambil menggosok-gosok matanya.
Qila pun merasa heran dari sejak awal kucing ini datang ke kamarnya. Yang selalu tiba-tiba muncul di hadapannya. Yang lebih anehnya Gladis tidak melihat adanya kucing ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ika ApriLiya Dewy
aku Kog wedi gays
2020-12-04
2
Yhu Nitha
like ke 3
2020-09-08
1
Tionar Linda
kok ngerasa bergidik bulu Roma ku yaa...
2020-08-30
2