Dia Bahagia

Dia Bahagia

Bab 1

Ketika kalian akan bertemu dengan orang yang disayang bagaimana rasanya? Bahagia bukan? Sama seperti gadis satu ini yang akan bertemu dengan kekasihnya.

Sebut saja dia Qila Anartha gadis remaja yang kini duduk di bangku SMA. Dia adalah putri dari pemilik perusahaan Anartha yang dipandang baik oleh siapa pun.

"Mm ... pakai lipstik mana ya?" ucap Qila sambil memegang bibirnya dengan satu jari telunjuknya dan menatap ke arah cermin.

"Warna peach aja deh," ucap Qila sambil tersenyum. Qila pun langsung mengaplikasikan lipstik pada bibirnya yang berwarna merah muda itu.

"Qila?" ucap seseorang yang membuka pintu.

Qila pun melihat ke arah seseorang yang memanggilnya, lalu bertanya, "Mama, ada apa?"

"Kamu mau kemana, sayang?" ucap Gladis.

Qila pun meraih tas di atas mejanya lalu menghampiri Gladis yang masih berdiri di sana. "Aku mau pergi sama Fery, Ma," ucap Qila tersenyum.

"Mm ... ya sudah hati-hati ya, sayang," ucap Gladis.

"Iya, Ma," sahut Qila.

Setelah pamit pada Gladis, Qila pun keluar dari rumah dan segera menunggu Fery di depan rumahnya. Fery Vyanza adalah kekasih Qila sudah hampir 2 tahun ia menjalani hubungan dengan laki-laki itu.

Akhir-akhir Qila sudah lama tidak bertemu dengan Fery dan telah lama Fery tidak mengabari Qila. Entah mengapa, tetapi Qila selalu sabar untuk menunggunya dan selalu mencoba melawan rasa rindu yang Qila rasakan setiap harinya tanpa Fery.

Sekarang terlihat senyuman di bibir Qila begitu manis setelah beberapa menit Qila menunggu. Akhirnya Fery pun datang.

"Maaf Qila aku terlambat," ucap Fery menghampiri Qila.

"Iya, gak apa-apa," ucap Qila tersenyum.

Qila berbeda dengan perempuan lain, Qila memiliki kesabaran yang luar biasa. Tetapi taukah kesabaran orang sabar jika habis bagaimana? Tidak ada kata maaf lagi.

"Ayo," ucap Fery.

Fery membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Qila untuk masuk. Setelah keduanya berada di dalam mobil, tidak henti-hentinya Fery terus melirikkan matanya pada gadis di sampingnya.

"Kamu cantik banget Qila," ucap Fery sambil menatap Qila.

"Mm ... masa?" tanya Qila sambil tersenyum.

"Iya beneran, kamu cantik banget. Jadi luluh hati aku tadinya aku mau pu–" ucap Fery terhenti.

"Pu? Pu apa maksud kamu?" tanya Qila sambil mengerutkan dahinya.

"E-engga ... nanti aja di sana aku ngomongnya, ya," ucap Fery.

Qila pun mengangguk, mengiyakan ucapan Fery barusan. Laki-laki itu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sudah menjadi kebiasaan Qila saat pergi, ia selalu mengambil tisu sekedar untuk merapikan make upnya, padahal sudah rapi.

Saat mengambil tisu di dashboard mobil, Qila terhenti sejenak, ia melihat selembar foto perempuan yang–entah siapa perempuan itu, Qila tidak tau. Akhirnya Qila memilih diam saja.

"Kita mau kemana?" tanya Qila.

"Mm ... ke tempat biasa kita main," ucap Fery.

"Oke," sahut Qila singkat. Gadis ini moodnya langsung berubah seketika setelah apa yang dilihatnya barusan. Qila memilih diam saja selama perjalanan menuju tempat yang dituju.

...****************...

Selang beberapa menit mereka pun tiba di tempat tujuan. Seperti yang dilakukan dulu Qila selalu menggenggam tangan Fery di saat berdampingan. Dulu Fery sangat menyukai hal itu, sedangkan sekarang Fery terlihat enggan dan ingin melepasnya.

Qila pun menyadari hal itu, lalu Qila memilih untuk melepas genggaman tangannya. Raut wajah Qila terlihat sedih, ia menggigit sedikit bibir bawahnya setelah menyadari kini semuanya telah berbeda.

"Kamu mau makan apa?" ucap Fery.

"Gak usah," ucap Qila sudah terlanjur kecewa.

Laki-laki itu tidak mempedulikan jawaban Qila, ia malah sibuk mencari tempat duduk saja. Hingga akhirnya mereka duduk di salah satu kursi. Banyak waitress di tempat makan tersebut melihat ke arah Qila, Qila menyadari, dan berpikir mungkin mereka tau siapa Qila.

"Tadi kamu mau bicara apa?" tanya Qila sambil menatap dua manik mata laki-laki yang ada di hadapannya.

"Mm ... Qila," ucap Fery ragu.

"Ya?" tanya Qila yang masih menatap dua manik mata Fery, gadis ini enggan untuk mengalihkan pandangannya.

Fery menunduk sejenak, lalu ia kembali menatap Qila dan berkata, "Aku laki-laki jahat jika aku terus bersama kamu Qila. Maaf, aku gak pantas untuk berada di samping kamu untuk saat ini."

"Why?" Qila mengangkat satu alisnya.

"Karena aku–mencintai perempuan lain, selain kamu Qila," sahut Fery yang berhasil membuat dada Qila sesak detik itu juga.

Nafas Qila rasanya berhenti sebentar, suhu badan Qila berubah menjadi dingin, dan dadanya terasa sesak beribu-ribu kali sesak setelah mendengar kalimat itu.

Akan tetapi, sebisa mungkin Qila berusaha kuat dan menahan air matanya, ia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan laki-laki brengsek ini

"Oh. Kamu udah ungkapin rasa cinta kamu ke dia?" tanya Qila tanpa ekspresi apapun.

Fery pun merasa heran melihat ekspresi Qila yang terlihat biasa saja, lalu ia menjawab, "Iya. Sekarang dia pacar aku."

"Terus hubungan kita?" tanya Qila.

"Aku mau kita putus," jawab Fery.

Seperti tidak ada rasa bersalah atau apapun Fery mengakhiri hubungannya. Kini tidak ada lagi yang harus Qila pertahankan, laki-laki itu sudah menyuruhnya untuk pergi, jadi bisa tidak bisa Qila harus bisa, kan? Qila hanya tersenyum atas jawaban Fery.

"Sayang kamu ngapain?" ucap seorang perempuan yang menghampiri meja Fery dan Qila.

"Eh, ini aku lagi ... " sahut Fery terbata-bata.

"Ini siapa?" Perempuan tersebut melirik ke arah Qila.

"Aku hanya teman Fery satu sekolah. Kemarin ada tugas kelompok yang mengharuskan aku untuk diskusi dengan Fery," jelas Qila dengan ramah.

Perempuan tersebut terus menatap ke arah Qila, lalu ia menganggukkan kepalanya dan tiba-tiba perempuan itu mengulurkan tangannya di hadapan Qila. "Salam kenal namaku Angeline," ucap Angeline sambil tersenyum.

Tentu Qila menerima uluran tangan Angeline sambil tersenyum, lalu berkata, "Salam kenal juga, aku Qila."

Tak mau berlama-lama lagi, Qila bangkit dari duduknya. Sebelum melenggang pergi, ia berkata terlebih dahulu, "Maaf ya, aku sudah buat kalian jadi salah paham. Kalo begitu aku permisi pulang."

Hari ini telah menjadi hari terakhir Qila dan Fery pergi ke tempat favoritnya. Qila akui dirinya terlalu baik untuk memaafkan laki-laki itu, tetapi sudah pada dasarnya itulah sikap Qila dari dulu.

...****************...

Di sisi lain, menunggu kabar dari seseorang itu sangat melelahkan. Dan belum tentu orang yang kita tunggu mengharapkan kita menunggunya. Jadi, bisa saja orang itu merasa bebas dan lega tanpa kita.

"Belia kenapa sih dari kemarin gak bales chat gue padahal gue nunggu dia," ucap Rey sambil membuka tutup laman chatnya.

"Astaga!" Rey mengusap kasar wajahnya setelah ia berusaha menghilangkan rasa cemasnya.

Ting!

Maaf Rey baru balas.

Kamu kemana aja sih Belia? Ngapain?

Ada kok.

Ayo kita jalan malam ini.

"Ah, sial nih cewek! Udah gak online lagi," ucap Rey emosi dan berakhir melempar ponselnya ke tempat tidur.

...****************...

Sesampainya Qila di rumah, ia pun segera masuk ke kamar. Air mata lolos mengalir membasahi pipinya setelah mati-matian Qila menahannya. Akhirnya Qila bisa tersedu-sedu menangis, merasakan sakit yang Qila rasakan.

Selama ini Qila menunggu seseorang yang sudah tidak mencintainya lagi? Benar-benar membuang waktu saja.

"Udah Qila ... udah stop nangisnya ... stop! Kamu kuat dan kamu harus tegar ayo! Semangat ... bukan berarti kamu berhenti segalanya Qila!" ucap Qila menyemangati dirinya.

Namun Qila tidak bisa berhenti menangis. Sampai pada akhirnya Qila tertidur dengan keadaan pipi yang masih basah oleh air mata dan mata yang sembab.

Gladis membuka pintu kamar Qila setelah dirinya mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan apapun. Gladis terkejut melihat Qila, lalu berkata, "Sayang kamu kok tidur di lantai, sih?"

Perkataan Gladis membangunkan Qila, gadis itu membuka matanya lalu duduk menatap Gladis. Sadar dengan keadaan matanya, Qila dengan sigap berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

"Kamu kenapa?" tanya Gladis setelah Qila keluar dari kamar mandi, ia menatap Qila sambil menyilangkan tangannya.

"Aku kecapean Ma. Jadi ketiduran," dusta Qila.

"Jangan bohong Qila," ucap Gladis menatap Qila serius.

Gadis itu menghela napasnya, lalu tersenyum. "Nanti ya, Ma, aku cerita," sahut Qila.

"Ya sudah, sekarang kamu makan dulu, ya," pinta Gladis sambil mengusap kepala Qila, lalu kembali berkata, "Mama tunggu di bawah.

Setelah Gladis keluar dari kamar, Qila kembali terdiam, lalu duduk di tepi jendela sambil menatap langit sore. Tidak lama air matanya kembali menetes tanpa aba-aba. Qila pun berusaha untuk tidak bersedih, tetapi Qila harus berjuang melawan rasa rindu dan kenangan-kenangan yang terus menghantuinya.

"Mulai besok! Mulai besok aku harus bersemangat. Aku harus bangkit dari semua ini dan aku yakin, aku akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Fery," ucap Qila tersenyum sambil menyeka air matanya.

"Pasti Qila!"

Terpopuler

Comments

Ani Nursyam

Ani Nursyam

baru awal udah seru thorrr😭😭😭

2020-12-04

2

Adel

Adel

Singgah di karyaku juga ya kak yang berjudul RINDUKU DI UJUNG SURGA...

Thanks...❤❤

2020-12-03

3

Yhu Nitha

Yhu Nitha

aq mampir disini yah

like n rate5

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!