Part 20

Part 20

Tanpa disadari Sheun-Ayah Haruka-mengarahkan pistolnya tepat mengarah pada Sena yang sama-sama menodongkan pistolnya pada Moora.

Hingga Sheun memutuskan melepaskan pelurunya sebelum Moora anak tersayangnya terluka.

Dorr!

"Tidak!"

Tubuh Rifa terjatuh dengan peluru yang bersarang di perutnya. Suara letupan itu bagaikan musik kematian. Sena menurunkan pistolnya. Antara kaget dan tak percaya. Pandangannya berubah marah menatap Sheun. Hening beberapa detik, hingga Rio langsung membopong tubuh Rifa yang terkulai lemas.

Rifa menyelamatkan Sena. Tak berbeda dengan Sena, Haruka merasa marah, sedih, dan kecewa. Sedangkan Sheun menatap Sena benci.

"Kau... kau ingin membunuhku ha?" Sena menatap Sheun dengan tatapan mengancam. Rifa-nya terluka karena Sheun.

"Kau yang ingin membunuh anakku!" gertak Sheun.

"Tidak... kau, kau ingin membunuh Haruka dengan siksaan," ucap Sena.

"Hah, sudah cukup! lebih baik kalian pergi!" bentak Reina-Ibu Haruka.

"Haruka, kita pergi saja," ucap Wanda.

"Pergi? haha... iya, lo bener." Haruka tertawa sedih. Tak hanya sekali ia mendapat perintah untuk pergi, ya pergi, pergi selamanya.

Haruka mendekati Moora, senyumnya tak pernah luntur. "Kakak, kau tau diriku bukan? hehe... jelas saja, kita kembar," ucap Haruka yang entah apa maksudnya.

"Apa yang kau lakukan, menjauh dari Moora!" bentak Reina.

Moora mundur beberapa langkah. Menurutnya sekarang ini Haruka menyeramkan.

"Aku ingin tanya kenapa kalian membenci dan mengusirku... diusiaku yang kesepuluh tahun?" Haruka beralih menatap satu persatu mantan anggota keluarganya.

"Apa kurang jelas! kau ini bodoh dan ceroboh!" bentak Reina.

"Oh... begitu, seharusnya kau tau aku dan Moora itu saudara kembar seiras, semua fisik dan apa yang kami sukai sama, tapi ada dua hal yang berbeda dari kami..." Haruka menjeda ucapannya membuat Sheun memotong pembicaraannya.

"Yang berbeda dari kalian adalah IQ dan ketelitian!" teriak Sheun.

"Benarkah? bukan, apa kalian tidak tau... dua hal yang berbeda dari kami itu bukan IQ dan ketelitian, tetapi sikap dan nasib," ucap Haruka berusaha tenang.

Semua teman Haruka hanya diam memperhatikan. Menunggu apa yang akan Haruka lakukan. Kecuali Rio, Sena, dan Wanda yang sudah pergi ke rumah sakit dengan Rifa.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan!" bentak Reina.

Haruka menunduk, hawa dingin keluar dari tubuhnya yang perlahan merosot ke bawah.

"Bagaimana jika aku ceritakan kembali masa laluku, tetapi yang se-be-nar-nya," ucap Haruka.

"Kami sudah tau kebenaran--"

"Yang bukan sebenarnya!" potong Haruka.

"Dari pada menunggu lama, langsung ku ceritakan saja... sepuluh tahun yang lalu..."

***

Dua gadis kembar itu sedang belajar bersama. Mereka terlihat fokus.

"Kak, sulit banget," ucap Haruka.

"Iya, gimana ya? aha..." Moora mengacungkan jarinya. Ia meraih laptop milik ayahnya.

"Kakak mau ngapain?" tanya Haruka.

"Shut... kakak mau cari di google aja," ucap Moora dan mengotak-atik laptop milik Sheun.

"Ih... nanti papah marah lho," ucap Haruka.

"Tenang aja," ucap Moora.

Beberapa menit Moora mengotak-atik laptop Sheun. Hingga tak sengaja ia menghapus file penting. Namun ia juga tidak menyadarinya. Karena Moora tidak tau apa-apa.

Prank

"Ah!"

Sebuah gelas jatuh dari meja karena ulah Haruka yang tak sengaja menyenggolnya. Hal itu membuat Moora kaget dan menjatuhkan laptop milik Sheun.

"Yah... kakak, ini gimana?" panik Haruka.

"Haruka! Moora!"

Haruka dan Moora langsung dibuat kicep melihat Sheun berada tak jauh dari mereka.

"Kalian ngapain!" bentak Sheun.

Moora melirik Haruka. Sedangkan Haruka menunduk takut.

"Haruka udah rusak laptop papah." Haruka yang mendengar pernyataan Moora dibuat kaget.

"Eng-enggak pah," ucap Haruka.

Sheun terlihat marah. Ia memandang Haruka marah. Membuat Haruka menangis.

"Dasar anak nakal! dalam laptop itu ada kerjaan papah! kamu bisanya cuman nangis!"

Tangisan Haruka semakin menjadi. Namun Moora juga hanya diam. Tak ada niatan untuk membela adiknya.

***

Hari ini adalah ulangan matematika. Moora dan Haruka sedang belajar sebelum bel masuk.

Kring...

"Yah... udah masuk kak," ucap Haruka.

"Hehe... gak papa, tenang aja." Moora menunjukkan selembar kertas berisi jawaban ulangan.

"Nanti kalo ketahuan gimana kak, papah gak suka kalo kita contek dan gak jujur," ucap Haruka.

"Kalo kamu gak mau yaudah." Moora meninggalkan Haruka sendirian.

"Haruka!" Haruka langsung menoleh ke asal suara. Di sana ada kakak laki-lakinya, Suga.

"Kakak, ngapain ke sini, udah masuk lho," ucap Haruka.

"Hehe... nih." Suga menyodorkan bekal di tangannya.

"Wah, makasih ya kak."

Cup

Haruka mencium pipi Suga dengan sayang. Moora yang melihatnya dari jauh merasa iri.

***

Dalam diam Haruka dan Moora mengerjakan ulangan mereka. Bu Hani memeriksa setiap muridnya satu persatu.

Moora hampir selesai karena mencontek. Ia melemparkan kertasnya pada Haruka setelah selesai. Haruka yang melihat hal itu langsung kaget. Ia melemparnya kembali pada Moora. Namun Bu Hani telah menghentikannya terlebih dahulu.

"Haruka! kertas apa itu?" tanya Bu Hani.

Haruka hanya diam. Ia tak tau harus mengatakan apa. Ia tak mau Moora dihukum.

"Sini kertasnya."

Dengan terpaksa Haruka menyerahkan kertas tersebut. Bu Hana pun melihatnya. Ia membaca apa yang tertulis di dalamnya.

"Haruka! sekarang kamu berdiri depan kelas!"

Haruka terlihat ragu. Ia melirik Moora sekilas. Namun Moora membuang mukanya berpura-pura tak tau.

"Haruka! kamu masih kelas satu SD sudah berani mencontek, teman sekelas kamu saja tidak ada yang mencontek," omel Bu Hana.

Haruka hanya mampu menunduk. Ia tak berani mengatakan apa-apa lagi.

***

"Haruka! apa benar kamu mencontek!" bentak Sheun.

Buliran bening keluar dari mata Haruka. Ia menangis, biasanya Suga akan membelanya atau tidak Moora. Namun sekarang berbeda. Karena Suga pergi ke rumah neneknya di Jepang, maka ia tidak bisa berada di sisi Haruka. Sedangkan Moora sekarang dia berubah, seiring berjalannya waktu, Moora selalu mengoper kesalahannya pada Haruka.

Haruka mengaku jika dia tidak pintar dan ceroboh. Namun Moora juga sama, Haruka hanya ingin keadilan. Haruka juga bingung, kenapa Moora selalu saja mengoper kesalahannya pada dirinya.

Keluarga Haruka merupakan orang terpandang. Bagi mereka Haruka adalah aib karena dia anak yang bodoh dan ceroboh.

***

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!