Part 19

Part 19

Kini Rifa sudah sampai di dalam markas bersama Sena. Entah kenapa perilakunya menjadi seperti ini.

"Awas aja lo kalo lakuin hal yang aneh-aneh," ancam Sena.

"Siap bosku," ucap Rifa sambil hormat.

Kini mata Rifa menyapu seluruh penjuru ruangan. Hingga matanya berhenti tepat pada Wanda dan yang lainnya. Ia berlari menghampiri mereka, sedangkan Sena hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hola semua!" teriak Rifa.

Semua mata 'pun tertuju padanya.

"Tumben lo ke sini," ucap Wanda.

"Masa gue harus di rumah sendirian," jawab Rifa.

"Yaudah sini, lo duduk samping gue," ucap Yoona.

Rifa 'pun duduk di samping Yoona. Mereka sesekali bercanda gurau. Sedangkan Haruka telah melupakan masalahnya sejenak.

"Lo mau ikut kita gak?" tanya Wanda pada Rifa.

"Ke mana?" tanya Rifa.

"Ke tempat pelatihan," jawab Haruka.

"Ikut dong," ucap Rifa.

"Eits... ijin sama bos dulu," ucap Yoona mengingatkan.

"Yah... pasti gak dibolehin," ucap Rifa.

"Lo mau dihukum sama bos?" tanya Zayn.

"Eh, enggak lah, yaudah gue ijin dulu," ucap Rifa dan melenggang pergi dari tempatnya.

***

Dan kini Rifa sedang mati-matian membujuk Sena untuk mengijinkannya.

"Kak Sena! boleh ya," mohon Rifa.

"Gak ya gak," tolak Sena.

"Lo tuh kenapa sih? lagian gue cuman mau bisa kaya mereka, jaga orang yang mereka sayang, kuat buat lawan orang-orang yang mau melukai mereka," ucap Rifa.

Sedangkan Sena, ia terdiam sejenak. Ia baru teringat, hidupnya mungkin tak akan lama lagi, dan ia butuh pengganti.

"Iya, gue ijinin tapi jangan buat masalah," ucap Sena.

"Oke kakak," ucap Rifa senang.

"Cih, baru manggil kakak kalo ada maunya," cibir Sena. Sedangkan Rifa hanya menyengir memperlihatkan deretan giginya.

"Yaudah sono, huss..." usir Sena sambil mengibaskan tangannya.

"Iya, iya." Rifa pergi dari ruangan Sena.

***

Kini Rifa dan yang lainnya berada di tempat pelatihan. Yoona yang sedang fokus membidik sasarannya dengan panah. Wanda yang sedang bermain dengan pistolnya untuk menembak balon yang digantung. Azriel yang sedang beradu kekuatan dengan Zayn. Dan... terlihat Haruka yang dengan penuh tenaga dan emosi melawan Dean -pelatih.

"Jangan pake emosi," ucap Dean.

Namun Haruka tak menggubrisnya. Ia tetap saja melawan Dean dengan emosi.

Bugh

Karena Haruka yang tak memikirkan keselamatannya dan mementingkan keberhasilannya. Ia terjatuh karena pukulan Dean yang tepat mengenai perut Haruka.

Dean langsung membantu Haruka berdiri. Keringat membanjiri tubuhnya. Nafasnya terlihat memburu.

"Lain kali jangan terlalu pake emosi, pentingkan keselamatan dari pada keberhasilan," peringat Dean.

"Hm... iya kak, makasih," ucap Haruka.

"Yaudah, gue mau latihan sama yang lainnya, lo istirahat dulu." Dean beranjak pergi dari duduknya menghampiri yang lain.

Kini Rifa terus-terusan menggerutu karena bidikkan panahnya selalu meleset.

"Lo bisa serius gak sih Rif, fokus dong," ucap Yoona kesal. Pasalnya sedari tadi Rifa menggerutu tak jelas. Sehingga ia tak konsen dalam membidik.

"Ini juga udah serius," kesal Rifa.

"Udahlah, hampir satu jam kita latihan istirahat dulu," ucap Yoona.

"Okelah sayang," ucap Rifa lebay.

"Ih... apaan dah? sayang-sayang pala lo peang," timpal Yoona yang dibalas cengiran dari Rifa.

Mereka 'pun memilih untuk istirahat di luar. Sesekali berkeliling kompleks bersama.

"Keluar aja yuk," ajak Haruka.

"Ke mana?" tanya Azriel.

"Warung teteh aja," saran Wanda.

"Nah, kalo gitu ayo ke sana Wanda yang traktir." Rifa menarik-narik tangan Wanda ke luar.

Rifa terus saja menarik tangan Wanda. Padahal dia sendiri tidak tau di mana tempatnya. Bahkan Wanda dibuat kesal karena gadis di depannya ini bukannya bertanya malah mencarinya sendiri, tarik sana tarik sini. Sampai-sampai Wanda mengabsen seluruh penghuni kebun binatang.

"Rifa! warungnya ada di depan noh! berhenti gak lo!" teriak Wanda.

"Eh, itu toh gue kira bengkel," ucap Rifa tanpa beban.

"Lo bisa bedain warung sama bengkel gak sih? masa ada bengkel penuh makanan kayak gitu," ucap Wanda kesal.

"Lah iya, bengkel perut buktinya ada bensinnya noh." tangan Rifa beralih menunjuk rendang balado.

"Itu makanan Rifa!" teriak Wanda stres.

"Yaudah, kita ke sana... eh, yang lain ke mana?" tanya Rifa yang baru menyadari bahwa Yoona dan yang lainnya tak ada.

"Gue tadi udah bilang mereka ninggalin kita," ucap Wanda.

"Kok gue gak denger?" tanya Rifa dengan wajah watadosnya.

"Heh... serah lo dah, gue mau ke sana." Wanda menghentak-hentakkan kakinya kesal menuju warung teteh.

***

"Baru nyampe lo? padahal cuman lima belas meter." Yoona meneguk air putihnya hingga tandas. Matanya melirik Wanda yang menunjukkan ekspresi kesal.

Wanda tak menanggapi ucapan Yoona. Ia langsung duduk di samping Azriel yang sedang memainkan Catty -kucing teteh.

"Rifa mana?" tanya Zayn memecah keheningan. Matanya mencari seseorang di sana.

Wanda tetap diam tanpa minat untuk ikut berbicara membuat yang lainnya heran.

"Wanda! lo marah, ya sama gue?" Rifa berlari menghampiri Wanda. Mulutnya berteriak tak jelas membuat Yoona dan yang lainnya menutup telinga mereka.

Wanda semakin kesal. Tak bisakah Rifa bersikap normal? Mungkin akan sulit.

"Wanda... jangan marah dong," rengek Rifa. Tangannya mengguncang-guncangkan lengan Wanda.

"Sekali lagi lo kaya gitu gue gak bakal maafin lo," ancam Wanda.

"Iya deh, tapi gak janji ya." Wanda mendelik mendengar jawaban Rifa. Sepertinya percuma saja, mau bagaimana pun akan tetap sama.

***

Hari ini Rifa, Wanda dan yang lainnya pergi ke taman kota untuk merayakan hari ulang tahun Haruka. Mereka bergembira sekali, tertawa lepas melupakan masalah mereka sejenak.

"Haruka, ke pinggir kolam yuk," ajak Rifa.

Haruka hanya tersenyum simpul. Ia sedari tadi seperti memikirkan sesuatu. Rifa yang melihat itu kecewa dan bingung.

Wanda menepuk pundak Rifa. "Tenang, dia cuman keinget keluarganya," ucap Wanda.

Kini Wanda berjalan mendekati Haruka. Ia duduk di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Wanda yang jelas-jelas sudah tau Haruka itu kenapa.

Haruka hanya menggeleng. Matanya berkaca-kaca pertanda ingin menangis. Namun bibirnya tersenyum, senyum miris, kecewa dan rindu.

Wanda membuang nafas pelan. "Jangan dipikirin, kenapa gak lo maafin mereka aja, mungkin mereka udah menyesal," ucap Wanda.

Haruka memandang Wanda, tak percaya ia mendengar kalimat itu dari mulut Wanda.

"Gak! gue gak mau maafin mereka," ucap Haruka sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sedangkan kini Rifa masih fokus memandangi sebuah keluarga yang sama-sama merayakan ulang tahun seseorang. Rifa iri melihat seorang gadis dipeluk dan dicium kedua orang tuanya.

"Hey, ngapain lo?" tanya Yoona yang tiba-tiba datang membuat Rifa kaget.

"Eh..., lo ngapain?" tanya Rifa.

"Seharusnya gue yang tanya elo," ucap Yoona.

Rifa tak membalas, ia kembali sibuk memandangi keluarga di depannya itu. Yoona mengikuti arah pandangan Rifa. Tiba-tiba tubuh Yoona tersentak kaget melihatnya.

"Rif, nguping mereka aja yuk," ajak Yoona.

"Lah? ngapain?" tanya Rifa.

"Udah ngintip tanggung gak nguping," jawab Yoona absurd.

"Yaudah yuk," ucap Rifa.

Mereka pun berjalan mendekat bersembunyi di semak-semak. Sedangkan Zayn bingung apa yang dilakukan adiknya itu bersama Rifa.

"Selamat ulang tahun putriku," ucap seorang lelaki paruh baya dan wanita paruh baya yang diyakini adalah istrinya.

"Makasih mah, pah," ucap sang gadis.

"Andai Haruka masih ada," ucap seorang nenek.

"Ibu! jangan bahas dia di sini, dia udah meninggal!" bentak wanita paruh baya tadi.

"Kak, tenang, biarin nenek mau ngomong apa aja," ucap adik wanita paruh baya tadi.

"Mah, Haruka sekarang di mana?" tanya si gadis.

"Mungkin udah mati, lagipun mamah gak peduli, dia itu bodoh," ucap wanita paruh baya.

"Tapi kalo dia kembali gimana?" tanya si gadis.

"Mamah gak bakal biarin, mamah mau dia pergi sejauh mungkin dan jangan kembali," ucap wanita paruh baya.

"Iya sayang, gak usah mikirin anak bodoh itu," ucap lelaki paruh baya.

"Moora, kuenya dipotong saja, cepat!" ucap gadis lainnya.

"Okelah," ucap si gadis yang ulang tahun itu bernama Moora.

"Eh, tunggu, tapi 'kan sekarang Haruka juga ulang tahun, gimana keadaannya?" ucap sang kakek.

"Ayah, kau ini sama saja dengan ibu, ponakan bodohku itu tidak usah dipedulikan," ucap adik wanita paruh baya tadi.

"Ayah, jangan bahas anak bodoh dan sialan itu hari ini, mungkin dia sudah mati kelaparan, jika dia kembali 'pun aku akan mengusirnya sampai dia tak akan kembali lagi," ucap lelaki paruh baya.

"Baik! aku tidak akan kembali lagi!" teriak seorang gadis yang berdiri tak jauh dari keluarga itu.

Semua yang di situ tersentak kaget. Begitupun dengan Rifa dan Yoona.

"Itu Haruka, kita keluar," ucap Rifa.

"Jangan, kita di sini dulu, tunggu apa yang akan Haruka lakukan," ucap Yoona.

"Kau! kenapa kau ada di sini?" tanya lelaki paruh baya dengan suara tegas penuh amarah.

Haruka menangis, air matanya tak berhenti turun. "Baik, aku akan pergi, tapi jika kalian tau bagaimana kebenarannya, jangan harap aku akan kembali saat kalian memintanya," ucap Haruka.

"Hah! kami tidak akan menyesal," ucap wanita paruh baya.

"Haha... baiklah, akan aku ucapkan selamat ulang tahun kakak kembarku, mah, pah, kenapa kalian tidak mengucapkannya padaku?" tanya Haruka dengan tawa mirisnya.

"Aku bukan ayahmu, kau ini anak bodoh, aku tidak punya anak sepertimu, buat apa aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu!"

"Hey! pergilah! kau ini tidak berguna!"

"Kenapa diam saja! jangan merusak pesta ulang tahun sepupuku!"

"kau tidak ingin pergi! maka mati saja! dasar anak bodoh!"

Haruka diam, menerima semua caci maki dan bentakan keluarganya. Yoona sudah tidak tahan. Ia langsung keluar dari tempat persembunyiannya begitupun dengan Rifa.

"Stop! kalian ini apa-apaan! jika sudah tidak menginginkan Haruka maka jangan sakiti dia! kalian ini keluarga macam apa!" bentak Yoona.

"Wow! kau berteman dengan anak berandal sekarang?" tanya wanita paruh baya.

"Hey wanita tua! jaga ucapanmu!" bentak Rifa.

"Lihatlah! dia tidak sopan pada orang yang lebih tua darinya," ucap lelaki paruh baya.

"Apa! jika kalian tidak menyayangi yang muda lantas buat apa kami menghormati yang tua?" tanya Yoona sarkastik.

"Kalian! dasar anak tak berguna! kalian sama saja dengan Haruka! bodoh dan hina!" caci lelaki paruh baya.

Haruka mati-matian menahan sakit hatinya. Rasa perih menjalar ke dalam hatinya.

"Aku tidak percaya ada keluarga seperti kalian!" bentak Rifa.

"Apa! kami bukan keluarganya! oh, atau mungkin sekarang anak bodoh itu tidak mempunyai keluarga," ucap wanita paruh baya dengan nada mengejek.

"Tarik ucapanmu, kami keluarganya." suara dingin dari belakang Haruka, Yoona dan Rifa membuat mereka kaget.

Haruka, Yoona, dan Rifa terperajat kaget saat melihat ternyata Sena dan anak buahnya yang lain. Terlihat Sena yang berdiri tanpa ekspresi.

"Apa-apaan i-ini?" tanya wanita paruh baya ketakutan melihat gankster di depannya.

"Jika kalian menyakiti Haruka, jangan harap kalian masih bisa bernafas," ancam Rio.

"Hey! apa-apaan ini?" bentak lelaki paruh baya.

"Kau telah menghina keluargaku, jadi aku tak akan membiarkannya," ucap Sena.

"Mamah! Moora takut," ucap Moora.

"Kau tak pantas melindungi wanita bodoh itu!" teriak wanita paruh baya.

"Ho... kau masih melukai keluargaku." Sena menodongkan pistol yang mengarah pada Moora.

Haruka kaget melihatnya, jujur dia masih sayang pada keluarganya. Walau benci menutupinya.

"Kau sakiti Haruka sekali lagi, jangan harap putrimu ini selamat," ucap Sena.

"Aku tidak akan mengakui si bodoh itu!"

"Kau yang bodoh!" teriak Wanda.

"Tidak! gadis sialan dan bodoh itu dia!"

Dorr

"Tidak!"

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!