Part 15

Part 15

***

"Rak!"

"Kenapa?"

Raka menoleh ke samping saat Ricky memanggilnya.

"Vana sekarang gimana ya?"

Raka hanya diam tanpa merespon apapun ucapan Ricky. Aksa yang melihat hal tersebut langsung mengerti. Ia menepuk bahu Ricky.

"Sorry," ucap Ricky.

"Gak papa," jawab Raka.

Kemudian mereka hanya saling diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Pikiran mereka melayang entah ke mana.

"Raka!" teriak seseorang.

Raka, yang merasa namanya dipanggil menoleh ke asal suara. Terlihat Kaila yang menghampiri mereka dengan berlari kecil.

"Kenapa?" tanya Raka saat Kaila sudah berda di depannya.

"Aku dari tadi cari kamu, ternyata kamu ada di ruang osis," ucap Kaila tersenyum.

"Ngomong aja, mau ngapain?" tanya Raka sinis.

"Kok sekarang kamu dingin banget sih sama aku," ucap Kaila manja.

"Gak usah manja," ketus Raka.

"Ish, kamu kok gitu sih, dulu aku mati-matian merjuangin kamu, kamu juga dulu janji gak bakal ninggalin aku, aku udah lakuin segalanya buat kamu," ucap Kaila kesal.

"Sampe rela ngorbanin kaki kamu sendiri terus fitnah Vana? iya? Hah!" bentak Raka.

Kaila, Ricky, dan Aksa terkejut mendengar bentakan Raka. Baru pertama kali ini Raka semarah itu.

"Hiks... kamu kok tega bentak aku sih." Kaila berlari keluar dengan air mata buayanya.

***

"Vina udah pulang belom?"

Vino menghembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi Syifa ibunya mengulangi pertanyaan yang sama. Ia tak tau harus bagaimana. Vino prihatin dengan keadaan ibunya. Vino tak mau kehilangan orang yang ia sayang untuk kedua kalinya.

"Vina mana Vino? katanya kamu mau bawa dia," Syifa selalu saja menanyakan soal Vina.

"Kalau Vina udah pulang mamah mau kasih hadiah buat dia, pasti dia kangen pelukan mamah, ya kan," Syifa meracau tak jelas.

Vino hanya diam tak bergeming. Jujur ia juga sayang dengan adiknya, ia rindu.

"Mah, katanya Vina ada tugas sekolah di sana, dia juga bilang rindu mamah," ucap Vino.

"Mamah juga Rindu sama Vina, tapi kenapa Vina pergi?" tanya Syifa.

Vino diam, ia tak tau apa yang harus ia katakan. Vino hanya mengatakan omong kosong pada Syifa. Alasan-alasan yang sama sekali tak akan terjadi, mungkin.

"Vino! kamu emangnya gak sayang Vina, gak sayang sama adek kamu?" tanya Syifa.

Vino menidurkan kepalanya di atas paha Syifa. Ia memandang wajah ibunya dari bawah.

"Vino sayang sama Vina kok mah, kita semua sayang sama Vina," jawab Vino.

"Tapi Vina sayang sama mamah gak ya."

"Vina pasti sayang sama mamah," ucap Vino.

Vino memejamkan matanya, menikmati belaian lembut dari tangan Syifa.

***

"Maikel!"

Merasa namanya dipanggil. Maikel mencari asal suara tersebut. Dan sekarang yang ia lihat seorang cewek sedang berjalan ke arahnya.

"Kenapa? tumben cariin gue, biasanya cari Vino," ucap Maikel saat cewek tersebut berada di hadapan-nya.

"GR lo, siapa yang cari lo? gue cuman mau tanya, ayang beb Vino kenapa gak berangkat ya?" tanya cewek tersebut.

"Ayang beb, ayang beb, ayam bebek kalik," ucap Maikel jijik.

"Lo, tuh, ya, gue tanya baik-baik juga," kesal gadis tersebut yang bernama Kiran.

"Lagian lo ngapain cari Vino?"

"Serah gue dong," ucap Kiran mengibaskan rambutnya.

Tiba-tiba ide untuk mengerjai Kiran terlintas di benak Maikel. Senyum jahil nampak di bibirnya.

"Katanya dia lagi siapin surprise buat lo, kalo gak salah mau lamar lo, sebagai tanda penghargaan perjuangan lo selama ini," ucap Maikel tersenyum geli.

"Beneran?" tanya Kiran sumringah.

"Iya beneran."

"Gak bohong kan?"

"Iya, gue gak bohong."

"Akhirnya, perjuangan gue terbayar, gak sia-sia gue ngejar-ngejar Vino, lo beneran kan, gak bohong kan?"

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya Vino bakal lamar elo kalo matahari terbit dari utara!" teriak Maikel dan berlari dengan tawanya.

"Awas ya lo!" balas Kiran berteriak kesal.

***

"Hey!"

Rifa menoleh ke belakang. Ia menunjuk dirinya sendiri. Orang yang tadi menyapa-nya mengangguk.

"Kenapa?" tanya Rifa.

"Lo anak baru?" tanya orang tersebut bernama Wanda.

"Iya, kenapa?" tanya Rifa datar.

"Gak kenapa-napa sih, cuman lo mau gak jadi temen gue?" tanya Wanda.

Rifa terdiam, ia ragu untuk menjawabnya. Jujur saja, ia masih merasa trauma. Takut suatu saat nanti akan dikhianati.

"Hey!" Wanda membuyarkan lamunan Rifa.

"Eh, gue pergi dulu ya."

Rifa bergegas pergi dari hadapan Wanda. Wanda menatap kepergian Rifa dengan tatapan bingung. Ada yang aneh dari Rifa, pikir Wanda.

Rifa sampai di halaman depan sekolahnya. Ia duduk di bangku yang berada di halaman. Tapi gak janji. Wkwkwkwk🤣🤣

"Engh..." lenguhan kecil terdengar dari mulut Rifa -Vana.

"Kamu udah sadar?" tanya seseorang di samping Rifa sambil menepuk-nepuk pelan pipi Rifa.

"Gue di mana?" tanya Rifa.

"Lo ada di UKS, tadi lo pingsan," ucap orang tersebut yang tak lain adalah Wanda.

Rifa masih nampak mengumpulkan kesadaraan-nya. Ia masih merasa sedikit pusing. Terlihat jelas saat Rifa memegangi kepalannya sambil mengerjapkan matanya.

"Lo minum dulu nih." Wanda menyodorkan segelas air putih.

Rifa menerima air tersebut dan meneguknya sampai habis.

"Udah mendingan?" Wanda meletakan gelas kosong tersebut ke atas nakas.

Rifa mengangguk pelan yang berarti 'iya'. Hanya diam yang mereka lakukan. Hingga Wanda membuka percakapan di antara mereka.

"Rifa! lo kok bisa pingsan?" tanya Wanda.

"Kok tau nama gue?" bukannya menjawab Rifa malah balik bertanya.

'Kalo gue bilang gue disuruh jagain dia, bisa-bisa malah jauhin gue'

"Eemmm...."

'Terserah deh, lagian gue juga betuh temen'

"Gue adeknya Bang Rio," jawab Wanda.

"Oohh...... gue kira Kak Rio cuman tinggal sendiri," ucap Rifa manggut-manggut.

"Ngomong-ngomong nama lo siapa?" lanjut Rifa bertanya.

"Wanda," jawab Wanda.

"Ohh, udah istirahat belom?" tanya Rifa.

"Udah dari tadi malahan, lo pingsan kayak orang koma, ini aja udah waktunya pulang," jawab Wanda kesal.

"Etdah buset, lama amat yak, hihihi..... mayan lah, gak ikut pelajaran," ucap Rifa.

"Iya mayan gak gak ikut pelajaran, tapi juga gak dapet makan," ucap Wanda.

"Oh iya ya, gue laper nih, Panda! ke kantin yok," ajak Rifa berjalan mendahului Wanda.

"Nama gue Wanda! bukan Panda!" teriak Wanda marah plus kesal.

"Bener kata Bang Rio, tuh anak songong bin aneh, tadi pagi waktu ketemu kayak orang pendiam plus polos, bangun dari pingsan, eh gini amat sipatnya," gumam Wanda.

"Panda! cepetan!"

"Nama gue Wanda! bukan Panda!"

Wanda menyusul Rifa dengan penuh kekesalan. Sepertinya memang harus membutuhkan kesabaran lebih untuk berbicara dengan Rifa.

***

"Levin besok balik lagi ke sini," ucap Vino.

"Beneran?" tanya Maikel antusias.

Vino mengangguk sebagai jawabannya.

"Lo kayaknya seneng banget," ucap Vino.

"Kalok Levin balik berarti kan gue gak usah susah payah jauhin fens lo, karena pasti pada pindah ke Levin."

"Lo ****** apa gimana? justru tambah banyak lah, jadi kan lo yang harus bantu kita jauhin mereka."

"Ogah."

"Lo jadi sahabat gak guna."

"Kapan gue bilang jadi sahabat lo?"

"kayak anak kecil lo, ngambekan," cibir Vino.

"Lo tadi ngapain gak sekolah?" tanya Maikel.

"Gue harus jaga nyokap."

"Kan ada Bik Murti dan yang lainnya."

"Tadi Mamah minta aku temenin, Mamah bilang dia ngerasa Vina udah mau ke sini."

"Gimana kalok kita cari cewek yang waktu itu gue ceritain ke lo, kayaknya mirip Vana atau Vina terserah lah itu."

"Gimana caranya?"

"Iya ya, gue juga bingung."

"Gimana sih lo."

"Kayaknya dia sekolahnya bareng Suran -adik Maikel- deh," ucap Maikel mengingat sesuatu.

"Kok lo bisa yakin."

"Gue gak sengaja liat seragamnya dikit."

"Kok dikit?"

"Pake jaket soalnya."

"Gini aja..........."

"Oke."

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!