Part 12
Terbaring tubuh Vana yang lemah di atas kasur. Di sampingnya terdapat Sena yang terlelap dalam tidurnya. Hingga sinar mentari menerobos masuk membangunkan keduanya.
"Aku di mana?" tanya Vana yang baru saja bangun.
"Tenang aja, lo ada di rumah gue," ucap Sena.
Vana berusaha mengingat kejadian kemarin. Yang ia ingat hanya kecelakaan yang menimpanya. Hal itu justru membuatnya trauma.
"Hey, kenapa ngelamun?"
Vana tersentak saat Sena menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Lo istirahat dulu, biar gue yang ambilin sarapannya," ucap Sena dan beranjak pergi ke luar.
Vana memperhatikan sekeliling. Matanya tertuju pada buku diary di atas meja. Ia turun dari ranjangnya menuju meja tersebut.
Vana membuka perlahan buku diary tersebut. Sangat kotor, sepertinya sudah lama tidak tersentuh. Ia membuka halaman paling akhir. Tertera di sana sebuah tanggal. Ternyata terakhir catatan tertulis di situ sekitar 8 tahun lalu.
Vana menemukan sebuah foto di situ. Dua anak perempuan, salah satu dari mereka mirip dengan Vana. Vana memperhatikan kalung yang dipakai oleh perempuan yang mirip dengannya.
"Vina! lo ngapain?" tanya Sena yang tiba-tiba muncul dengan membawa makanan.
"E-enggak," jawab Vana sambil menggelengkan kepalanya.
"Oh, ini sarapannya, lo makan ya, nanti kalo butuh apa-apa tinggal minta Bik Sela, gue mau keluar," ucap Sena meletakan makanannya di atas nakas dan beranjak pergi.
Vana tak menyentuh makanannya. Ia berjalan ke arah balkon kamar. Vana memandang ke bawah. Tingginya kira-kira 7 m. Tiba-tiba ide gila muncul dipikiranya.
'Apa aku lompat aja ya, mungkin sakitnya akan hilang' batin Vana memegang dadanya.
Vana sudah mengambil ancang-ancang untuk lompat. Namun pandangan gadis tersebut tetaplah pandangan kosong. Vana terus saja memukuli dadanya yang terasa sesak. Ia terasa tersiksa, kenapa air matanya tak bisa keluar?
'Semoga kalo aku lompat aku bakal bahagia' batin Vana.
"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Sena yang terdengar mengintrogasi Vana.
Vana hanya diam seribu bahasa. Sena membelai lembut rambut Vana.
"Jangan mencoba melakukan hal itu lagi," ucap Sena lembut.
"Maaf," lirih Vana.
***
"Vina! apa yang kau lakukan?"
Sena berteriak kala melihat Vana sudah berdiri di atas pembatas balkon. Ia segera menghampiri Vana dan menariknya.
Vana hanya diam mematung. Pikirannya pergi entah ke mana.
"Buat apa lo hidup kalo lo mau bunuh diri Vina," ucap Sena.
"Karena itu aku gak mau hidup, karena udah gak ada yang menginginkan aku," jawab Vana, menatap kosong ke depan.
"Gue, gue yang pingin lo tetep hidup," ucap Sena.
Vana diam, mencerna setiap kata yang Sena ucapkan. Apakah memang benar masih ada yang menginginkannya?
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments