Part 8
"Mamah mau ketemu Vina gak?"
Syifa menoleh, ia menatap putranya. Tak lama kemudian bibirnya menerbitkan senyum. Syifa mengangguk antusias, membuat Vino ikut tersenyum.
"Yaudah, mamah masuk ke dalam dulu ya, mamah makan biar gak sakit," ucap Vino membantu mamahnya berdiri.
Anak dan ibu tersebut pun masuk ke dalam.
***
Vana dan Clara berada di taman hiburan. Mereka asik bermain-main di sana. Tanpa mereka sadari hari sudah mulai gelap.
"Clara! kita pulang ya," ajak Vana.
"Bentar lagi kak," jawab Clara.
"Nanti mamah sama papah cariin Clara lho," ucap Vana membujuk.
"Gak mau," tolak Clara.
"Ayo dong Clara, Clara mau mamah marahin kakak?" tanya Vana.
"Bentar lagi kak," tegas Clara.
Vana langsung menggendong Clara. Sedangkan Clara memberontak, membuat Vana kesulitan menyeimbangkan badannya.
Di tengah perjalanan tiba-tiba Clara berhenti memberontak. Vana pikir Clara sudah lelah.
Namun perkiraan Vana salah. Tiba-tiba Clara menyuruh Vana menurunkannya dan berlari.
"Lari kak! turunin Clara!" teriak Clara.
"Udah, kamu diem aja," ucap Vana tetap menggendong Clara.
"Lari kak! ada preman!" teriak Clara.
Vana terkejut mendengarnya. Ia tau Clara tak pernah berbohong. Vana membalikan badanya, dan benar saja di sana ada dua orang preman.
Vana tak menurunkan Clara, ia masih tetap menggendongnya dan berlari sekuat tenaga.
"Kenapa kakak gak turunin Clara? kakak jadi lambat larinya," ucap Clara.
Vana tak menaggapi ucapan Clara, ia masih tetap berlari menghindari preman-preman tersebut yang mengejarnya.
"Aaaa," pekik Vana dan Clara saat mereka terjatuh.
Para preman tersebut semakin mendekat. Terlihat Vana dan Clara yang ketakutan.
Vana memeluk tubuh Clara yang bergetar. Ia ingat jelas di mana Clara hampir saja dijual oleh penculik sewaktu Clara berumur 5 tahun.
'Tolong kami ya allah, kalaupun aku gak selamat, tolong selamatkan Clara' batin Vana mengeratkan pelukannya pada Clara.
Vana mengerjapkan matanya berkali-kali. Kaki dan tangannya terasa sakit karena tali yang melilitnya. Kepalanya terasa berdenyut.
Perlahan Vana membuka matanya. Hanya ruang gelap dan kotor yang Vana lihat. Tangan dan kakinya terikat di sebuah kursi. Ia kembali mengingat kejadian tadi sore.
***
"Clara takut kak," gumam Clara dipelukan Vana.
"Eh, adek jangan takut," ucap salah satu preman yang tiba-tiba berada di belakang Vana.
"Jangan ganggu kami!" teriak Vana.
"Sini!"
Preman yang satunya menarik tangan Clara, menjauh dari Vana. Dan yang satunya juga menarik Vana.
"Tolong Clara kak!" teriak Clara.
Vana memberontak dari cekalan preman tersebut. Namun sia-sia saja, tenaga Vana terlalu lemah untuk preman.
Melihat Clara yang begitu ketakutan, Vana tetap berusaha memberontak. Hingga akhirnya preman tersebut melepaskannya kala Vana menggigit tangannya.
Vana berlari menolong Clara. Namun naas, preman yang satunya telah memukulnya menggunakan balok.
Bukk
Vana terjatuh, sebelum kesadarannya benar-benar habis, sayup-sayup ia melihat Sinta dan Edward datang bersama polisi.
***
"Aku di mana?" gumam Vana.
Vana hanya mampu pasrah. Ia hanya diam dengan pandangan kosong. Ia bertanya-tanya, apakah Clara selamat? di mana dia? kenapa sekarang Vana berada di tempat yang menyeramkan seperti ini? Namun hanya angin yang menjawabnya.
'Semoga Clara selamat' batin Vana.
Vana meringis kesakitaan saat sakit dikepalanya menghampiri. Ia hanya bisa duduk diam dan pasrah pada takdir. Entah apa yang akan terjadi ke depannya pada Vana. Ia merasa semua kebahagiaan tidak berpihak untuk dirinya.
Tess
Tess
Tess
Air mata Vana menetes dengan perlahan. Jujur saja, Vana takut dengan kegelapan. Ia teringat bagaimana dulu Raka memeluknya saat ia menghadapi ketakutan dan masalahnya.
Air mata Vana mengalir lebih deras. Mengingat kembali sikap Raka, Kaila, dan kedua orang tua angkatnya yang semakin tak perduli dengannnya akhir-akhir ini.
'Ambil Vana aja ya Allah' batin Vana sedih.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
QueenApril
ksian bgtt sih vana hidup nya slalu menderita
2020-07-04
4