Part 7

Part 7

"Emangnya kak Raka gak suka sama kakak ya?" tanya Clara.

"Udahlah, kita pulang aja yuk," ajak Vana sembari menarik tangan Clara.

"Gak mau, Clara maunya samperin Kak Raka!" ucap Clara.

"Gak bisa Clara, jangan ganggu mereka," ucap Vana lembut.

"Pokoknya Clara mau samperin kak Raka, dia udah bohong sama Clara," ucap Clara.

Vana bingung mendengar ucapan Clara. Memangnya Raka berbohong apa pada Clara?

"Emangnya kak Raka bohong apa sama Clara?" tanya Vana.

"Dulu kak Raka bilang mau jagain kakak, mau bantu kakak cari keluarga kakak, mau buat kakak seneng, tapi sekarang kak Raka jauhin kakak, jangan pikir Clara gak tau ya kak, setiap hari Clara selalu liat kakak di taman tua itu sambil ngomong sendiri," ucap Clara panjang lebar.

Vana tertegun mendengar ucapan Clara. Apakah benar adiknya ini selalu mengamatinya?

"Udahlah Clara, lagian kan udah terlanjur, mau kak Raka ingkarin janji ataupun tepatin janjinya itu urusan dia," ucap Vana.

"Gak! pokoknya Clara mau samperin kak Raka!" ucap Clara tetap dengan pendiriannya.

"Kalo Clara samperin kak Raka, kak Raka bakalan lebih benci sama kakak, Clara mau kak Raka benci sama Kakak?" tanya Vana.

Clara menggeleng tegas mendengar ucapan kakaknya.

"Oke, Clara gak akan samperin kak Raka, tapi gantinya kakak harus ajak Clara main sepuasnya," ucap Clara.

"Oke, yaudah yuk kita pergi ke taman hiburan aja, kakak yang traktir," ucap Vana.

"Yee... eh tunggu, kakak dapet uang dari mana?" tanya Clara.

"D-dari mamah lah," jawab Vana.

"Hm... gak mungkin, mamah kan gak pernah ngasih kakak uang jajan," ucap Clara.

"Hehe... tapi jangan bilang kesiapa-siapa ya," ucap Vana dengan cengirannya.

"Iya, Clara gak akan bilang kesiapa-siapa," jawab Clara.

"Kakak kerja di warung depan sekolah," jawab Vana.

"Loh, kenapa kak?" tanya Clara.

"Karena mamah kan cuman ngasih uang buat bayar sekolah, kakak pingin cari keluarga kakak, jadi kakak harus ngumpulin uang yang banyak," ucap Vana.

***

"Pah, mamah di mana?" tanya Vino pada lelaki paruh baya di depannya.

"Mamah ada di taman belakang, kamu samperin gih, suruh mamah makan," ucap Andre -papahnya Vino.

Vino beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah ke taman belakang menemui mamahnya.

"Mah."

Vino menepuk pundak wanita paruh baya di depanya.

"Eh, Vina udah pulang ya?" tanya Syifa -mamahnya Vino.

Vino menghela nafas kasar. Lagi-lagi ibunya bertanya tentang Vina sang adik yang telah lama hilang.

"Belum mah, mamah makan dulu ya, nanti kalo Vina pulang tapi liat mamah yang sakit pasti dia sedih," ucap Vino.

"Mamah mau nunggu Vina," ucap Syifa.

Vino berfikir sejenak, ia teringat dengan sosok gadis yang mirip dengan adiknya. Kemudian ia beranjak pergi, kembali menemui sang ayah.

"Pah," ucap Vino sambil mendudukan dirinya di sofa.

"Ya? kenapa Vin?" tanya Andre.

"Vino khawatir sama mamah, mamah masih nunggu Vina pah," ucap Vino.

"Mau gimana lagi Vino? dari dulu papah udah lakuin segala cara buat mamah ikhlasin Vina, tapi hasilnya tetap sama," ucap Andre.

"Vino punya usul pah," ucap Vino.

Andre menautkan alisnya mendengar ucapan Vino.

"Waktu Vino Stady tour ke Bandung, Vino gak sengaja ketemu sama perempuan yang mirip Vina pah, bahkan umurnya pun kira-kira sama, namanya Vana, sifatnya juga sama kaya Vina dulu pah, gimana kalo kita ajak dia ke sini buat ketemu mamah," usul Vino.

"Kamu yakin Vino? pasti keluarganya gak ngijinin," ucap Andre.

"Hhh, oh iya, Vino punya nomor temanya, nanti Vino bicarain sama dia," ucap Vino.

"Terserah kamu," jawab Andre mempercayakanya pada Vino.

Vino tersenyum bahagia. Sedangkan Andre terpaku melihat senyum yang sempat hilang dari putranya. Apakah ada yang istimewa dari gadis tersebut? pikiran Andre berkecamuk melihat tingkah Vino yang tak biasa.

"Yaudah, Vino mau ketemu mamah dulu ya pah," ucap Vino dan beranjak pergi ke taman belakang.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***