Part 6

***

2 bulan kemudian

"Vana!" teriak Aksa dan Ricky.

Vana hanya diam di bangkunya. Moodnya selalu saja buruk tiap harinya.

"Lu kenapa sih?" tanya Aksa.

"Pasti karena Raka kan?" tanya Ricky.

"Rick, Vana emangnya seburuk itu ya, kenapa sekarang Raka benci Vana?" tanya Vana.

"Enggak, gue tau semuanya Van, lo gak salah, cuman Kailanya aja yang mau buat masalah sama lo biar Raka benci sama lo," ucap Ricky.

Dua minggu lalu, Kaila memaki-maki Vana agar menjauhi Raka. Bahkan Kaila tega mendorong Vana. Namun Vana dengan cepat menghindar, dan alhasil Kaila yang terjatuh. Karena posisi mereka yang berada di atas tangga, Jadi Kaila terluka parah.

Kaila mengalami patah tulang di kaki kirinya dan tangan kirinya. Kaila menuduh Vana telah mendorongnya. Raka yang terhasut oleh omongan Kaila langsung membenci Vana.

Dan banyak kejadian yang dilakukan Kaila yang membuat Raka benci pada Vana. Sedangkan Ricky dan Aksa selalu mengintai Vana. Mereka yang selalu membela Vana. Bahkan sering kali Ricky dan Aksa selalu mencari bukti kejahatan Kaila.

***

Cklek

Dengan perlahan Vana membuka pintu rumah. Ia ragu untuk masuk ke dalam rumah yang di anggapnya neraka. Setelah Raka pergi dari Vana, hanya Clara yang memperdulikan Vana. Itulah alasan mengapa Vana tetap bertahan.

"Kakak!" teriak Clara sambil berlari memeluk Vana.

"Hai adik kecil kakak," ucap Vana tersenyum.

Vana menggendong Clara masuk kedalam. Di sana sudah terdapat Edward dan Sinta. Sinta menatap sinis pada Vana. Sedangkan Edward duduk sambil membaca koran, berpura-pura tak tahu akan kedatangan Vana. Vana hanya memandang sedih kedua orang tua angkatnya yang tak menganggap keberadaannya.

"Kak, kita main di kamar kakak ya," ucap Clara membuyarkan lamunan Vana.

"Eh, i-iya sayang," ucap Vana dan beranjak pergi menuju kamarnya.

***

"Kak Raka kok gak pernah kesini lagi kak?" tanya Clara yang sedang bermain boneka di kamar Vana.

***

"Kak Raka kok gak pernah kesini lagi kak?" tanya Clara yang sedang bermain boneka di kamar Vana.

Vana beralih menatap Clara. Ia bingung harus menjawab apa.

"Clara mau beli ice cream gak?" tanya Vana mengalihkan pembicaraan.

Clara yang mendengar kata ice cream pun menjadi semangat.

"Mau kak, tapi kakak yang beliin ya," ucap Clara dan menyengir setelah mengucapkan kalimatnya.

"Iya, kakak yang beliin, yuk, kita ke taman, cari tukang ice creamnya," ucap Vana berjalan menuju Clara.

"Yaudah, cepet kak, nanti tukang ice creamnya pergi," ucap Clara semangat sambil menggandeng tangan Vana dan menariknya.

***

Setibanya di taman, Vana celingak-celinguk mencari tukang ice creamnya. Mereka berjalan menyusuri taman tersebut. Hingga akhirnya apa yang mereka cari ketemu. Namun hal yang tak mau Vana lihat malah terpampang jelas di hadapannya.

"Kak! Kakak mau yang rasa apa?" tanya Clara membuyarkan lamunan Vana.

"Eh, emm.... Kakak mau yang rasa coklat aja, Clara mau rasa apa?" tanya Vana.

"Clara mau yang vanila," jawab Clara antusias.

Setelah memesan, mereka duduk di sebuah bangku taman yang tak jauh dari penjual ice cream. Mereka asik menghabiskan ice cream masing-masing.

"Kak! bukannya itu kak Raka ya?" tanya Clara sambil menunjuk seseorang yang sedang bergurau dengan seorang gadis. Mereka terlihat mesra.

Raka, dia sedang bersama Kaila yang duduk di atas kursi roda karena kakinya belum sembuh. Mereka bergurau sambil memakan ice cream mereka.

Tak salah lagi, sesuatu yang tak mau Vana lihat adalah mereka berdua yang sedang bermesraan.

"Itu kak Kaila ya? kok tumben sama kak Raka?" tanya Clara.

"Gak usah kepo, anak kecil belum waktunya tau," ucap Vana sambil mencubit pelan hidung Clara.

"Ih, kakak nakal, sakit tau, emm.... bukannya kak Raka suka sama kakak ya? kenapa jalan sama cewek lain?" tanya Clara.

"Ih, anak kecil udah tau yang begituan, lagi pula siapa yang bilang kak Raka suka sama kakak?" tanya Vana.

Bersambung.