Part 5
Seperti biasa, Vana berada di taman tua yang sering ia kunjungi. Namun kali ini dia tak bersama Raka. Melainkan Vino dan Maikel.
"Kakak kok lesu?" tanya Vana, kala melihat wajah Vino yang lesu.
"Besok pagi kakak pulang," jawab Vino lesu.
"Yah, kok cepet banget sih," ucap Vana kecewa.
Jujur saja, Vana sudah nyaman bersama Vino dan Maikel. Selama ini mereka saling bercerita. Namun Vana tak menceritakan tentang perasaannya pada Raka.
"Kamu jangan sedih ya, ini buat kamu," ujar Vino memberikan sebuah gelang.
"Buat Vana?" tanya Vana.
Vino mengangguk dan memakaikan gelang tersebut ke tangan Vana. Vana menerimanya dengan senang hati.
"Kita jalan-jalan aja yuk, buat acara perpisahan kita," ujar Maikel.
"Hahaha, Kak Maikel lebay," ujar Vana.
"Jadi gak mau nih?" tanya Maikel dengan nada menggoda.
"Iya deh, Vana mau," jawab Vana, Vino hanya tersenyum kecil.
Mereka pun beranjak pergi ke tempat-tempat menyenangkan di sana. Bahkan Vana hampir lupa dengan bebannya dan perpisahannya dengan Vino.
***
Vana terdiam di bangku teras. Terdengar dengan jelas pembicaraan keluarganya di dalam.
"Lebih baik kita titipkan Vana di panti asuhan saja," ujar Sinta-mamah angkat Vana.
"Memangnya kenapa mah?" tanya Edward-papah angkat Vana.
"Kita sudah tidak butuh dia lagi, dia hanya menambah beban kita," ujar Sinta.
"Kak Vana jangan di bawa pergi mah," ujar Clara.
"Memang kenapa sayang?" tanya Sinta lembut.
"Clara sayang Kak Vana, kalo mamah bawa Kak Vana pergi, Clara juga ikut Kak Vana," ujar Clara dengan nada sedih.
Vana tersenyum tipis. Setidaknya, Clara peduli padanya. Senyumnya memudar ketika teringat dengan Raka. Ia mencoba melupakan Raka, namun apa boleh buat. Hasilnya tetap sama, Vana tak bisa melupakan Raka.
***
Setelah berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup panjang. Akhirnya Vana sampai ke sekolahnya. Dengan langkah gontai, ia menuju ke kelasnya.
**
Setelah berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup panjang. Akhirnya Vana sampai ke sekolahnya. Dengan langkah gontai, ia menuju ke kelasnya.
Ia langsung duduk di bangkunya. Akhir-akhir ini Vana selalu melamun. Tanpa ia sadari, lagi-lagi Ricky dan Aksa memperhatikannya. Tak mau pikir panjang, Ricky dan Aksa langsung nenghampiri Vana.
"Hey! ngelamun aja terooss, kesambet tau rasa lo," ucap Aksa mengagetkan Vana.
Vana menatap datar Ricky dan Aksa. Yang ditatapnya hanya memandang bingung.
"Van? lo gak papa kan?" tanya Ricky.
"Emangnya aku kenapa, ada yang aneh?" tanya Vana dengan polos.
"Gak kok, cuman akhir-akhir ini kamu kok sering ngelamun?" tanya Ricky.
"Oooo, emm, mungkin karena Kak Vino sama Kak Maikel pulang hari ini," jawab Vana.
"Lo segitu sayangnya ya sama Vino dan Maikel?" tanya Aksa.
"Bukan gitu, Vana cuman nyaman aja," jawab Vana.
"Ooh, kamu gak berangkat sama Raka lagi ya?" tanya Aksa.
"Iya, Vana gak mau ganggu Raka sama Kaila," jawab Vana.
Ricky dan Aksa hanya ber oh ria. Tiba-tiba Raka datang bersama Kaila. Tangan mereka saling bertautan. Vana yang melihatnya hanya tersenyum untuk menutupi rasa cemburunya.
Berbeda dengan Ricky, ia menyadari bahwa Vana sedang menahan rasa cemburunya.
"Hai Vana," sapa Raka tersenyum, ia tetap menggenggam tangan Kaila.
"Hai juga Raka," jawab Vana membalas sapaan dari Raka.
"Kalian lagi ngobrolin apa sih?" tanya Kaila.
"Lagi ngobrolin para PHO, mereka tuh gak tau diri," jawab Ricky menyindir Kaila.
Vana yang menyadari kalau Kaila tersinggung langsung mencubit pinggang Ricky.
"Auwww...," Ricky mengaduh kesakitan.
"Kalo mau pacaran jangan disini ya," ujar Aksa menyindir Raka.
Raka mengira Aksa hanya bercanda. Apalagi mereka bertiga sahabat dekat dari kecil.
"Vana, pulang sekolah nanti kita ke taman ya," ujar Raka.
Vana hanya mengangguk. Ricky dan Aksa tau betul, kalau Raka pasti akan curhat tentang Kaila, begitu pun dengan Vana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments