BBTB #03

Suasana kantin sekolah Pelita Bangsa, selalu riuh jika most wanted sekolah itu datang memasuki kantin. Semua mata memandang Gavin 'bad boy nya Pelita Bangsa' kata mereka. Gavin sudah sangat terkenal sering bergonta ganti pacar. Tak heran, jika semua mahasiswi di kantin memperhatikan nya termasuk Mochi.

"Udah kali Mo lihat nya. Kayak makanan mau disantap aja deh tuh Gavin," sindir Diandra.

"Dian ... Gavin bukan makanan. Ganteng gitu kok di samakan sama makanan," balas Mochi keceplosan.

"Dasar bucin Gavin," cibir Diandra.

Mochi dan Diandra melanjutkan memakan mie ayam dan meminum segelas es jeruk yang telah mereka pesan, sembari bersenda gurau.

Mochi salah tingkah, ketika Diandra selalu menyindir nya yang mencuri-curi pandang ke arah Gavin. Gavin yang selalu duduk di pojok kantin, tempat favorit nya. Siapapun yang duduk disana, akan mendapatkan hukuman.

"Gav, nanti malam ke club yuk, party  bosan gue," ajak Geo Wirawan, salah satu sahabat Gavin.

"Benar tu Gav. Lumayan kan bisa cuci mata. Siapa tahu dapat ilham," timpal Leo Wirawan, saudara kembar Geo.

"Ilham pala lo !" Geo menoyor kepala kembaran nya itu.

"Ck, gue bosan. Gue mau yang masih fresh," jawab Gavin dengan memainkan ponsel nya.

"Cih, bosan. Ayam baru keluar oven kali fresh Gav," cibir Leo.

"Eh, Gav. Kenapa nggak lo cari aja di sekolah kita ? gue yakin, pasti ada salah satu nya," usul Geo melihat satu persatu siswi di kantin.

"Gue udah bosan. Mereka sama semua. Mau uang gue doang," balas Gavin malas.

"Sok munafik lho Gav. Disodorin Tasya aja lo nggak nolak !"

"Daripada nganggur kan ?"

Geo dan Leo mendengkus. Geo mendapati Mochi mencuri pandang ke arah Gavin.

"Eh, Gavin. Lo tahu kan perempuan yang kemarin, dibully sama Tasya and the geng ? dia ada hubungan apa sama adik lo ?" tanya Leo penasaran.

Gavin langsung menatap tajam Leo. Gavin paling tidak suka, menganggap Diandra sebagai adik nya.

"Sa-santai Gav. Gu-gue nggak maksud," jawab Leo terbata-bata.

Gavin mengalihkan pandangan nya dari Leo menuju arah yang dibicarakan Leo tadi.

"Kenapa sama tuh cewek ?"

"Gav, lo nggak mau main-main sama dia ? lumayan lho, dipoles dikit pasti cantik," tutur Geo memperhatikan Mochi dari jauh.

"Bukan selera gue," jawab Gavin santai yang kembali memainkan ponsel nya.

"Cih, gaya nya. Awas kalau suatu saat nanti, lo jatuh cinta sama tuh cewek !" Geo mendengkus, begitu juga dengan Leo.

"Nope!"

Tasya dan and the geng datang memasuki kantin dengan gurat wajah menahan amarah. Tasya menuju arah Mochi dan Diandra.

Brak

Mochi dan Diandra terlonjak kaget. Mereka langsung melihat siapa yang mengganggu kesenangan mereka berdua.

"Ngapain lo ganggu gue Sya ?" tanya Diandra yang jengah melihat tingkah Tasya.

"Gue nggak ada urusan sama lo Dian ! gue ada urusan sama nih curut !" hardik Tasya.

Seluruh siswa dan siswi di kantin, hanya bisa menatap mereka. Mengingat, Tasya adalah anak donatur penyumbang dana terbesar di sekolah Pelita Bangsa. Jika ada yang berani melawan dan membantu, maka mereka akan menerima akibat nya yang berimbas kepada orang tua mereka.

"Ka-kamu mau apa Sya ?" tanya Mochi terbata-bata.

"Cih, nggak usah sok manis lo ! gue mau balas dendam ! karena lo, gue di hukum Gavin menyikat toilet menggunakan sikat gigi !" bentak Tasya dengan suara yang berapi-api.

Siswa dan siswi di seluruh kantin, menahan tawa mereka. Gavin, memang tidak tanggung-tanggung memberi hukuman. Kekuasaan orang tua Gavin, yang membuat Gavin sesuka hati di sekolah Pelita Bangsa.

"Bukan salah aku Sya. Kamu yang salah," cicit Mochi.

"Apa lo bilang ? gue yang salah ?!"

Tasya memegang dagu Mochi yang menunduk, mengarahkan ke wajah nya.

"Sa-sakit Tasya ...."

Diandra melepas paksa tangan Tasya.

"Lo udah keterlaluan Sya ! mau lo apa hah ? dulu lo manfaatkan gue ! sekarang lo siksa Mochi !" hardik Diandra menggeram kesal.

"Ck, kenapa lo mau berteman sama kurcaci kayak dia ? udah dekil, lusuh, hidup lagi !

"Seenggak nya, Mochi punya hati yang tulus. Nggak kayak lo modus !"

Tasya mengepalkan kedua tangan menahan geraman.

"Della, Siera, Jeni, kalian tahu kan harus apa ?" tanya Tasya memandang teman-teman nya.

"Tentu," jawab Della.

"Pasti nya," sahut Jeni.

"Udah Sya. Kita main-main aja sama mereka berdua," celetuk Siera.

"Boleh juga," balas Tasya menyeringai.

Dengan tangan cekatan, Tasya mengambil minuman di meja Mochi dan Diandra. Diandra yang sudah tahu akan sifat Tasya, segera menahan tangan Tasya.

"Kalau lo sakiti Mochi. Lo berhadapan sama gue !"

Diandra mencengkram kuat pergelangan tangan Tasya, hingga gelas yang di pegang Tasya terjatuh, dan pecah.

"Dian ... udah. Kasian Tasya tangan nya," peringat Mochi.

"Lo lihat kan ? seberapa jahat nya lo sama Mochi, dia tetap baik sama lo !"

"Cih, Mochin hanya pura-pura baik. Paling ambil muka doang !"

Della, Siera, dan Jeni berusaha melepas cengkraman tangan Diandra di pergelangan tangan Tasya.

"Semakin kalian ikut campur, tangan Tasya gue patahin !"

Teman-teman Tasya tidak ada yang berani berkutik.

"Akh ! lepasin tangan gue Dian !" Tasya mencoba melepaskan cengkraman tangan Diandra di pergelangan tangan nya dengan sebelah tangan nya.

"Nope ! sebelum lo janji nggak akan ganggu Mochi lagi!"

"Ck, iya-iya gue janji !"

"Kalau sampai  lo ingkar, lo lihat apa yang akan gue lakukan sama lo Sya !"

Diandra melepas cengkraman tangan Tasya. Pergelangan tangan Tasya memerah. Tasya meringis kesakitan.

"Tunggu pembalasan gue Mochin !" Tasya menunjuk wajah Mochi dengan amarah yang berkobar.

Teman-teman Tasya membawa Tasya pergi dari kantin. Seluruh siswa dan siswi mencibir Tasya dan memuji Diandra yang berani melawan Tasya.

Mochi meneguk ludah nya kasar dan mengusap wajah nya frustasi.

"Dian ... kenapa kamu bersikap kayak gitu ?"

"Biarin Mo. Gue kesal, lihat lo nggak berani melawan!"

"Dian ... aku tahu, kamu punya ilmu bela diri yang sangat diacungi jempol. Tapi, jangan sesekali kamu gunakan untuk menyakiti sesama. Nggak baik Dian," nasihat Mochi.

Diandra memutar bola mata nya malas. Selalu seperti ini Mochi pikir nya.

"Udah lah Mo. Gue lagi malas debat. Masuk kelas yuk, bel udah bunyi," ajak Diandra.

Mochi mengangguk.

"Wow ! amazing. Gue nggak nyangka, ternyata Diandra berani lawan Tasya," puji Geo.

Leo menginjak kaki Geo untuk memberi kode bahwa Gavin sangat tidak suka mendengar nama Diandra.

"Bicara lo saring ! udah jelas Gavin sensitif kalau udah bahas Diandra," bisik Leo di telinga Geo dengan geram.

"Kalau di lihat-lihat, tuh cewek yang sama Diandra manis juga," celetuk Leo.

Gavin menyimpan ponsel disaku nya. Gavin menatap Geo dan Leo dengan tatapan menyeringai. Geo dan Leo sudah dipastikan akan mendapat hukuman dari Gavin.

"LARI ...!"

Geo dan Leo lari terbirit-birit keluar dari kantin. Gavin hanya menghembuskan napas melihat tingkah sahabat nya yang somplak.

Gavin berjalan santai meninggalkan kantin Pelita Bangsa menuju kelas nya. Meskipun Gavin sangat nakal, namun Gavin selalu berusaha hadir di kelas karena pesan almarhumah sang Mama yang menginginkan diri nya belajar dengan rajin disekolah, agar bisa sukses di masa depan.

Terpopuler

Comments

Ade0396

Ade0396

Mochi nya koq lembek x Thor
Gregetan x liatnya

2020-08-11

0

Anisya

Anisya

selalu tinggal jejak

2020-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!