"Jayden, bagaimana dengan isu kedekatan mu dengan Kayla, apakah itu semua benar?" tanya seorang wartawan sesaat setelah Jayden turun dari panggungnya.
"Bagaimana menurut Kayla?" tanya Jayden lagi dengan sedikit senyuman manisnya, tak ingin menunjukkan kelelahannya, itu tak bisa diterima di dunianya.
"Dia mengatakan bahwa kalian hanya sahabat, benarkah?" kata wartawan yang lain sambil terus mengejar Jayden yang ingin kembali ke van-nya.
"Kalau begitu itu artinya memang kami adalah teman," kata Jayden membalas ramah, padahal dalam hatinya, dia sudah merasakan nyeri yang sangat.
"Aku dengar dia sekarang dekat dengan seorang aktor, Yuan Harris, " kata Wartawan lain berdesakan mencoba mengorek informasi dari Jayden.
Jayden yang awalnya terus berjalan, tiba-tiba terhenti, dia memandang begitu ramainya para wartawan yang menyorotnya, memandikannya dengan lampu blitz kamera yang terkadang membuatnya tak bisa melihat dengan benar. Namun walaupun begitu ramainya orang yang sedang mengelilinginya, namun semua terasa sepi, Jayden menatap liar, bagaikan mencari, diantara berpuluh orang yang ada di sekitarnya, entah kenapa dia merasa sediri, wajah-wajah yang seperti memaksa, seolah tak peduli, bagaimana sakitnya hatinya saat ini, mereka terus mencecar Jayden dengan semua pertanyaan yang sekarang malah tak bisa didengar oleh Jayden lagi.
"Jayden, bagaimana tanggapan mu dengan itu semua?" teriak seorang wartawan yang ada di sampingnya, membuat Jayden kembali ke dunia yang hiruk pikuk ramai tak berperasaan.
"Maka, aku doakan hubungan mereka akan baik-baik saja," kata Jayden dengan mata sedikit memerah dan wajah yang tampak sedikit kesal, dia segera melanjutkan langkahnya yang buru-buru meninggalkan semua wartawan itu.
---***---
"Jayden! 20 menit lagi," ujar seseorang membuka pintu tempat istirahatnya dibelakang panggung, kru itu langsung menutup pintunya, pandangan Jayden kembali kepada ibunya yang hanya menatapnya marah dengan cagak kan tangan di pinggang. Menatapnya malas.
"Apa yang ada di dalam pikiranmu saat itu, memberikan perkataan seperti itu di depan seluruh wartawan dengan wajah yang sangat tidak pantas, " keluh ibunya yang berwajah marah pada Jayden, Jayden hanya diam, tak bisa berkata apa-apa, sebenarnya bukan tak bisa, jika pun dia marah atau menyanggah, itu semua percuma, ibunya akan terus merasa dirinya yang benar dan semua yang dia lakukan adalah untuk kebaikannya.
"Kau lihat, berapa banyak komentar negatif tentang dirimu? para penggemar Kayla menyerang mu, bahkan para penggemarmu pun tak menyangka kau melakukan itu," kata Ibu Jayden dengan suara keras, Jayden mendengarnya dengan jelas, hanya bersikap tak peduli.
Pintu ruangan itu terbuka membuat Ibu Jayden terdiam sejenak, penata busana Jayden masuk dan melihat wajah ibu Jayden yang sangat tak enak di lihat.
"Nyonya Durrant, Saatnya aku memastikan penampilan Jayden, bisa Anda keluar?" Kata Darla menatap Ibu Jayden.
"Pikirkan apa yang ibu katakan," kata Ibu Jayden sedikit menunjuk Jayden dengan kertas yang digulung di tangannya, dia segera keluar dari tempat itu, Darla hanya melihat ibu Jayden pergi dan segera melihat ke arah Jayden.
"Hai Darla," kata Jayden tersenyum kecut.
"Wah, ibumu semakin parah saja, usia mu sudah 23 tahun, namun dia masih melakukan hal itu, Apa lagi masalahnya hari ini?" kata Darla tak percaya ada ibu yang bisa melakukan hal seperti itu.
"Kau seperti tidak tahu ibuku saja, dia marah karena masalah perkataan ku pada wartawan beberapa hari yang lalu," kata Jayden memutar tubuhnya, menghadap kaca yang ada di belakangnya, Darla langsung mengambil perlengkapannya, melihat wajah sempurna Jayden yang bahkan tak perlu diberikan apapun sudah tampak tak ada cela sedikit pun.
"Sempurna seperti biasa," kata Darla sedikit mendekat ke wajah Jayden, menatap wajah pria tampan ini di depan cermin.
"Terima kasih, " kata Jayden.
"Jangan hiraukan, Kayla memang orang yang tidak punya otak, bisa-bisanya dia melakukan ini padamu," kata Darla lagi sambil sedikit merapikan rambut Jayden.
Jayden tersenyum, sebenarnya tak punya cukup minat untuk membicarakan wanita itu lagi, sudah cukup sakit hatinya pada wanita itu, dia lalu melihat ke arah ponselnya yang retak, ratusan notifikasi masuk tanpa henti, seolah ponsel itu tak akan pernah mati, Jayden melihat ke arah notifikasi dan membaca sekilas beberapa komentar yang saat ini rata-rata adalah komentar negatif.
...Bagaimana dia bisa begitu kasar?...
...Aku rasa dia hanya cemburu, Kayla sangat cantik, pria seperti dia memang tak pantas....
...Begitukah sikap seorang artis, sangat tidak pantas....
Darla yang melihat ke arah Jayden yang terpaku membaca komentar-komentar negatif itu langsung menarik ponsel Jayden.
"Sebentar lagi kau akan naik panggung, tak baik untuk membaca hal seperti ini," ujar Darla, meletakkan ponsel Jayden sedikit menjauh darinya, Jayden kembali dengan senyuman seadaanya. Mengambil sebuah buku catatannya, melihat ke arah beberapa catatan dan lagu yang dia ciptakan.
"Masih menciptakan lagu yang sama sekali tak pernah kau nyanyikan? " kata Darla lagi.
"Ya, ibuku tak akan pernah setuju dengan lagu-lagu yang aku ciptakan," kata Jayden lagi, sedikit menebalkan kata-kata yang dia tulis di buku itu dengan pensil.
"Kenapa harus dia harus masuk dalam film kita, kita bahkan tidak tahu bagaimana aktingnya, " terdengar suara dari luar, membuat Jayden dan Darla terdiam, mendengarkan.
"Kau seperti tidak tahu saja, tentu saja untuk mendongkrak film ini, tak peduli dia bisa berakting atau tidak, yang penting wajah tampan Jayden muncul, Produser yakin filmnya akan laris," saut yang lain.
Jayden kembali terdiam, dia menggigit bibirnya, Darla pun hanya bisa berwajah kecut.
"Semangat lah, duniamu memang sangat keras dan kejam," kata Darla menepuk bahu Jayden.
"Ya," kata Jayden kembali menggigit bibirnya, saat ini dia benar-benar merasa kosong, seolah tak ada yang mengerti dirinya, seluruh orang yang ada di sampingnya bahkan tak mengerti dirinya, Jayden merasa dia tak punya siapapun untuk diajak hanya sekedar berkeluh kesah.
Seolah seluruh dunia hanya ingin dia yang sempurna, tak punya cacat sama sekali, padahal dia hanya manusia, dia punya banyak emosi, bukan hanya bahagia, tapi seolah dia harus menekan semua perasaan yang lain, dan hanya menjadi pribadi yang selalu sempurna bagi mereka semua.
Dulu dia kira Kayla bisa menjadi tempatnya menjadi dirinya sendiri dan memang awalnya dia memang begitu, dia bisa tertawa lepas, berkeluh kesah tentang semuanya, tapi ternyata wanita itu sama saja, hanya ingin mendapatkan sesuatu dengan bersamanya, setelah dia mendapatkannya, dia hanya mengatakan bahwa Jayden akan menghalangi langkahnya.
"Bagaimana rasanya hidup seperti orang biasa?" tanya Jayden pada Darla.
"Sama saja, banyak drama yang harus dihadapi," kata Darla sambil membereskan barang-barang make upnya, mengambil sebuah kuas lebar, lalu menyapukannya pada wajah Jayden sejenak.
"Aku hanya sering berpikir, jika aku bukan seorang penyanyi, dan aku hanya orang biasa? Apakah ada yang akan memandangku dan menyukaiku seperti sekarang? " kata Jayden lagi.
"Come on baby, kau masih memikirkan tentang Kayla? " kata Darla yang merasa tahu apa masalah Jayden.
"Aku hanya mengira, dia berbeda, aku kira dia benar-benar bersamaku karena melihat diriku yang sebenarnya," kata Jayden sedikit menaikkan sudut bibirnya.
"Itu adalah konsekuensinya, kau punya seluruh yang diinginkan semua orang di dunia ini, ketenaran, uang, wajah yang sempurna, tapi untuk membayar semua itu, kau bahkan tak tahu siapa saja yang benar-benar tulus padamu, bahkan mungkin tak akan pernah ada orang yang tulus padamu, bisa aku pastikan semua orang terutama wanita yang ingin bersamamu sedikit banyaknya pasti terpengaruh oleh penampilan dan statusmu, tak mungkin mereka tidak melihat itu semua, jika ada yang mengatakan padamu dia hanya melihat dirimu karena kau orang yang baik, bla-bla-bla … aku pastikan itu bullshit," ujar Darla, Jayden mendengar itu miris, yah, tak mungkin ada yang menyukainya hanya karena dirinya, bukan karena tampang atau pun statusnya.
"Ya, bagaimana denganmu? kau selalu baik padaku," kata Jayden sedikit menggoda, mencoba membuat moodnya membaik.
"Hello sayang, anak tertuaku saja lebih tua darimu," kata Darla dengan gayanya mencoba sedikit melebih-lebihkan, memancing tawa untuk Jayden yang dia anggap seperti anaknya sendiri.
"Tak bisa kah kau menghiburku, cukup katakan, tenang saja, pasti ada suatu masa di mana kau akan menemukan cinta sejati mu, seseorang yang mencintaimu karna dirimu, " kata Jayden dengan tawa kecilnya, terlalu sering berpura-pura tertawa walaupun merasakan sakit, jadi dia gampang untuk mengubah perasaannya yang terlihat.
Darla yang tadinya sedang menyusun baju panggung untuk Jayden langsung berhenti dan menatap wajah Jayden dengan wajahnya yang sedikit mengejek.
"Come on honey, aku orang yang jujur, Semua berkah yang kau miliki sekarang, juga merupakan kutukan untukmu, mungkin nanti ada yang mencintaimu, tapi untuk tidak memandang kau ini siapa, aku rasa tidak mungkin, dia akan mencintaimu karna itu juga, sudah nikmati saja," kata Darla lagi.
Jayden tertawa mendengarkan kata-kata Darla, yah, mau tak mau, memang itu lah nasibnya, tak mungkin ada wanita yang tak akan melihat dari fisik dan statusnya.
"Ya, semoga aku cukup beruntung," kata Jayden.
"Jayden! Saatnya naik ke panggung," Seorang kepala kru kembali membuka pintu ruang istirahatnya.
"Baiklah," kata Jayden bangkit dengan senyuman, lumayan mendapatkan sedikit mood booster setelah berbicara dengan Darla.
"Buat mereka hingga pingsan Jayden!" teriak Darla memberikan semangat, Jayden hanya mengulas senyuman manis yang dapat membuat semua pengemarnya akan berteriak histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Andriana Widiantari
cemunguud kak Quin. bagus banget novelmu.. BEDA
2021-01-24
0
mbak i
Dateng bawa like Quin,,,selalu terpesona dengan kata katamu
2020-11-14
0
Melisa Ica
untung aku bukan artis hahahaha 😃😃😃
2020-10-26
0