Jayden perlahan berjalan, dia berjalan kemana arah yang akan di tuju oleh van-nya nanti, jadi ketika van-nya sudah bisa berjalan, setidaknya mereka akan melihat dia sedang berjalan.
Jayden benar-benar menikmati semua perjalanan ini, menarik napas panjang, melihat embun-embun pagi yang menimpa membuat basah pada dedaunan, wangi segarnya itu menusuk membuat paru-paru Jayden merasa lega.
Tak sadar dia berjalan sudah cukup jauh dari van-nya, bahkan van-nya hanya terlihat kecil, sepertinya kerusakannya cukup parah, yah, sekali berkeliling, dia akan kembali lagi ke sana, dan tak mungkin mereka mengetahuinya, pikir Jayden meneruskan langkahnya, di wajahnya terpatri senyuman yang begitu puas menikmatinya semua.
Jayden melihat ke arah belakang, sebuah bus penumpang tampak melewatinya, Jayden sedikit berhenti, melihat sticker di luar bis itu, wajahnya terpampang jelas sedang memegang sebuah minuman, dia menaikkan sedikit sudut bibirnya, merasa lucu melihat wajah sendiri ada di sebuah bus.
Jayden segera melanjutkan perjalannya, ditemani sepi dan sesekali suara hewan yang membuatnya semakin menyukai perjalanan ini, dan tak lama dia mulai melihat sebuah desa, dia segera menarik tali yang ada di penutup kepalanya, menyembunyikan setengah dari wajahnya dengan serutan dari penutup kepala itu, tetap menjaga agar tidak ada yang mengenalinya.
Desa itu tidak terlalu ramai, namun juga tak sepi, beberapa toko dan toserba berderet, lalu lintasnya lebih di dominasi oleh motor dari pada mobil, tampak sekali tempat ini hanya sekedar desa perlintasan, sekedar untuk tempat menghilangkan lelah sejenak, namun cukup lengkap dengan restoran dan lain-lainnya.
Jayden lalu merasakan perutnya sudah cukup keroncongan, dari tadi malam dia lupa untuk makan, melihat sebuah toserba 24 jam yang memang selalu ada dimana-mana, dia segear memasuki tempat itu.
Tempat itu cukup ramai, para penjaga yang melihat bagaimana penampilan Jayden sedikit mengerutkan dahinya, cukup aneh bagi mereka, jadi mereka putuskan untuk mengawasi Jayden, bisa saja dia hanya ingin menguntil di tempat itu bukan?
Jayden mencari berberapa roti untuk di makannya, juga membeli masker, karena dia tidak mungkin selamanya hanya menutup wajahnya seperti ini, akan sangat mencurigakan, dia juga membeli air mineral tak dingin, dia tak boleh sembarangan minum atau makan karena untuk menjaga suaranya, karena itu dia juga tidak biasa untuk makan dan minum yang menurutnya tidak baik untuk dirinya dan suaranya.
Jayden kembali mengelilingi tempat itu, ingin melihat apakah ada yang dia butuhkan lagi, namun saat dia berkeliling, dia terpaku melihat poster dirinya, Jayden kembali melihat dirinya sediri dengan iklannya, di sana tampak dia tersenyum begitu ceria, dia ingat pembuatan iklah ini, sangat menyiksa karena dia beberapa kali harus di siram oleh air, dan pemotretannya juga dia harus basah kuyup, tak menyangka hasilnya ternyata begitu bagus, pikirnya sambil tertawa di balik hoodie-nya, membuat pegawai yang mengawasinya sedikit menekuk dahinya.
Setelah dia selesai mengambil barang, dia segera menyerahkannya pada kasir, kasir itu hanya memandang Jayden dengan tatapan aneh, melihat orang yang hampir seluruh wajahnya tertutup oleh hoddienya.
"53.000," ujar kasir itu setelah menyelesaikan pemindaiannya.
Jayden segera mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan selembar uang 100.000, kasir itu lalu melihat ke arah pria itu, Jayden langsung mengambil maskernya, dia memalingkan sedikit wajahnya dan ingin memasangkan masker itu, namun dia tidak menyadari 3 orang remaja putri ternyata melihat dia membuka penutup wajahnya dan memakai masker.
Saat dia sudah selesai memakai masker itu dia baru sadar 3 rejama putri itu menatapnya dengan wajah tak percaya, mereka juga tak berkedip, salah satu dari mereka malah tampak ternganga, tak percaya sepagi ini dan di tempat seperti ini dia bisa melihat seorang selebritis.
Jayden lalu menunjukkan gestur untuk tidak berteriak, dia meletakkan jari telunjuk kanannya di depan mulutnya yang serakang tertutup masker.
"Kya!! J.A.D! " teriak remaja putri itu serentak, membuat Jayden kaget dan segera panik, dia segera menyambar kantong pelastik belanjaannya, melihat sekilas ke kasir wanita itu, dia juga tampak begitu kaget.
Jayden tanpa menunggu lama langsung keluar dari sana, namun para remaja itu langsung mengejarnya, Jayden langsung panik dan bingung harus kemana dia melarikan diri, dia berlari saja sesuai dengan pikirannya, namun para remaja putri itu benar-benar mengajarnya.
"Jayden! Kami fans beratmu," teriak mereka.
Jayden tak peduli, yang penting dia harus belari dari sana, bukan dia tak ingin menyapa para fansnya, jika dia menyapa mereka, bisa-bisa seluruh orang akan datang dan meminta dirinya untuk menyapa mereka, dan yang terjadi adalah kerusuhan, jika ibunya tahu, yang ada dia pasti kena marah lagi.
Jayden terus masuk ke dalam areal perumahan di daerah itu, panik mencari tempat untuk bersembunyi hingga dia melihat sebuah rumah kecil dengan pintu terbuka, tanpa pikir panjang dia segera masuk dan menutup pintunya, sembari mengatur napasnya, dia segera melirik ke celah kecil di jendela yang ada di samping pintu itu, tampak 3 remaja itu berlari dari sana, Jayden manarik napas panjang, dan melepaskannya lega, setidaknya dia bisa kabur dari mereka. Jayden membuka sedikit maskernya, merasa sangat kesusahan dalam bernapas dengan menggunakan masker itu.
"Mery, itu kau?" tanya seseorang wanita yang tiba-tiba muncul dan langsung melihat ke arah Jayden, Jayden yang melihat wanita itu sedikit kaget dan refleks langsung membekap wanita itu dari belakang, Jayden kira wanita ini akan sama seperti para remaja itu, dia pasti akan berteriak histeris karena melihat wajahnya, karena itu dia harus menutup mulut wanita ini, mata wanita itu tampak membesar, kaget dengan apa yang dilakukan oleh Jayden padanya.
"Aku mohon, aku tidak ingin menyakiti siapa-siapa, aku juga bukan berniat jahat masuk ke rumahmu tanpa izin, tapi tolong jangan berteriak, aku sedang melarikan diri dari orang-orang yang mengejarku, sekali lagi, aku bukan orang jahat," kata Jayden berbisik dengan suaranya yang bahkan jika berbicara saja terdengar begitu bagus.
Wanita itu mengangguk pelan, dia seperti mengerti apa yang dikatakan oleh Jayden. Sebenarnya Jayden masih ragu wanita ini tidak akan berteriak melihatnya, tapi mau tak mau dia harus melepasakannya, jika tidak, wanita ini pasti merasa dia benar orang jahat.
Jayden melepaskan tangannya, mengamati apa yang akan wanita ini lakukan, jika dia berteriak, dia akan sekali lagi membengkap mulutnya, Jayden terus melihat wanita itu, namun wanita itu bergeming, terus menatap ke depan, kosong seolah tak melihat apapun.
Jayden lalu berdiri di depannya, wanita itu tetap saja menatap lurus, bola matanya perlahan bergulir, seolah menatapnya, namun tetap saja Jayden merasa wanita itu tak melihat ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🌵aidin
jangan2 buta ya k quin
2020-08-29
2
Helga Vania
penasaraan
2020-07-21
0
Ikoh Jenggung
seru
2020-07-21
1