Jayden menaiki tangga menuju ke panggung, lampu-lampu gemerlap menyambutnya, suara riuh mengelu-elukan namanya terdengar lagi, lampu yang berkedap-kedip terlihat di antara begitu banyak penonton yang memenuhi tempat konser itu.
Sekali lagi Jayden mencoba untuk melihat mereka, dari ujung hingga ujung, tak satu pun yang dia kenal, hanya wajah asing yang entah kenapa meneriakkan namanya, Jayden mengerutkan dahinya, untuk apa dia harus begitu mati-matian untuk menyenangkan mereka? untuk ketenaran? untuk semua uang yang dia dapatkan kah? atau apa?
Entah kenapa semua ini terasa memuakkan, terasa sangat lelah dijalani olehnya, dia harus tersenyum saat hatinya bersedih, harus menari saat badannya letih, harus menyanyi bahkan saat air mata ingin keluar dari matanya, bagaimana semua itu bisa dibayar dengan uang, bisakah uang itu membeli kebahagiaan untuknya?
"Jayden, kenapa kau diam saja," terdengar suara dari earphone yang terpasang pada telinganya, Jayden sekali lagi melihat ke arah para penontonnya yang mulai terdengar bingung, mereka tak lagi mengelu-elukan namanya, mereka tampak saling berbicara, mungkin membicarakan kenapa sekarang idola mereka sedang hanya berdiri di sana.
"Jayden!" teriak ibunya dari earphone itu lagi, membuat telinganya sakit, dan dengan cepat dia membuka earphone yang terpasang itu, dia lalu melihat ke arah belakang, tempat ibunya berdiri, wajah ibunya tampak begitu marah, namun Jayden tidak peduli. Para kru pun tampak bingung, Jayden marasa bingung, jika tidak dia lakukan konser ini, maka seluruh yang bekerja padanya akan merugi, ternyata dia tak punya pilihan apapun, dia memasang lagi earphone-nya.
"Selamat malam," kata Jayden dengan suaranya yang indah, bahkan dengan mengatakan itu saja semua orang langsung histeris karenanya, seketika ruangan konser itu riuh, jeritan-jeritan keras mengelu-elukan namanya.
"Maafkan sikapku tadi, aku hanya terlalu terpukau karena melihat seluruh tempat ini penuh, aku tidak bisa membayangkan betapa hebatnya melihat kalian semua," ujar Jayden lagi dengan segala kebohongan dan senyum merekahnya yang benar-benar adalah kepalsuan.
"J.A.D! J.A.D! J.A.D!" terdengar langsung sorak sorai panggilan singkatan untuk namanya, Jayden memberikan kode untuk pada kru-nya, dia siap untuk beraksi, kru-nya mengangguk, dan suara musik langsung lantang terdengar, membuat semua orang mulai berteriak lagi, dan Jayden memulai untuk menari, tak lupa senyuman dan wajahnya yang harus tampak berekspresi, menyampaikan semua emosi yang ada dalam lirik lagunya, walaupun itu bukan emosi yang sekarang dia rasakan.
Semua teriakan pecah saat Jayden berhenti, napasnya tampak terengah-engah, peluh membasahi hampir seluruh tubuhnya, herannya itu malah membuat semua wanita di sana histeris, membuatnya tampak jauh lebih seksi, dia lalu kembali melihat para penggemarnya, akhirnya dengan segala kesusahannya untuk membangun mood di atas panggung itu, semua terbayar dengan sorak senang mereka, inilah yang sebenarnya yang membuat Jayden bertahan, kebahagiaan mereka yang menontonnya, hanya itu yang membuat Jayden tetap bisa berdiri melakukannya.
"Dan Itulah akhir dari acara ini, terima kasih semuanya, beri tepuk tangan kembali pada J.A.D, " kata pembawa acara menutup acara konser ini, Jayden tersenyum, melihat ke arah seluruh pemujanya, dia kembali ingat sesuatu, adakah dari mereka semuanya yang mengirim komentar hujatan padanya? Adakah dari mereka yang datang hanya karena terpaksa, mungkin hanya untuk melihat bagaimana sebenarnya dia? mungkin … mungkin saja ada.
"Jayden, turun," kata ibunya terdengar memerintah, dengan salam perpisahan, dia segera berjalan menuju ke arah tangga turun dari panggung itu.
J.A.D we love you!
Terdengar suara itu serempak seolah melarang Jayden untuk turun panggung, membuat semua menjadi ramai dengan teriakan itu, Jayden terhenti sejenak, benarkah mereka mencintainya? mencintai karya atau penampilannya? mana yang mereka cintai dari Jayden, adakah yang mencintainya karena dirinya sendiri? Jayden melihat ke arah para kru-nya, Darla tersenyum sedikit, menunjukkan buku berisi catatan lagunya.
"Go on," bibir Darla mengatakan itu, dia lalu memberikan buku itu pada seseorang, pria itu melihat lagu itu, dia melihat ke arah Jayden, Jayden mengangguk, dan pria itu langsung memberikan gestur ‘Okay’
Jayden kembali membalikkan tubuhnya, Ibu Jayden yang ada di belakang langsung kaget, dia takut Jayden akan melakukan hal yang aneh-aneh lagi, sekarang anaknya itu benar-benar merepotkanya sekali.
"Jayden, turun!" kata ibunya lagi, Jayden tersenyum, kali ini dia membuka earphone-nya dan menjatuhkannya ke lantai, dia lalu segera berdiri di samping pembawa acara, melihat Jayden yang kembali ke panggung, semua penonton bersorak-sorai heboh nan gembira. Jayden segera meminta mic pada pembawa acara yang dari wajahnya tampak kebingungan.
"Sebentar, sebelum aku menyudahi konser ini, aku ingin kalian untuk mendengarkan ku sekali ini saja," kata Jayden dengan suara seriusnya, mendengar itu, seketika riuhnya penonton menghilang, mereka seolah benar-benar terhipnotis dengan kata-kata Jayden, mengikutinya apapun yang dia ucapkan.
"Aku yakin diantara kalian semua pasti sudah tahu tentang berita tentangku akhir-akhir ini, dan sejujurnya itu sangat menyakitkan ketika membaca semua komentar negatif yang mungkin ada diantara kalian kirimkan untukku, ya, aku membacanya, kalian menghakimi seolah kalian tahu apa yang aku rasakan, " kata Jayden menatap seluruh orang yang ada di konser itu, mereka terdiam menatap ke arah Jayden, Jayden tampak menunduk, menutupi wajah dengan ekspresi kesal dan sedihnya.
"Kalian berpikir kalian tahu tentang diriku, tapi sebenarnya tak tahu apa-apa, karena itu aku akan menyanyikan sebuah lagu yang aku buat, namun tak pernah bisa aku nyanyikan, itu juga karena kalian," kata Jayden, dia melihat kru yang tadi membawa gitar yang sudah di modifikasi, dia duduk di belakang Jayden dan mulai memetik senar gitarnya.
...My life is a movie and everyone's watching....
...Hidupku adalah film dan semuanya menonton....
...So let's get to the good part and past all the nonsense....
...Jadi mari langsung ke bagian indah dan melewati semua omong kosong....
...Sometimes it's hard to do the right thing....
...Kadang sulit melakukan hal yang benar....
...When the pressure's coming down like lightning....
...Saat tekanan ini datang bagaikan kilat....
...It's like they want me to be perfect....
...Mereka sepertinya menginginkanku untuk sempurna....
...When they don't even know that I'm hurting....
...Saat mereka bahkan tak tahu bahwa aku sedang terluka....
...This life's not easy, I'm not made out of steel....
...Hidup seperti ini tak mudah, aku tidak terbuat dari baja....
...Don't forget that I'm human, don't forget that I'm real....
...Jangan lupa aku hanyalah manusia, Jangan lupa bahwa aku nyata....
...Act like you know me, but you never will....
...Kau bertindak seolah kau tahu diriku, tapi kau takkan pernah mengenalku....
...*Th**ere's one thing that I know for sure*....
...Tapi ada satu hal yang ku tahu pasti....
...I'll show you....
...Kan ku tunjukkan padamu....
...I've got to learn things, learn them the hard way....
...Aku harus belajar banyak hal, Dengan cara yang tak gampang....
...Got to see what it feels like, no matter what they say....
...Untuk melihat seperti apa rasanya, Tak peduli apa yang mereka bilang....
...Sometimes it's hard to do the right thing....
...Kadang sulit melakukan hal yang benar....
...When the pressure's coming down like lightning....
...Saat tekanan ini datang bagaikan kilat...
...It's like they want me to be perfect....
...Mereka sepertinya menginginkanku untuk sempurna....
...When they don't even know that I'm hurting....
...Saat mereka bahkan tak tahu bahwa aku sedang terluka....
...This life's not easy, I'm not made out of steel....
...Hidup seperti ini tak mudah, aku tidak terbuat dari baja....
...Don't forget that I'm human, don't forget that I'm real....
...Jangan lupa aku hanyalah manusia, Jangan lupa bahwa aku nyata....
...Act like you know me, but you never will....
...Kau bertindak seolah kau tahu diriku, tapi kau takkan pernah mengenalku....
...There's one thing that I know for sure....
...Tapi ada satu hal yang ku tahu pasti....
...I'll show you....
...Kan ku tunjukkan padamu. - (I’ll Show You, Justin Bieber)....
Petikan gitar yang mengiringi Jayden bernyanyi akhirnya berhenti, namun semua orang di sana seolah bergeming, diam, larut dalam semua bait yang dinyanyikan oleh Jayden dengan penuh perasaan, bahkan saat Jayden sudah mengangkat kepalanya, tak seperti biasanya, tak ada lampu flash atau blitz kamera, Jayden merasakan kesunyian itu, menatap ribuan mata yang melihatnya dengan simpati yang dalam, tak ada rasa cangung sama sekali, Jayden lalu tersenyum tipis, namun perasaannya sangat puas, dia akhirnya bisa menyampaikan apa yang ada di dalam perasaannya, terserah mereka akan menyukainya atau tidak.
"Terima kasih," kata Jayden, memberikan hormat lalu segera pergi turun dari panggung itu, saat dia pergi, tempat konser itu kembali mengheboh, sorakan ‘Aku mencintaimu J.A.D’ terdengar bergemuruh hingga cukup memekakkan telinga.
Jayden turun yang langsung di sambut dengan wajah masam ibunya, namun kali ini dia tidak menunduk ataupun memalingkan wajahnya seperti biasa dia lakukan jika ibunya marah padanya, kali ini, Jayden menatap tajam pada mata ibunya, tak ingin lagi menutupi perasaannya.
"Wow! lagu itu, kita harus merekamnya," kata salah satu produser rekaman yang ada di sana, membuat perhatian ibu dan anak ini teralih. Ibunya langsung tampak berwajah ramah pada salah satu produser rekaman terkenal itu.
"Apakah benar? Jayden memang anak yang sangat berbakat, bisa kita langsung membicarakannya?" tanya ibunya dengan ramah, Jayden hanya menaikkan sedikit sudut bibirnya, merasa sifat ibunya ini sama seperti orang-orang yang ada disekitarnya, jika saja dia bukan wanita yang melahirkannya, Jayden pasti sudah meninggalkan ibunya, sayangnya, dia adalah wanita yang sudah berjuang agar dia bisa setenar ini, walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa dia sebenarnya hanya mengeksploitasinya saja.
"Aku akan ke van, " kata Jayden memberitahu ibunya dengan sikap acuh.
"Ya, Ibu akan ke sana sebentar lagi," kata Ibu Jayden yang membuat Jayden geleng-geleng kepala, jika saja tak ada produser rekaman yang melirik lagunya tadi, pasti saat ini ibunya tak akan semanis itu bicara padanya, ya, mungkin dia memang hanya alat agar ibunya bisa menjadi bahagia, itulah nasibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
mbak i
Quin selalu like dengan kata katamu❤️❤️❤️
2020-11-14
0
RN
sampai sini dulu ya kak
aku menikmati novel mu good job
tar aku mampir lagi
seneng juga klo kakak bisa mampir🙏
2020-10-26
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss bacaa jan lupa tingglkan jejaak🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-24
0