Malam penuh bintang bertaburan. Sorot mata Jennie bagaikan rembulan yang bersinar terang pada malam itu. Jennie bercanda dan mengobrol bersama para pekerja di rumah Reyno. Bahagia sekali gadis itu malam ini. Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Walau masih ingin mengobrol lama, namun Jennie segera diantar pelayan menuju kamar Reyno. Batasnya untuk berkeliaranan hanya sampai jam sepuluh malam. Setelah memastikan Jennie masuk ke dalam kamar, pelayan itu kembali menjalani aktifitasnya. Untung Mami Dina dan lainya sudah tidur, jadi tidak ada yang melihat Jennie diantar masuk larut malam.
Jennie menutup handle pintu kamar dengan hati-hati. Dilihatnya Reyno sudah tidur sambil memeluk boneka besarnya. Pantas saja waktu di hotel itu Reyno memeluknya erat sekali. Ternyata kebiasaan tidurnya adalah memeluk boneka. Jennie membaringkan tubuhnya miring di samping Reyno. Melihat ke arah Reyno dan memperhatikan wajahya.
Nyenyak banget tidurnya. Kerjain dikit, akhhh ...
Jennie menarik boneka besar Reyno dari tanganya. Mengambilnya hati-hati lalu menyembunyikanya di bawah kolong ranjang. Jennie sampai senyum-senyum sendiri melihat Reyno seperti orang yang mendapati mimpi buruknya, tidurnya gusar sambil mencari sesuatu yang hilang dari pelukanya.
"Hahaha ..." Jennie tertawa geli. Ia terus memandangi Reyno yang mulai tidur pulas kembali. Merah sekali bibirnya, apa dia menggunakan lipstick?
Jennie bergumam lirih. Lalu menyentuh permukaan bibir Reyno dengan ujung jarinya.
Hmmm ... sangat halus, bibir ini asli.
Jennie mengelus bibir itu lebih lama. Semakin lama ia jadi tak tahan, beberapa kali ia menelan salivanya sendiri.
Sial, mengapa aku ingin sekali mencium bibirnya. Sudah gila apa aku?
Kamu itu masih delapan belas tahun Jennie.
Otak kamu rusak ya? dasar otak mesum.
Keluarlah dari tubuhku. Otak menjijikan!
Jennie mengumpati dirinya sendiri dalam hati.
Tanpa ia sadari, Jennie sudah melingkarkan tanganya di pinggang Reyno. Bibir mereka semakin dekat. Jennie mengecup bibir Reyno tanpa sadar. Semua itu terjadi secepat kilat. Jennie langsung menjauhkan badanya, masuk ke dalam selimut dengan tubuh gemetar.
Apa yang aku lakukan tadi? mengapa aku tiba-tiba sudah menciumnya?
Sialan kamu Jennie, sejak kapan kamu berubah mesum seperti ini.
Jantung Jennie bertalu-talu tidak jelas. Mungkin itu hanya sebuah kecupan. Sebenarnya hal itu sangat wajar bagi suami dan istri. Tapi tidak untuk Reyno dan Jennie, mereka sudah berjanji untuk menghindari kontak fisik sampai keduanya siap. Dan sekarang Jennie telah melanggar itu. Meskipun Reyno tidak sadar, tetap saja Jennie malu mengingat ulahnya sendiri. Hatinya terus menjerit sedari tadi.
Jennie, betapa tidak tahu dirinya kamu sebagai wanita. Lebih baik aku tenggelam di dasar lautan. Mati dimakan ikan-ikan besar. Dasar bodoh, betapa memalukanya kamu saat ini.
Jennie terus menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut. Menampar- nampar bibir sialan itu dengan tanganya sendiri. Perbuatan lancangnya sukses membuat ia tidak berani melihat Reyno sedikitpun. Jangan sampai Jennie lebih lancang dan melakukan hal yang lebih mesum lagi. Reyno hanyalah lelaki polos yang harus di jaga kesuciannya.
***
Suara kicauan burung terdengar jelas dari luar kamar, yang artinya matahari pagi sudah mulai menampakan dirinya. Jennie terbangun karena merasa pengap, ternyata semalaman ia tidur di bawah selimut sampai pagi.
Jennie bangun dan menyandarkan tubuhnya di pinggiran ranjang. Sambil mengucak kedua matanya, samar-samar ia melihat Reyno yang masih tidur lelap.
"Dasar beruang, kamu yang tidur duluan. Kamu juga yang masih belum bangun sekarang." Jennie mengedarkan pandanganya malas. Melihat jam menunjukan pukul tujuh lewat. Biasanya jam segini ia sedang lari-lari di koridor sekolah. Sejenak ia merasa rindu suasana di sekolah. Jennie sudah seminggu tidak sekolah. Ia rindu sekolah, rindu teman-temanya, rindu memanfaatkan laki-laki untuk mengerjakan tugasnya. Pokonya rindu semua tentang semua kegiatan sekolah.
Kalau seorang Jennie saja sampai merasakan hal seperti itu, bagaimana dengan Reyno. Pria jenius itu pasti lebih tertekan darinya. Perubahan hidup mereka berdua sangatlah singkat, kemarin masih sekolah, sekarang sudah menyandang status menikah.
"Ighhhhh!" Jennie terperanjat secara tiba-tiba. Baru sekejap Jennie mengalihkan pandanganya. Ia sudah melihat pemandangan baru yang mengejutkan. Reyno memasukan tangan kananya ke dalam celana boxer.
"Apa yang sebenarnya ia lakukan?" Tentu saja itu hal yang sangat aneh bagi Jennie. Tanpa basa-basi Jennie langsung menarik tangan Reyno dari dalam celananya. Cowok itu kaget, ia terbangun sambil gelagepan.
"Hahh, ada apa?" Tubuh Reyno setengah bangun karena ulah Jennie. Jennie hanya menatap Reyno dengan wajah kesal. Ada semu merah di kedua pipinya.
"Mata aku gak nyaman, aku keganggu lihat cara tidur kamu." Jawabnya kesal.
"Kenapa dengan tidur Reyno? ada yang salah kah?" Reyno bangun dan ikut duduk bersandar di samping Jennie. "Kamu kenapa bangun kasar gitu?" tanyanya lagi.
"Kamu tidur sambil masukin tangan kamu ke dalam celana. Aku gak nyaman lihatnya." pipi Jennie semakin merona saat mengatakanya. Namun ia harus menjelaskan apa yang ia lihat barusan.
"Hihihi ... maaf ya. Jennie pasti baru pertama kali lihat ini. Laki-laki memang begitu. Hampir semua laki-laki remaja seperti itu. Kalau udara sedang dingin, pria biasanya memasukan tanganya ke dakam boxer saat tidur."
"Kenapa harus memasukan tangan ke dalam celana? Kenapa tidak pakai selimut saja kalau dingin." Jennie mencebik kesal. Memutar bola matanya malas dan melipat tanganya di depan dada.
"Reyno ngga tahu. Itu gerakan alam yang terjadi begitu saja. Kak William juga begitu kok. Hampir Semua laki-laki normal melakukanya."
Jennie sontak memalingkan wajahnya malu saat mendengar kalimat itu. Kata normal itu membuat jiwanya bergetar, tadi juga ia sempat melihat milik Reyno menonjol jelas saat tangan Reyno ditarik Jennie. Meski terhalang celana boxer, tetap saja membuat Jennie menelan salivanya. Jennie tidak sepolos-polos amat sebenarnya.
"Maaf ya, aku ngga tahu. Soalnya aku risih lihatnya." Meras bersalah.
"Iya ngga pa-pa kok, nanti lama kelamaan Jennie akan terbiasa dengan hal ini," ucap Reyno sambil menjulurkan kakinya ke lantai.
"Mau kemana?" tanya Jennie saat Reyno beranjak turun dari tidurnya. "Mau mandilah," jawab Reyno logis.
"Aku juga mau mandi," ucap Jennie tanpa sadar.
"Iya udah, Reyno dulu yang mandi. Abis itu baru Jennie mandi. Di kamar ini hanya ada satu kamar mandi. Masa mau mandi bareng sih." Reyno terkekeh.
Duh, gara-gara kebanyakan ngelamun aku jadi ngelantur gini ngomongnya. Kenapa aku harus liat itu sih. Otak aku jadi ngga jelas gini. Memikirkan perbuatan aku yang semalam saja sudah hampir gila. Ini ngga bisa di biarin. Aku harus mulai jaga jarak dan mengontrol diri aku.
***
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
moemoe
Teringatnya bapakny gk tanya kmn menantunya pas makan malam???
2022-12-08
0
Siti Solikah
duh duh mulai ada benih cinta di hati jenni
2022-03-07
0
Rokiyah Yulianti
Jennie, jennie niat hati mau ngerjain suami eh malah dia yg blingsatan wkwk. wow ada yg tegak tapi bukan keadilan wkwk
2021-11-07
0