Ketidakbetahan Jennie semakin menjadi ketika mengetahui mantan pacarnya William adalah kakak dari suaminya. Orang tidak waras di rumah itu bertambah satu lagi. Gila! Jennie harus menghadapi tiga mahluk planet dengan keanehan yang berbeda-beda. Suami yang masih setengah jadi, Kaka ipar yang terus menggodanya, dan Mami yang dikit-dikit selalu memberinya hukuman.
Ya Tuhan, sial sekali hidupku ini. Sebenarnya dosa apa ku di masa lalu. Mengapa aku sampai harus terjebak di dalam cinta segitiga beracun seperti ini.
William tak henti-hentinya memandangi Jennie terus-menerus. Sementara gadis itu masih shock dengan kenyataan yang baru saja ia dengar. Jantungnya bertalu-talu bersamaan dengan hati yang was-was. Ia terus berbicara sendiri dalam hatinya.
Please tolong aku. Jangan katakan apapun, jangan expose hubungan kita. Plissss, Willy ... hidup dan matiku bergantung padamu saat ini.
“Jennie, aku mau cari Mami dulu sebentar, Kamu ngobrol dan kenalan dulu saja sama Kaka.” Reyno segera beranjak dari ranjangnya, lalu pergi meninggalkan mereka berdua di dalam kamarnya. Bodoh.
Please jangan pergi. Meski aku muak dengan tingkahmu, tapi jangan sekarang. Jangan pergi wahai suami setan. sorot mata Jennie seolah mengatakan hal itu saat Reyno pergi.
“Hei!” Jennie memanggil. Namun Reyno sudah terlanjur pergi dari kamarnya. Sementara di dihadapanya kini ada lelaki gila yang sedang menyeringai jahat ke arahnya.
“Sweatheart, adiku benar-benar sangat baik,ya. Meninggalkan istrinya sendiri dengan orang sepertiku. Sepertinya kita harus berterima kasih padanya. Sekarang kita punya banyak kesempatan untuk memadu kasih, mari kita bangun lagi cinta yang sempat tertunda kala itu.” Mulut William semakin nyerocos tidak jelas. Bedebah.
“Jangan macam-macam kamu.”William semakin mendekat,merangkak naik keatas ranjang. Ia mencengkeram kedua tangan Jennie dan menindih gadis itu. “Will, stop! jangan macam-macam.” William tidak peduli semakin mendekatkan wajahnya untuk mencium Jennie. “Will, tolong jangan seperti ini.” Mendengar nama itu William segera menghentikan aksinya, lalu melepas kungkuhanya dan berbaring di samping Jennie.
“Sudahku tebak, kamu masih mencintaiku, Sweetheart,” ucapnya sembari menaruh kedua tanganya di belakang kepala. Matanya menatap nanar ke atas langit-langit. Mengingat kembali kenangan singkat percintaan mereka berdua dikala itu.
“Cih! kamu sangat percaya diri begitu. Aku sudah tidak memiliki rasa apapun sama kamu.” Mulut bisa berbohong. Tapi mata polos itu menunjukan sebuah perasaan dalam saat menyebut nama panggilan kesayangan Jennie untuk William.
“Tadi kamu memanggilku Willy, nama itu adalah nama panggilan kesayangan yang kamu buat khusus untuk aku, ingat?” William memalingkan wajahnya ke samping, menatap Jennie dengan binar cinta.
Ah, panggilan sialan itu ternyata. Dasar mantan tidak tahu diri, ingat saja dia.
“Itu cuma kebiasaan lama, jangan terlalu narsis. Aku tidak akan pernah mau mencinta lelaki peselingkuh seperti kamu.” Jennie bangun dari posisi tidurnya. Lalu duduk agak jauh menggeser dari William.
“Jadi kalau aku tidak selingkuh lagi, itu artinya kamu masih mau balikan sama aku, begitu Sweetheat?” Tatapan itu seolah dibuat seserius mungkin. Membuat Jennie mendadak baper mendengar ungkapan sederhana yang keluar dari bibir mantan kekasihnya. Buru-buru Jennie mengalihkan pandanganya ke segala arah.
“Hahahaha. William, kamu sangat narsis. Kamu pernah dengar sebuah pepatah ngga? seekor kuda yang mempunyai harga diri tinggi, tidak akan pernah memakan rumput yang sudah ia lewati. ”
“Ayolah, kamu bukan kuda. Tidak juga makan rumput. ”
“Itu artinya aku ngga mau balikan lagi sama kamu. Dasar tidak tahu malu.” Jennie marah. Sementara William semakin suka menggoda Jennie. Tingkah lakunya yang seperti inilah yang membuat William rindu masa lalu bersama Jennie. Andai waktu dapat di putar, William tidak akan selingkuh. Dia menyesal.
Dulu ia masih mengira bahwa ia tidak mencintai Jennie. Pikiranya selalu men-sugesti bahwa hubunganya dengan Jennie hanyalah main-main. Jennie masih bocah, itulah yang membuat William ingin bermain-main dengan gadis itu. Sampai suatu hari perselingkuhanya di ketahui oleh Jennie, lalu gadis itu menghilang dari kehidupan William selamanya. Disitulah ia merasa bersalah dan ingin kembali menebus kesalahanya.
“Adiku sangat jauh berbeda denganku, aku tahu dia bukan tipemu.”
“Mau tipeku atau bukan, dia tetap suamiku yang sah. Menyingkirlah, berhenti mengejarku. Aku sudah menikah.”
“Maksud kamu menikah hanya enam bulan itu? itu yang kamu maksud dengan menikah?”
Licik. Dari mana cowok sialan itu tahu soal pernikahan enam bulan kami. Ah, diakan anak Mami Dina. Pasti nenek sihir itu telah memberitahu perihal ini kepadanya. Bodoh. Aku tidak boleh kalah, aku harus membalas ucapan William dengan trik yang berbeda.
“Baguslah kalau kamu sudah tahu. Itu artinya kamu tahu kalau orang tuamu tidak menyukaiku. Sayang sekali William, kita tidak akan bersama, ada tembok yang menghalangi hubungan kita.”
“Aku dan Reyno sangat berbeda, dari kecil ia sudah diatur hidupnya. Reyno bisa mendapatkan apapun tanpa harus bekerja keras. Sementara aku, aku selalu di tuntut untuk bekerja keras. Namun aku memiliki kebebasanku sendiri. Termasuk mengejar gadis yang aku suka.”
“Hei William, apakah tidak ada hal lain yang kamu lakukan selain mengejar gadis- gadis?”
“Aku bisa mengejar lelaki jika aku mau. ” Pria itu berkata enteng lagi. Membuat Jennie semakin geram dibuatnya.
“Tidak tahu diri! ”
“Hahaha. Nikmatilah pernikahan kamu yang hanya enam bulan itu.” William menyeringai jahat. Membuat otak Jennie semakin mendidih dengan mulut nyelenehnya.
“Tolong jangan beritahu Reyno. Mama Dina melarangnya. Kalau sampai kamu memberitahu Reyno, aku tidak akan mau bicara lagi padamu,” ancam Jennie.
“Oke,oke ... aku tidak akan memberitahu soal pernikahan enam bulanmu pada Reyno. Tenang saja.” William bangun dari posisinya. Lalu melangkah pergi meningalkan Jennie sendiri di dalam kamar.
Ya, kamu selalu saja tidak tahu diri. Semua yang ada di rumah ini gila, suami gila, mertua gila, dan mantan yang jauh lebih gila tentunya.
***
Reyno masuk dengan raut wajah yang berbeda. Mukanya ditekut, bibirnya mengerucut, dan mulutnya diam. Bahkan menganggap Jennie seperti tidak ada di dalam kamar.
“Hai,” Jennie menyapa lagi. Reyno masih terdiam.
"Udah ketemu sama Maminya?" tanya Jennie basa-basi.
"Sudah!"
Jutek banget, sih. Habis makan apa dia, mercon?
“Reyn, kamu lagi kenapa ya?” Reyno semakin menggeram kesal.
“Eh, maksud aku suami aku. Kamu lagi kenapa? Maaf ya, aku suka angot-angotan, jadi kalau lagi ingat baru panggil kamu dengan sebutan suami. ” Menyeringai jenaka.
“Menurut kamu, aku kenapa?” Reyno mengerutkan dahinya kesal. Lagi-lagi Jennie harus di buat bingung dan menerka-nerka kesalahanya.
Aku ngga berbuat salah apa-apa,kok. Mengapa ubur-ubur bikini bottom ini mendadak marah begitu. Memangnya kamu kenapa. Mana aku tahu bencong.
“Aku ngga tahu kamu kenapa.” Jennie mencoba tersenyum sebisa mungkin. Walaupun semua itu amatlah berat, Jennie tetap harus melakukanya. Membuat si bencong itu marah adalah bencana baginya. Hukuman mengerikan mungkin akan di terima Jennie kalau itu terjadi.
“Sebenarnya kamu kenap, sih?”
“Peka dong makanya,”bentaknya jutek.
Ai ... ya ... ya ... ya ...
Bencin sekali aku mendengar kata peka. kau pikir aku ini cenayang yang tahu persis isi pikiranmu.
“Aku beneran gak tahu,maaf.” Bibirnya berkata lirih dan lembut, namun hatinya sudah teriak-teriak sedari tadi. Apa lagi darahnya. Mendidih sampai ke ubun-ubun.
“Mau aku ambilin minum?” tanya Jennie iseng. Sedari tadi Reyno terus memalingkan wajahnya sembari melipat tanganya di depan dada. Posisi yang paling Jennie benci.
“Terserah.”
“Ya sudah, aku ambil minum dulu di dapur.” Bahkan Jennie tidak tahu dapur berada dimana. “Minumnya mau yang panas atau dingin?”
“Terserah!”
Please, jangan sebut kata itu. Apa tidak ada kata andalan lain selain terserah dan peka.
“Kalau gitu aku cari dapurnya dulu, ya.” Jennie hendak beranjak untuk keluar kamar. Saat ia sudah bangun dari duduknya, tiba -tiba Reyno menahan lenganya.
“Jennie kenapa bohongin Reyno?”
“Ya?” Jennie mengerjapkan matanya berulang-ulang. Firasat buruk mulai menari-nari dipikiranya.
“Reyno sudah dengar pembicaraan kamu dan Kak William.”
Deg!
Jantung Jennie serasa mencolos dari sarangnya.
Mati!
Hidupku sudah berakhir. Apa yang aku takutkan terjadi juga. Bagaimana ini? Hukuman apa yang akan aku terima. Dipenjara,kah? aku dengar orang kaya selalu memiliki ruang sekap di bawah tanah. Please, lindungi aku Tuhan. Aku hanya Jennie si lemah yang selalu bolos ke sekolah. Tolong jangan biarkan peranku mati dulu. Aku masih ingin hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
moemoe
😅😅😅😅
2022-12-08
0
Siti Solikah
aduh pliz tuhan Jenni masih ingin hidup
2022-03-07
0
Rokiyah Yulianti
Jennie sabar ya, lama2 gregetan jg punya laki macam Reyno si agar2 tapi lucuuu
2021-11-07
0