“Mam, apa gadis itu benar istri Reyno?” William mencoba memastikan sekali lagi. Ia masih berharap semua itu merupakan kebohongan belaka. Bagiamanapun juga William tidak rela miliknya di rebut oleh Sang Adik. William merasa masih belum puas bermain-main dengan gadis itu
“Duh, Sayang. Plis jangan bahas dia, Mami malas sekali dengan gadis urakan seperti itu.” Mami Dina memegangi dahinya pusing. Jennie memang sudah mendapat kesan buruk di mata Mami Dina, bahkan saat pertama kali bertemu di pernikahan mereka. Kalau saja suaminya tidak memaksa untuk melamar Jennie, mungking Mami Dina tidak akan mau meminangkan gadis itu untuk anak bungsunya.
“Ya sudah, ayo kita minum teh di pavilliun. Bukanya Mami kangen aku?” katanya sembari merangkul Maminya menuju ke pavilliun.
“Gadis itu hanya menikah dengan Reyno selama enam bulan. Sehabis itu Mami akan mengirim Reyno untuk belajar ke Amerika.” Mami Dina memberitahu tanpa ditanya.
“Mami serius?” William terperanjat senang.
“Seriuslah, mengapa kamu terlihat senang begitu?” Mami Dina menyelediki curiga.
“Tentu saja William senang karena Mami terlihat senang saat mengatakanya tadi.” Bohong. Tentu saja William senang karena mendengar pernikahan adiknya hanya sebuah tameng untuk menutupi aib keluarga. Sepertinya misi mengejar cinta Jennie akan berjalan lancar tanpa hambatan.
Menuntut ilmulah setinggi mungkin adiku. Berikan saja gadis menantang itu pada kakamu, biar aku saja yang menjaganya. Gumam-gumamnya lirih.
Jujur saja, William sangat kaget saat mengetahui adiknya dinikahkan secara mendadak. Pria itu bahkan sedang berlibur saat mendengar kabar dadakan yang mengagetkan. Yang lebih membuat dirinya kaget, gadis itu adalah Jennie. Diantara banyaknya bintang di hamparan langit luas, mengapa harus Jennie?
***
Jennie mencoba menguasai hati dan segenap emosi yang bergejolak sedari tadi. Luas taman di halamam rumah Reyno ada sekitar lima ratus meter. Jennie akan mati kalau harus menggunting rumput sebanyak itu. Jennie mencoba mengumpulkan seluruh jiwa kesabaranya kembali. Dia mulai merayu lagi.
“Reyn, aku itu nggga kuat panas begini, aku bisa pingsan kalau harus potong rumput seluas ini, kasih aku toleransi, ya.”
“Kalo gitu pijitin kaki Reyno, baru dimaafin.”
Ya?
“Maksudnya?”
“Pijitin kaki Reyno, masa ngga maksud? karena Jennie bawel, pijitinnya jadi semua badan.”
“What?”
“ mAku tunggu di kamar.” Reyno melengos hendak pergi ke kamar dengan jahatnya.
Hei, bencong lakhnat! aku belum bilang mau.
Gadis yang sedang berapi-api itu mencoba menenangkan jiwa raganya sebisa mungkin. Hanya enam bulan. Jennie pasti bisa melalui semua badai ini dengan baik.
Brugggh...!
“Jennie!” Reyno berteriak. Jennie mendadak jatuh ke tanah tidak sadarkan diri. Reyno yang baru melihat melihatnya segera berlari menghampiri Jennie. Para pekerja laki-laki yang melihatnya juga segera menawarkan diri intuk membawa nona mudanya ke dalam.
“Tuan muda ... biar saya saja yang membawa nona muda masuk kedalam,” katanya menawarkan diri.
“Tidak usah, kalian pergi saja,” bentak Reyno jutek. Dengan langkah tergopoh-gopoh ia membawa Jennie masuk ke dalam . Dari kecil ia tidak pernah rela miliknya disentuh orang lain, apa lagi Jennie yang notabene adalah istrinya.
Aku tidak menyangka kalau cowok ini ada sisi pria nya juga. Manfaatkan tubuh besarmu itu, jangan seperti balon yang besar tapi tidak ada isinya.
Hanya Tuhan dan Jennielah yang tahu bahwa pingsanya hanya pura-pura. Licik.
Reyno membaringkan tubuh Jennie di atas sofa, para pelayan wanita mulai berdatangan menghampiri tuan dan nonanya.
“Nona muda kenapa, Tuan?” Dua pelayan wanita menghampiri. Salah satu dari mereka melihat Jennie tidak sengaja membuka matanya sedikit. Sekarang bukan hanya Jennie dan Tuhan, ada pelayan yang juga mengetahui kebohongan Jennie yang pura-pura pingsan.
“Kamu tidak lihat dia pingsan?” Reyno marah lagi. Cowok itu semakin imut bila sedang marah. Tidak terlihat galak, malah bertambah lucu.
“Maaf Tuan Muda.” Kedua pelayan itu menundukan kepalanya takut-takut. Meskipun cara marahnya sangat imut. Tepap saja Reyno adalah Tuan Muda mereka.
“Cepat buat dia sadar. Kenapa diam saja?” Reyno memijit kedua pelipis Jennie lembut. Kenapa jadi Reyno yang memijit Jennie, terbalik.
“Sepertinya hanya Tuan yang dapat membuat Nona Muda sadar.” Salah satu pembantu itu tersenyum penuh arti. Sementara yang satunya lagi bergidik ngeri karena melihat keberanian temanya mengatakan hal seperti itu.
“Maksudnya bagaimana?” tanya Reyno penasaran.
Ya, gimana maksudnya itu. Kenapa hanya Reyno. Gumam Jennie dalam hatinya.
“Cium saja Nona Muda, pasti Nona akan secepatnya bangun.”
Ya ... Ya ... Ya, teori macam apa itu? Dapat ilmu dari mana pelayan sialan itu.
“Benarkah begitu?” Reyno berfikir keras. Antara mau mencium Jennie atau tidak. Mencium bibir itu sangat menjijikan, tapi Jennie sedang pingsan. Tidak mungkin juga ia menyuruh orang lain untuk mencium Jennie, sekalipun itu wanita. Reyno tidak rela.
“Itu adalah cara yang sangat efektif Tuan, dicoba saja.” Pelayan itu tampat tenang. Sementara yang satunya lagi sudah gusar, beberapa kali ia mencubit temanya yang begitu berani. “Coba cium saja Tuan, di kampung saya membangunkan orang pingsan memang begitu caranya.”
Hei, siapa nama pelayan itu. Aku tidak akan melupakan perbuatanmu seumur hidupku.
Reyno mulai mendekatkan kepalanya ke arah Jennie. Jarak bibir mereka kurang dari tiga puluh senti, bahkan keduanya dapat merasakan hembusan nafas masing masing.
Cium, tidak ... Cium, tidak ... Cium, tidak.
Pikiran Reyno berkecamuk. Antara enggan dan kasian. Akhirnya cowok itu memberanikan diri untuk mendekatkan bibirnya semakin lebih dekat.
Hei ... Hei ... Mau apa dia?
Jantung Jennie berdetak sangat kencang. Darahnya mengalir tidak beraturan bersaman dengan tubuh yang mulai gemetar. Gadis itu gugup.Saat bibir mereka hampir bersentuhan,tiba-tiba Reyno menjauhkan wajahnya secepat mungkin. Ada sebuah kejanggalan dari pingsanya Jennie.
“Aku tahu kamu pura-pura pingsan, kamu keterlaluan Jennie.” Jennie masih diam dalam mata terpejam. “Sampai kapan kamu mau pura-pura aku sudah tahu kamu bohong, tadi kamu membuka mata.”
Gimana ini ... Gimana?
“Bangun atau hukuman kamu akan bertambah lebih berat,” ancam Reyno. Oke. Jennie akhirnya membuka matanya dengan kesal. Dua pelayan yang sedang berdiri langsung senyum-senyum melihat kelakuan majikanya.
“Hehehe ... jangan hukum aku lagi ya?”
“Sekarang gantian, gendong Reyno sampai ke kamar.” Reyno mengangkat kedua tanganya ke udara, bersiap-siap untuk di gendong. “Kalo ngga mau, kamu akan dihukum lebih lebih parah.”
“Ya, oke ... Oke, Reyn.” Tidak ada pilihan lain. Jennie akhirnya menggendong suaminya menuju kamar. Menaiki anak tangga selangkah demi selangkah.
“Mulai sekarang jangan panggil aku Reyno.”
“Terus panggil apa?”
Duh, berat sekali tubuhmu. makan apa sih? dasar suami gak ada ahlak kamu, Reyn.
“Belajar panggil aku suami?”
Eh ... Eh ... Apa -apaan ini.
“Suami?” Reyno hampir terjatuh dari gendongan Jennie karena keterkejutanya. Sebutan menggelikan macam apa itu. Jennie dan Reyno masih delapan belas tahun.
“Kenapa kaget? aku ini suami kamu!” bentaknya kesal.
“Iya, maaf Reyn.”
“Hei....!”
“Iya suamiku, maafkan aku.”
Nah begitu baru benar. Berapapun umurnya, mereka tetap sepasang suami istri. Yang sah.
“ Jennie!”
“Iya suamiku.” Pura-pura tersenyum. Cih, suami. Aku wajib gosok gigi tujuh kali karena telah menyebut nama itu.
“Mulai besok kamu dandan, ya. Atau setidaknya pakai skin care.”
Ya, berani sekali kamu memberi perinta seperti itu. Cacing alaska.
“Memangnya muka aku kenapa? jelek?”
“Tidak!”
“Ngebosenin?”
“Engga,juga.”
“Bikin sakit mata?”
“Nggak gitu.”
“Terus?” Jennie mulai kesal
“Muka kamu terlalu berminyak seperti pertamina.”
Heiya ... aku benar-benar ingin mengutukimu seumur hidupku. Hei Bencong Asgar, sialan sekali mulut anda!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Karsem Karsem
🤣🤣🤣
2024-05-24
0
Aas Aswati
Allahuakbar Pertamina gak tuh wkwkwkwkwk 🤣🤣
2024-04-24
0
Dafa Jalalludin
aduhh ngakak abis Thor😂😂😂
2022-08-23
0