Motor Jennie berhenti tepat di depan gerbang hitam tinggi yang menjulang. GPS yang Jennie gunakan mengatakan bahwa ia sudah sampai di tempat tujuan. Jennie menatap kagum rumah Reyno yang besarnya bagaikan sebuah istana, mungkin lima kali lipat dari rumahnya sendiri. Ada jeda beberapa saat saking terkejutnya. Pantas bundanya menyuruh Jennie tinggal di rumah Reyno, ternyata alasanya karena ini. Reyno benar-benar anak orang kaya seperti yang bunda katakan.
Jennie merogoh ponselnya lalu menghubungi Reyno. Tadinya ia ingin menekan bell dan masuk sendiri. Namun tidak jadi karena ia merasa segan. Sekitar lima menit, Reyno keluar bersama dengan satpam yang membukakan pintu gerbang. Jennie sedikit tersenyum geli ketika melihat Reyno datang dengan payung ditanganya. Memang matahari sedang jahat-jahatnya menusuk kulit. Namun tetap saja Jennie merasa aneh melihat cowok seperti itu.
“Hai,” sapa Jennie melambaikan tanganya kikuk.
“Ayo masuk Jennie, kunci motornya kasih saja pada satpam. Nanti biar motor kamu ditaruh di garasi.” Jennie mengangguk sembari memberikan kuncinya pada satpam. Kemudian mereka berdua berjalan bersama menuju rumah.
“Selamat datang di rumah aku, Jennie.” Aura istana terasa sekali begitu Reyno membuka pintu rumahnya. Hampir semua barang-barang di rumah itu berwarna emas, di mana satu barangnya sudah dipastikan harganya sampai ratusan juta.
“Kok, sepi?” tanya Jennie.
“Mami sedang di ruang baca. Sedangkan Papi dan Kaka kerja di kantor, jadi kalau siang hanya ada Mami sama aku. Sisanya para pekerja yang ada di rumah ini,” tutur Reyno menjelaskan pada Jennie. Lagi-lagi Jennie hanya mengangguk samar sebagai balasanya.
“Kita langsung ke kamar aku aja, ya. Nanti lagi ketemu Maminya, biasanya kalau Mami lagi di ruang baca ngga mau diganggu. Gak pa-pa, kan?”
“Iya, engga masalah kok,” ucapnya sembari tersenyum.
Jennie berjalan mengikuti Reyno, menaika anak tangga untuk menuju kamar Reyno. Jennie langsung kaget begitu Reyno membuka pintu kamarnya. Dekorasi kamarnya berwarna biru laut dan putih. Tidak ada yang salah dengan warna yang dipilih untuk kamar cowok itu, namun banyaknya koleksi boneka teddy bear membuat Jennie agak kaget. Mungkin untuk pertama kalinya ia melihat cowok yang mengoleksi boneka teddy di dunia nyata. Biasanya ia hanya melihat cowok seperti itu di tv. Bisa dikatakan Reyno adalah Mr.Bean versi nyata.hehehe.
“Boneka kamu banyak banget ya Reyn,” tanya Jennie basa-basi. Kedua bola matanya terus beredar melihat seisi kamar Reyno.
Idihhhh. Jijik banget, ada ya? cowok seperti kamu. Eh, kamu suamiku.😭
“Iya, aku koleksi mereka dari kecil.” Mereka sudah ku anggap seperti darah dagingku sendiri. Gitu, dong, hahaha. Imbuh Jennie dalam hatinya.
Lagi-lagi Jennie dibuat terkejut melihat luasnya kamar Reyno, kira-kira enam kali lebih luas dari kamar Jennie di rumahnya. Selain boneka, juga ada banyak koleksi buku-buku tertata rapih di rak yang besar. Sudah dipastikan kalau Reyno pasti pintar, tidak seperti Jennie yang kamarnya di isi onderdil motor.
“Jennie.”
“Iya.”
“Kamu malu ya, punya suami yang suka mengoleksi boneka?”
Ya iya lah.
“Ngga kok, aku juga suka ngoleksi onderdil motor, padahal aku cewek,”
“Bagus deh, nanti kalau kita punya anak perempuan, bonekanya bisa dipakai sama anak kita.” Jennie tersenyum geli.
Punya anak? Bahkan cara membuatnya saja kamu tidak tahu. Ck.
“Oh, ya ... aku tadi lagi nonton drama korea, lupa belum aku matiin. Kamu suka nonton drama korea tidak, Je?”
“Em, lumayan,” jawabnya bohong .Seperti apa rupanya saja ia tidak tahu.
“Bagus, deh. Kalo lumayan suka.”
Suka boneka ... Suka nonton drama ...
Ya Tuhan, kenapa sih, aku dapat suami kayak gini banget. 😭
“Itu baju kamu yang dibawa cuma segitu aja,” tanya Reyno sembari menunjuk tas ransel yang Jennie kenakan.
“Iya,bunda bilang ngga boleh bawa barang banyak-banyak. Takut ngga kepake di sini.”
“Ya sudah, taro saja dulu tasnya. Nanti biar diberesin sama bibi.”
“Engga usah, nanti aku beresin sendiri aja, Reyn.” Jennie berjalan dan menaruh tasnya di atas nakas. Pundaknya pegal karena terus berdiri sembari menggendong tas ransel yang cukup berat. “Aku taro sini dulu, ya ... ”
“Iya, taruh saja di situ.”
“Jennie, kita nonton drama dulu aja, yuk.”
Hah?
Duh, belum apa-apa sudah kena batunya. Beginilah efek berbohong. Jennie malas sekali melihat tontonan seperti itu. seharusnya Iya mengaku saja kalau tidak suka menonton drama. Tapi ia takut kalau Reyno malah jadinya ngambek. Dengan berat hati, akhirnya Jennie menemani Reyno untuk nonton drama.
Jennie mencoba membuka matanya agar tetap terjaga. Tontonan membosankan seperti itu membuat matanya reflek ingin terpejam. Tibalah pada suatu moment, di mana sepasang wanita dan laki-laki melakukan sebuah adegan ciuman. Dengan polosnya Reyno melirik ke arah Jennie.
“Kamu sudah pernah ciuman kayak gitu belum, Je?” tanya Reyno sembari memasukan popcorn ke dalam mulutnya. Wajahnya terlihat antusias menunggu jawaban dari Jennie.
“Emmm ... Su ... Sudah,” jawabnya kikuk.
“Sudah?” Reyno sedikit meninggikan nada suaranya. Dahinya menyerngit tidak senang.
Mati! kenapa bisa ngomong jujur banget, sih? Reyno kan suka ngambek. Bisa diaduin sama Maminya nanti. Jennie bodoh!
“Iya sudah, tapi cuma sekali, kok.” Jangan marah, please.
“Tapi Reyno belum pernah ciuman, itu artinya ngga adil buat Reyno, tau. Masa Reyno dikasih barang bekas, sih,” gerutunya.
“Bekas?”
Wah, bencong setan sepertinya ingin mengajak ribut seorang Jennie.
Rasanya Jennie ingin sekali menampar bencong pasar itu. Ia mengepalkan kedua tanganya sembari mengatur pernapasanya.
Sabar Jennie ... Sabar ... Umurmu masih delapan belas tahun, jangan sampai masuk penjara karena KDRT.
“Jennie sudah pernah ciuman, itu artinya Jennie bekas orang, kan?”
Bekas ... bekas ... gundulmu itu bekas.
Arghhhh. Jennie ingin teriak karena frustasi.
“Reyno, itu kan hanya ciuman. Lagian aku cuma sekali ngelakuin itu, kok. Gadis yang sudah ciuman tidak bisa dikatakan sebagai gadis bekas. Aku kan masih perawan, belum pernah begitu-begitu,” tuturnya lemah lembut. Ada emosi menggebu-gebu yang Jennie tahan sedari tadi.
“Sama siapa?”
Hah?
Jennie mengerjapkan matanya berulang-ulang. Perlu dijawab,kah?
“Sama siapa Jennie melakukan itu?” tanya Reyno untuk kedua kalinya.
Cowok jadi-jadian ini posessif banget, sih?
Sekarang Jennie harus menambahkan satu daftar sifat Reyno lagi. Posessif.
“Emm ... sama mantan aku. Kejadiaanya sudah lama, kok.” mantan brengsyek yang masih aku cintai lebih tepatnya. Imbuh Jennie dalam hatinya.
“Jennie sering gonta-ganti pacar, ya?”
Pertanyaan apa lagi ini ?
“Aku hanya sekali pacaran, kok. Itu juga cuma enam bulan.”
Sabar Jennie ... Sabar ... Anggap saja sedang main rumah-rumahan dengan keponakan. Eh, aku anak tunggal.
"Tetap saja, Jennie itu cewek bekas. Sudah pernah pacaran, sudah ciuman. Reyno jadi semaking engga rela nyerahin kesucian Reyno untuk Jennie."
Waaaah ...
Kali ini Jennie sudah tidak dapat menahan emosinya lagi. Seluruh badanya menjadi semakin panas, otaknya mendidih. Setelah menahan rasa sedari tadi, akhirnya kata kasar dari bibir mercon Jennie mulai keluar.
“Hei, bencong pasar! siapa juga yang mau nyobain kesucian kamu, hah?” Reyno terperanjat.
“Maaaaammmmiiiiiiiii.............!” 😂
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
‼️n
Ya Allah.....ngidam opo to mamine si Reyno dulu???..........amit2 jabang bayi ....🤣🤣🤣🤣
2024-04-23
0
pipi gemoy
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-06
0
Memyr 67
pantas reyno dibully di sekolah, ngomongnya itu looo, seenak perutnya senfiri
2022-06-29
0