Pagi-pagi sekali Jennie sudah dibuat marah-marah dengan tingkah Reyno yang menjengkelkan. Jennie mendapati Reyno sedang memeluk Jennie sembari tertidur pulas. Sontak Jennie kaget dan langsung menendang tubuh Reyno hingga ia jatuh ke atas lantai.
“Jennie keterlaluan! Baru menikah sudah melakukan KDRT. Pokonya Reyno mau laporin ini ke Mami. Jennie pasti akan dimarahi oleh Mami,” rintihnya sembari menahan sakit.
“Kamu dulu yang asal peluk sembarangan. Kita itu sudah ada kesepakatan untuk tidak saling melakukan kontak fisik. Kamu lupa, hah?” bentak Jennie marah-marah.
Semalam sebelum tidur. Reyno dan Jennie sudah membuat perjanjian agar tidak ada kontak fisik sampai mereka benar-benar siap, mungkin saat keduanya sudah sama-sama dewasa dan mengerti kebutuhan semacam itu. Namun pagi ini Reyno melanggar perjanjianya, cowok itu menerobos pembatas bantal lalu memeluk Jennie dengan tidak tahu dirinya.Jennie yang merasa kesal. Reyno telah melanggar perjanjian, padahal Reyno duluan yang membuat janji itu.
“Reyno itu tidak sengaja, Jennie. Reyno tidak sadar,” ujarnya sembari bangun lalu naik ke atas ranjang kembali. “ Aku itu biasa tidur meluk Mami. Mungkin aku ngiranya kamu adalah Mami. Reyno kan sudah bilang, Reyno selalu tidur dengan Mami selama ini. Jadi Reyno tidak salah, yang salah itu Jennie. Kamu sendiri yang mau bobo sama aku, kan?” Jennie hanya mendengus kesal mendengar ucapan Reyno.
Aku bukan boneka ... Boneka ... Boneka ... eh, maksudnya aku bukan Mamimu anak manis. Minum racun mau tidak?
Seperti jiwa yang tertukar. Jennie selalu menjadi pihak yang selalu di salahkan. Apapun kesalahan Reyno, ia selalu menyalahkan Jennie balik. Reyno selalu benar. Jika Reyno melakukan kesalahan, anggapan Reyno tidak melakukan hal itu sama sekali.
Oke. Sampai di sini Jennie sudah sangat paham dengan sifat manusia bertulang lunak itu. Pertama, ia tidak boleh disalahkan. Kedua, Reyno selalu mengucapkan kata terserah, namun ada embel-embel marah atau protes di belakangnya. Dan yang ketiga, Jennie dituntut harus peka dengan setiap isi pikiran cowok itu.
“Jennie,” panggil Reyno serius.
“Apa ?”
“Jennie sedih tidak, putus sekolah seperti ini. Kalau Reyno ngga masuk ke dalam toilet waktu itu, kita ngga akan mungkin berada di sini sekarang. Reyno sedih, Reyno bingung mau melakukan apa untuk kedepan-nya. Semua cita-cita Reyno sudah terkubur, Reyno ngga mungkin bisa mewujudkan keingin Reyno.” Derai air mata mulai turun perlahan membasahi pipi Reyno. Cowok itu memang sangat cengeng dan sering menangis.
Ngajakin melow, ya?
“Ngga sedih, sih. Cuma sedikit kaget aja, kejadian begitu singkat, kita di tuduh berbuat mesum dan tidak ada satupun orang yang mau percaya dengan ucapan kita. Mungkin karena kita masih bocah, terlebih kata kamu posisi kita sangat meyakinkan seperti sedang berbuat mesum.”
“Seandainya waktu dapat di putar kembali," Reyno menghela berat. Menatap Jennie dengan wajah sembab penuh air mata.
Duh, nangis dianya ...
“Sudahlah, Reyn. Menangis tidak ada gunanya. Aku yakin, Tuhan pasti sudah memiliki rencana untuk kebaikan kita nantinya,” ucapnya modal dusta.
“Tapi Reyno masih ingin sekolah. Jennie tidak inginkah?” tanya Reyno. Jennie hanya menggeleng samar sebagai balasan dari pertanyaan Reyno. Sementara Reyno juga tidak mau bertanya perihal Jennie yang tidak ingin sekolah lagi.
Tentu saja jawabanya adalah tidak. Jennie tidak suka sekolah. Bahkan gadis itu sering bolos saat pelajaran yang ia tidak suka sedang berlangsung. Dikeluarkan dari sekolah bukan masalah baginya, justru ia senang karena bisa berkumpul bersama teman-teman di geng motornya. Jennie sangat suka balapan,dan pekerjaan itu tidak membutuhkan sekolah tinggi-tinggi. Yang terpenting adalah skill.
“Reyn, janji sama aku, ya. Jangan pernah main-main dengan pernikahan ini. Walau kita sama-sama belum mengerti apa itu menikah, kita harus kuat melalui semua cobaan ini. Mungkin sekarang kita belum saling mencintai. Tapi tidak ada salahnya juga kalau kita berusaha menumbuhkan rasa itu. Kita sama-sama belajar dari nol ya, Reyn.”
Ya Tuhan, tadi aku tidak salah kan, ya?
kenapa bisa berbicara seperti itu.
“Iya, Jennie.” Reyno tersenyum menangapi kalimat haru yang Jennie ucapkan. “Reyno ngga akan berani mempermainkan pernikahan, kok. Reyno memang belum bisa jadi suami yang baik untuk Jennie. Tapi Reyno akan berusaha bahagiain Jennie. Reyno pasti bisa. Jennie yang sabar, yah.”
“Hemmmm.” Jennie mengangguk. Lalu memeluk Reyno secara tidak sadar. “Makasih ya, Reyn. Semoga kita bisa saling mencintai suatu hari nanti.”
Setidaknya ada sisi dewasa dari mereka berdua. Walaupun pernihakan itu bukan keinginan mereka, namun Jennie dan Reyno mau berusaha untuk menaklukan takdir buruk yang menimpa mereka berdua. Yang terpenting, mereka mau mencoba untuk saling mencintai satu sama lain.
***
Setelah menginap satu malam di hotel. Reyno dan Jennie memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Kedua Orang tua Jennie heboh saat mendapati anaknya pulang tanpa membawa suami.
“Sayang. Kemana suami kamu? Kenapa tidak pulang bersama? Kalian baik-baik saja, kan? Kalian tidak bertengkar, kan?” tanya Sang Bunda melontarakan banyak pertanyaan sekaligus pada Jennie.
Gadis itu hanya duduk terdiam sembari merapatkan kedua pahanya.Jennie menundukan pandanganya tanpa berani melihat Ayah dan Bunda yang sedang duduk di hadapanya.
“Sayang ... kamu sudah menikah.Mau pergi kemanapun,harus izin sama suami. Apa kamu sudah minta izin pada Reyno, saat pulang kerumah? Kamu harus mengikuti Reyno sayang,bagaimanapun juga kamu sudah menjadi tanggung jawab suami kamu,” tutur Ayahnya menimpali Bunda.
“Ayah, Jennie sudah izin sama Reyno saat pulang. Jennie juga masih mau tinggal disini, Reyno bilang tidak pa-pa.Yah, biarkan Jennie tinggal untuk sementara waktu. Jennie janji, akan ikut suami kalau sudah siap nanti, Yah. Jennie butuh waktu,” terang Jennie apa adanya.
“Tidak bisa sayang,apa kata orang kalau baru menikah langsung pisah. Kamu harus tinggal di rumah Reyno. Kamu coba dulu untuk sementara. Nanti lama-kelamaan kamu pasti betah. Keluarga Reyno sangat kaya. Kamu pasti tidak akan kekurangan materi sama sekali.”
“Tapi, Yah?”
“Anak Ayah sangat kuat. Pasti Jennie bisa melalui semua masalah. Ayah yakin Jennie wanita yang tangguh seperti Bunda. Iya kan, Bun?” Ayah menoleh ke arah Bunda, LaLu di ikuti anggukan manis dari Sang Bunda. Sementara Jennie hanya dapat menghela nafas yang semakin terasa berat.
Jennie ingin menangis,namun air matanya tidak kunjung keluar. Dari kecil gadis itu memang tidak pernah menangis. Bunda dan Ayah masih terus mencoba membujuk anaknya sebisa mungkin. Sampai akhirnya Jennie merasa lelah dengan perdebatan yang seolah tidak ada ujung.
Akhirnya Jennie juga yang harus mengalah. Keinginan Ayah Bundanya tidak dapat diganggu gugat sama sekali. Mereka bersikap tegas juga demi kebaikan anak semata wayangnya. Apa kata orang jika Jennie masih tetap tinggal di rumah.
Dengan membawa beberapa lembar baju di dalam tas ranselnya. Jennie pergi meninggalkan rumah seorang diri. Bahkan Ayah dan Bundanya tidak mau mengantar Jennie kerumah Reyno. Mereka bilang Jennie harus belajar mandiri mulai dari sekarang. Kalimat itu terasa berat didengar oleh Jennie.
Melalui bantuan GPS yang Reyno kirimkan lewat pesan, Jennie melajukan motor sportnya dalam batas wajar menuju rumah Reyno. Sepanjang perjalanan menuju rumah Reyno, ia tak henti-hentinya melamun memikirkan nasibnya sendiri. Benar kata Reyno, masa sekolah lebih menyenangkan dari apapun. Andai Jennie masih diberi kesempatan untuk bersekolah lagi, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu lagi. Sudah lah, terima saja kenyataanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Siti Solikah
duh Cho Eun woo ulu ulu manisnya,emang cocok thor
2022-03-07
0
Rokiyah Yulianti
Gemes bgt sama tingkah Reyno, duh bener2 dah si tuan muda wkwk
2021-11-07
0
Yuni MamaRizky
kasihan sebenernya hrusny masih sekolah
2021-09-02
0