Pertengkaran mereka berdua masih berlanjut hingga pada malam harinya. Ruang kamar luas itu bagaikan penjara sekap tanpa adanya oksigen. Sesak. Panas. Hanya ada banyak emosi di dalamnya. Reyno terus ngambek dan menggerutu sedari tadi. Jennie pikir Reyno tidak akan marah lagi. Namun ternyata dugaanya salah. Cowok itu meminta sebuah pertanggung jawaban dari apa yang Jennie sembunyikan selama ini. Nah, loh.
Jennie duduk di lantai dekat sofa. Sedang bersimpuh menghadapi suaminya yang sedang ngambek. Sementara Reyno duduk di atas seperti raja, melipat kedua tanganya di depan dada dengan wajah ditekuk sebal.
"Kemarin aku sudah mau jujur ke kamu. Tapi kamu sendiri loh, yang ngga mau aku kasih tahu." Jennie menghela nafas panjang beberapa kali. Kemudian menjambak rambuta sendiri karena kehabisan kata-kata.
"Reyno itu ngga mau ngebahas mantan Jennie, agar Jennie-nya ngga sedih. Tapi kalau mantanya Kak William beda lagi ceritanya, jelas Reyno pasti marah. Harusnya Jennie langsung jujur, jangan sampai Reyno yang tahu sendiri."
Jennie mendongakan kepalanya pasrah. Adeganya ini seperti pembantu yang tidak sengaja memecahkan guci mahal milik majikanya. Begitulah penampakan kejadianya.
"Jennie itu ngga peka. Kenapa sih, Jennie ngga pernah ngertiin perasaan Reyno? selalu saja Reyno yang harus ngertiin Jennie. Jadi malas kalau begini caranya."
Coba jelasin, di sebelah mananya kamu ngertiin aku. Jangan cuma ngambek-ngambek gak jelas.
"Tapi kan aku sekarang istri kamu. Yang sudah berlalu biarlah berlalu." Jennie mengelus tangan Reyno lembut. "Maafin aku ya."
"Mau berapa kali Jennie minta maaf, semua itu ngga akan menghilangkan rasa sakit yang ada di dalam diri Reyno." Cowok itu meremat baju di depan dadanya secara mendramatisir.
"Memang sakit kenapa? Reyno kan ngga cinta sama aku." Jennie naik ke atas sofa. Percuma juga bersimpuh seperti pembantu. Tidak ada rasa iba dalam diri suaminya.
"Tuh, kan. Jennie emang engga ada peka-pekanya jadi perempuan. Reyno itu heran, deh. Kenapa sih, wanita ngga ada yang peka. Selalu saja begitu."
"Jennie memang ngga tahu, Reyno. Aku ngga tahu kode-kode yang kamu kasih ke aku." Jennie mendengus kesal. Mulai meninggikan nada suaranya.
"Jennie pernah ciuman sama Kaka, kan?" Gadis itu mengangguk pasrah. "Jennie juga pernah ciuman sama Reyno, kan?" Lagi-lagi Jennie hanya mengangguk sembari meratapi ketidakberdayaanya dalam menghadapi Sang Suami.
"Reyno dan William itu kaka beradik. Itu artinya ada dua bibir Kaka beradik yang menempel di bibir Jennie."
Kok jadi membahas ciuman sih. Sebenarnya apa yang dipikirkan anak Medusa itu?
"Terus kenapa dengan ciuman?" Jennie bingung. Siapa saja juga akan bingung mendengar perkataan Reyno yang membingungkan.
"Kenapa?" Kata kenapa dibuat sedramatis mungkin." Jennie itu tamak dan serakah. karena sudah mengembat dua Kaka beradik sekaligus." Reyno menggeser tubuh kakunya ke samping. Sedikit lebih menjauh dari Jennie.
"Tapi-kan, Aku juga ngga tahu kalau kalian berdua kaka beradik." Mengedikan bahu pertanda tidak terima.
"Sekarang jawab jujur, Apa Jennie masih cinta sama William," tanya Reyno menghardik. Mata itu mengancam seolah mengatakan kamu akan mati jika sampai menjawab masih cinta.
"Tidak, aku sudah tidak mencintainya."
Memang kau pikir aku ini bodoh, apa. Jika aku jujur masih ada sedikit rasa cinta, aku yakin kamu akan mengulitiku hidup-hidup.
"Kalau Kaka ngajak balikan, Jennie masih mau?"
"Tentu saja tidak suamiku. Aku-kan sudah menikah." Jennie menarik kedua sudut bibirnya. mempertontonkan deretan tulang putih yang tengahnya berbentuk seperti gigi kelinci.
"Untuk sekarang Reyno belum bisa maafin Jennie, Reyno akan kasih tahu hal ini ke Mami. Biar Mami yang menyelesaikan semuanya. Reyno pusing." Cowok itu menyandarkan kepalanya di pinggiran sofa dengan santainya. Menyilangkan kaki seperti manusia yang sedang memiliki beban hidup berat. "Kita lihat apa kata Mami nanti."
Arghhhhh. harus dengan cara apa lagi aku merayunya. Disaat seperti ini William malah menghilang dengan tidak tahu dirinya. Bedebah.
Tiba-tiba terpikir sebuah ide gila di kepala Jennie. Gadis itu segera melompat ke dalam pelukan Reyno. Jennie mengalungkan kedua tanganya di leher Reyno, sementara kedua kakinya melilit pinggang Reyno sekuat tenaganya. Apa yang akan dilakukan Jennie selanjutnya?
"Jennia!" Reyno berteriak. Terperangah kaget dengan keagresifan Jennie."Apa yang kamu lakukan, menyingkir dari badanku."
"Ngga mau, aku ngga akan lepasin pelukan ini sampai kamu janji maafin aku, dan jangan beritahu hal ini sama Mami kamu," ancam Jennie serius. Gadis itu mengeratkan pelukanya semakin kuat. Membuat Reyno risih parah dibuatnya.
Reyno berdiri, mencoba menghempaskan tubuh menjijikan yang melekat bersamanya. "Lepas."
"Ngga akan aku lepas, kamu kemanapun ngga akan aku lepas." Reyno kesal mendengar ucapan Jennie. Posisi Reyno sekarang seperti seorang monyet yang sedang menggendong bayinya.
Reyno berjalan ke luar kamar. "Kita lihat saja nanti, apa kamu mau begini terus kalau di lihat banyak orang." Cowok itu menuju meja makan, lalu duduk bersama Jennie yang masih berada di pangkuanya.
Astaga!
Mbak Mira kaget saat melihat posisi mereka berdua yang tidak biasa. Kebetulan ia hendak menaruh ayam goreng yang baru matang ke atas meja. Mbak Mira meletakanya dengan hati-hati. Pura-pura tidak melihat mereka lalu kembali ke dapur.
"Ya ampun. Anak muda jaman sekarang. Saya tahu kalau kalian pengantin baru. Tapi mbok ya tidak usah pamer pada kamh LDR seperti saya." Mbak Mira mengelus dadanya gela.
Kembali lagi ke meja makan, Jennie masih setia duduk dipangkuan Reyno. Membenamkan wajahnya di ceruk leher Sang Suami.
"Kamu pikir aku akan malu, Tidak Reyno. Aku akan seperti ini terus, sampai pagi sampai besok bila perlu." seringainya jahat. Jennie juga tahu kalau wajah suaminya itu sudah kesal tak bersahabat.
Akhirnya cowok itu kembali ke dalam kamar sebelum semakin banyak orang yang melihat mereka. Bagaimanapun juga keagresifan Jennie tidak selayaknya remaja berusia delapan belas tahun, akan sangat memalukan jika sampai dilihat banyak orang.
Reyno membanting tubuhnya kasar di atas ranjang. Bagaiaman dengan Jennie? tentu saja gadis itu masih setia menempel di tubuh Reyno. Posisi mereka sangat intim. Jennie menindih tubuh Reyno. Sementara Reyno berbaring dibawah Jennie pasrah.
"Sampai kapan Jennie mau kayak gini terus. Kamu pikir badan kamu ngga berat." Pasrah.
"Maafin aku dulu."
"Ngga!"
"Ya sudah, kalau gitu Jennie mau nempel terus sama Reyno." Jennie menurunkan tubuhnya, namun masih tetap memeluk Reyno sambil berbaring.
Reyno melingkarkan kedua tanganya ke tubuh Jennie tanpa sadar."Kalau Reyno mau mandi, gimana?"
"Ikut!"
"Dasar Jennie mesum."
"Bodo amat."
Akhirnya kedua insan itu tertidur dengan sendirinya. Acara maaf-maafan belum terjadi diantara mereka. Entah besok akan seperti apa. Kebetulan Jennie dan Reyno besok sudah harus kembali ke Indonesia. Kesempatan Jennie berbaikan dengan Reyno semakin tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
ngomong2 Reyno pasrah amat yak digandulin Jennie gitu haha
2021-11-07
0
nempel kyk perangko ajj jenni²
2021-07-01
0
ARA🌱🐛🐍🚀
aku mau kaya jenie aah kalau suami lagi marah 😂😂😂😂😂
2021-05-02
0