Semburat surya di ufuk barat menerpa dua pasang mata yang sedang menatap ke arahnya. Sesekali mereka saling bertatap, sebuah tatapan yang kuat seperti ombak yang memecahkan batu karang. Deru ombak di sore hari itu menghamtan dua pasang kaki yang sedang berdiri di atas pasir putih. Sepasang mahluk hidup berlawan jenis itu sedang menuai sebuah perdebatan, persoalan yang hanya dapat diraskan oleh mereka dan Tuhanya.
"Tolong kasih aku waktu, jangan beberkan masalah kita pada Reyno sekarang. Biarkan aku yang memberitahunya." Jennie menggenggam erat tangan William. Menahanya agar jangan sampai memberi tahu Reyno perihal masa lalu hubungan mereka.
"Sampai kapan, aku sudah tidak tahan melihat kalian berdua. Kamu tidak lupa, kan. Kita ini belum putus. Kamu adalah kekasihku."
Cih, kekasih apanya.
"Jangan tidak tahu malu begitu, aku sudah menikah. Tolong jangan ganggu rumah tangga kami." Jennie merinding geli saat mengatakanya. Mana bisa pernikahanyan konyolnya disebut sebagai rumah tangga.
"Aku ngga ngerasa kalian berdua pernah menikah. Hubungan kalian hanyalah sebuah ikatan atas dasar kesalahpahaman. Reyno tidak mencintaimu, begitu juga dengan kamu. Kembalilah padaku, Sweetheart." William menatap Jennie penuh harap.
"Jadi kalian berdua pernah pacaran?"
William dan Jennie menoleh kaget. Menatap orang yang berdiri dari jarak lima meter. Entah sudah berapa lama Reyno mendengar pembicaraan mereka. Yang jelas bahu Jennie serasa ingin merosot dari tempatnya.
Kenapa jadi rumit begini, sih?
Apa yang harus aku jelaskan pada bintang laut bikini bottom itu, coba?
"Kak, jadi kalian berdua pernah pacaran?" Wajah itu terlihat berapi-api. Dua tanganya mengepal penuh emosi.
Please, selamatkan hidupku saja.
Biarkan mereka bertengkar sampai mati. Aku tidak peduli, yang penging aku selamat.
"Iya, kita pernah pacaran. Kita juga belum pernah putus sampai saat ini." William terlihat menjelaskan dengan wajah santai. Hanya Jennie-lah satu-satunya mahluk yang terlihat panik melihat kedua kaka beradik itu. Seluruh tubuhnya bergetar melihat apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Apa akan ada pertengkaran darah di sini?
Lalu aku harus memilih siapa kalau di suruh memilih. Dua-duanya aku mau.
Bodoh. Jangan ikuti kata hati, tolak keduanya.
"Kaka sudah punya banyak wanita cantik di sekeliling kaka. Jennie itu tidak secantik wanita-wanita Kaka. Lepaskan dia untuk Reyno."
Hei ... hei ... Mulutmu itu, ya. Mana ada mempertahan wanita dengan cara begitu. Harusnya kamu bilang kalau aku sangat mencintai Jennie, lepaskan dia untukku.
Apa tidak ada kata mutiara yang lebih jelek lagi untuk dikatakan. Sialan kamu Reyno, memang aku sejelek itu apa.
"Kaka sudah bosan dengan wanita cantik, yang jelek jauh lebih menarik." William melirik Jennie dengan seringai.
Sialan kalian berdua, ya.
Sebenarnya kalian ingin mempertahankanku atau menghinaku?
"Jennie itu istri Reyno, Kami telah sah menikah. Jangan ganggu rumah tangga kami. Apa tidak malu merebut istri adik sendiri?"
Bagus Reyno, kali ini aku mendukung kamu. Jennie terus mengoceh dalam hatinya.
"Kalau gitu barengan saja, kita berbagi istri," balas William nyeleneh.
Eh, apasih yang mereka bicarakan. Sepertinya aku terlalu pede, aku kira aku akan jadi bahan rebutan. Sialan.
"Memangnya bisa, Kak?" Reyno membelakan matanya penasaran."Satu istri dua suami, begitu?"
Yaaaa .....!
Omong kosong gila dari mana itu?
Arghhhh ... aku ingin membunuh mereka berdua.
"Sudahlah, Kaka tidak ingin berdebat dengan kamu, lepaskan saja Jennie untuk Kaka. Toh kamu tidak mencintainya, kan?" William menarik tangan Jennie.
"Enak saja, Jennie itu punya Reyno." Reyno menarik tangan Jennie yang satunya lagi. Gadis itu sudah seperti tambang yang ditarik ulur oleh mereka berdua.
Gila ya kalian, memangnya aku boneka ditarik-tarik begini.
"Stoop!" Jennie teriak. Keduanya segera melepaskan cekalanya pada tangan Jennie. Dengan nafas yang sudah naik turun, Jennie mencoba memecahkan persiteruan konyol mereka berdua.
"Berikan alasan kalian, kenapa mempertahankanku?" Mulai dari Reyno. Jennie menunjuk Reyno.
"Karena Jennie adalah istri Reyno." Telunjuk Jennie beralih menunjuk William."Karena Sweetheart adalah pacarku."
"Hei, dia bukan pacarmu lagi Kaka. Seorang Pria yang berselingkuh, untuk apa di pertahankan." Reyno menarik tangan Jennie. Menyembunyikanya dibelekang tubuh besarnya.
"Kamu juga hanya suami bohongan. Jangan berpura-pura tidak tahu kalau pernikahan kalian hanya bohongan. Mami menikahkan kalian hanya untuk menutupi aib keluarga semata." Kali ini William tidak merebut Jennie dari Reyno. Mungkin lelah berebut wanita seperti anak kecil berebut mainan.
"Terus Kaka mau gimana?"
"Keputusanya ada di tangan Jennie. Jennie-lah yang berhak memutuskan dengan siapa ia akan bersama. Biarlah dia yang memilih diantara kita."
Sudah bodoh apa aku memilih kalian. Yang satu racun tikus dan yang satu sianida. Sama saja mencari mati.
"Tidak ada keputusan kak." Reyno menggenggam tangan Jennie. Merapat kan gadis itu kedalam pelukanya. Seolah sedang menjaga apa yang sudah menjadi miliknya. "Kita sudah menikah. Apapun alasanya, Jennie adalah miliku."
Reyno mendaratkan sebuah serangan dadakan. Kedua bola mata Jennie terbelalak saat benda kenyal mendarat di bibir Jennie secara tiba-tiba. Ini adalah keagresifan Reyno untuk pertama kalinya. Cukup lama Cowok itu melabuhkan hasrat emosinya di bibir Jennie, mencecap dan menyeruakan lidahnya di rongga mulut Jennie. Persis seperti apa yang pernah Jennie lakukan kepadanya.
William langsung berapi-api. Pria itu lebih memilih untuk pergi melihat kenyataan menjengkelkan itu. Lebih baik menyudahi perdebatan menyebalkan ini. Masih ada banyak cara lain untuk merebut Jennie dari sisi adiknya. William yakin, pasti ia bisa merebut kembali apa yang menjadi miliknya dulu.
"Hwaaah." Reyno melepas ciuman itu ketika menyadari Kakanya sudah pergi. Tubuhnya jatuh di atas pasir. Kedua tanganya bergetar hebat. Cowok itu menatap cengo kedua tanganya.
Apa yang dia lakukan. Dia yang menciumku duluan, tapi kelakuanya seperti gadis yang habis di perkosa saja.
Jennie menyerngitkan dahinya kesal."Kenapa kamu," cetusnya.
"Kenapa Jennie bilang. Reyno itu habis cium Jennie." Cowok itu mendongak tidak senang.
"Memangnya kenapa kalau kamu cium aku." Jennie tidak paham. Dia sendiri yang mencium. Tapi seolah Jennie yang disalahkan.
"Reyno jadi agresif begini, itu semua gara-gara Jennie."
Tuhkan, benar. Pasti ujung-ujungnya aku yang selalu di salahkan. Hidupku ini serba salah, ya. Bahkan ketika aku tidak melakukan kesalahan apapun.
Bukan Reyno namanya kalau tidak menyalahkan orang lain. Tidak ada pasalnya Reyno melakukan kesalahan. Itu lah Reyno. Pria itu tidak pernah salah. Jennie sudah paham sekali dengan sifatnya.
"Sekarang Jennie mau tanya, Kenapa Reyno tadi cium Jennie?" Gadis itu memancing. Jujur ia juga sangat penasaran kenapa si bencong itu bisa sampai seagresif begini.
"Mana Reyno tahu, Reyno cuma pengin aja. Tiba-tiba udah begitu sendirinya."
Cih, jawaban tidak berguna macam apa itu. Sama sekali tidak sesuai ekspektasi. Aku pikir kamu menciumku karena sudah jatuh cinta. Argghhh ... Dunia nyata memang tidak pernah sama dengan hayalanku.
Kesal.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
moemoe
😂😂😂
2022-12-08
0
Yuni L Tiana
ak udh baca berkali2 ttep aja ngakak ya allah reyno
2022-11-22
0
Irma Windiarti
ya ampun geli nya aq baca novel ini, tengah malem pulak, wkwkwk
2022-09-26
0