"Dengarkan aku baik-baik, Sweetheart. Ini bukan ancaman. Cepat atau lambat aku akan memberitahu Reyno kalau kamu adalah miliku. Kita belum putus."
Ucapan yang William lontarkan tadi siang masih terus menari-nari di pikiran Jennie. Gadis itu sudah sangat paham dengan jalan pikiran Willam. Cowok itu sangat nekat. Dia bisa membeberkan rahasia Jennie kapanpun dia mau. Apa lagi William memiliki niatan untuk merebut Jennie dari tangan adiknya.
Sekarang mereka sedang menikmati makan malam bertiga. Suasana makan malam sangat hening, hanya ada dentuman sendok dan garpu yang tak sengaja berbenturan. Berbagai makanan enak kesukaan Jennie tersaji di meja makan. Namun Jennie tidak ada selera untuk menyantapnya.
Ah, kenapa jadi ngga enak gini sih, makanannya. Mau nelen aja rasanya susah. Ini semuga gara-gara William, ngapain liatin aku terus, coba. Matanya udah mau copot aja, tuh.
Jennie mengalihkan pandanganya kemanapun, asal tidak melihat ke arah William. Entah Reyno menyadarinya atau tidak, namun tatapan itu seolah menyiratkan,
Aku akan segera membeberkan rahasia ini pada adiku. Kira-kira begitulah sorot mata William berbicara.
Jennie gemetar-gemetar takut saat menyendok makanan ke dalam mulutnya. Satu sendok makanan yang masuk ia telan tanpa mengunyahnya terlebih dahulu. William itu cowok yang wajib untuk di hindari. Lupakan perasaanya pada William. Tidak mungkin ada kata balikan, perbedaan kasta diantara Jennie dan William adalah bukti nyata bahwa mereka tidak berjodoh.
Bukan hanya William, Reyno juga harus dimasukan ke daftar hitam hatinya. Jangan sampai Jennie jatuh cinta terhadap Reyno, cowok itu juga samahalnya dengan William. Tidak dapat digapai oleh rakyat jelata seperti Jennie.
Setelah acara makan malam itu selesai, Jennie langsung masuk ke dalam kamar. Reyno juga ikut membuntuti istrinya masuk ke dalam kamar.
"Jennie." Gadis itu hanya menoleh sambil mengikat rambutnya di depan kaca. "Kamu ngga suka ya, liburan disini."Reyno membanting tubuhnya di sofa, memasang wajah manyun entah kenapa.
"Suka, kok."
"Jangan bohong, deh. Tapi kamu kayak ngga betah gitu. Muka kamu kaya orang tertekan, padahal Reyno ngajakin liburan biar Jennie-nya fresh. Tapi malah kayak gak suka begitu." Melipat kedua tanganya di dada. Melirik Jennie yang masih sibuk mengikat rambutnya dengan mata sebal.
Kalau bukan gara-gara kedatangan Kaka kamu. Aku juga ngga akan tertekan begini.
"Jennie!"
"Ya." gadis itu menoleh lagi.
"Kamu diajak ngomong malah sibuk sendiri. Ngga peka banget, sih. Aku itu lagi perhatian sama kamu. Nyebelin." Reyno melengos kesal.
Ini tidak bisa dibiarkan, Reyno sudah menunjukan gelagat ngambeknya. Kalau didiamkan, bisa-bisa marahnya semakin bertambah parah. Jennie langsung menghampiri suaminya dengan dada lapang selebar lapangan.
"Suamiku, sayang." Cih, telinga Jennie mendadak sakit mendengar ucapanya sendiri. "Aku itu bukanya ngga suka liburan, tapi aku ngga nyaman sama kehadiran Kaka kamu. Apa lagi kalau harus tidur bertiga."
Apa aku jujur saja, yah. Kalau William dan aku dulunya pernah pacaran.
"Terus kamu maunya gimana? Kaka itukan disuruh sama Mami buat jagain kita. " Reyno menyerngitkan dahinya kesal. Jennie itu tidak paham atau bagaimana. Mereka berdua masih delapan belas tahu. Butuh pengawasan orang dewasa seperti Kakanya.
"Sudahlah, jangan dibahas. Ada hal penting lain yang aku mau omongin sama kamu. Ini masalah mantan pacar aku." Jennie meremat kedua tanganya. Mimik wajah itu dibuat seserius mungkin. Debaran jantung yang semakin kencang tak dapat ditahanya. Gadis itu sedikit gugup.
"Mantan?" Reyno terkejut.
"Iya, mantan," angguk Jennie lugu. Gadis itu bahkan tidak dapat melihat gelagak kesal dalam diri suaminya.
"Bisa-bisanya, ya. Kamu mau bahas mantan sama Reyno. Biarpun kita ngga saling cinta, Reyno itu tetap suami kamu." Yah. Marah dia. Jennie lupa kalau Reyno itu sangat sensitif seperti kulit bayi.
Kalau sudah begini. Jennie akan dihujani dengan kata terserah dan peka dari mulut sialan suaminya. Jennie langsung meraih tangan Reyno lalu menggenggamnya. Jangan sampai mendengar kata-kata mutiara menyeramkan itu. Gendang telinga Jennie bisa pecah kalau itu sampai terjadi.
"Maaf. Tapi ini penting. Aku harus ngomong." Jennie menahan Reyno saat ia mencoba melepaskan genggaman tangan Jennie. "Sebenarnya aku sama mantan aku belum putus." Reyno langsung terbelalak mendengarnya.
"Jadi kamu selingkuh?" Reyno langsung beranjak meninggalkan Jennie di sofa sendirian. Pria itu keluar menuju balkon saking kesalnya.
Tuhkan. Belum dijelasin sudah ala-ala duluan. Begini, nih. Efek nikah di usia dini.
"Reyn," Jennie menghampiri Reyno yang tengah berdiri di pagar balkon. Wajah cowok itu terlihat sangat kesal. "Izininin aku jelasin dulu, dong. Kamu ngga bisa langsung marah sebelum dengerin cerita aku."
"Ya sudah, ceritalah," gertak Reyno sewot.
Oke. Jennie lansung mengambil ancang-ancang untuk bercerita. Menarik nafas panjang lalu menghempaskanya perlahan.
"Jadi waktu itu aku pernah mergokin pacar aku jalan sama wanita. Dia sangat cantik dan anggun, menurut aku mereka berdua sangat cocok. Semenjak saat itu, aku menghilang dari kehidupanya. Mantan aku itu cowok playboy, jadi saat aku melihat dia bersama perempuan lain, aku langsung pergi tanpa menyelesaikan masalah kami terlebih dahulu. Aku sudah tahu kalau itu pasti pacar barunya."
"Jadi kamu putus gara-gara pacar kamu selingkuh, dan kalian belum putus sampai saat ini?" Reyno meremat besi pagar balkon dengan kedua tanganya. Cowok itu benci sekali mendengar kata selingkuh.
"Iya, kita belum putus. Tapi aku sudah menganggap hubungan kami selesai. Aku juga ngga pernah ketemu lagi sama dia semenjak putus."
Kami dipertemukan lagi dalam keadaan berbeda, Kini mantanku telah menjadi kakak iparku. Ingin rasanya Jennie mengatakan kalimat itu, namun rasanya masih sangat berat.
"Ya sudah, lah. Reyno ngga jadi marah. Cowok peselingkuh memang sudah sepantasnya untuk ditinggalkan. Reyno kira Jennie masih berhubungan sama dia, makanya Reyno kesal. Anggap saja sudah putus, gampang, kan. Sekarang ngga usah bahas dia lagi, ya. Reyno ngga mau Jennie terlalu larut memikirkan masa lalu."
Bukan begitu maksud aku, Reyno. Aku itu mau jelasin ke kamu siapa mantan aku. Kenapa jadi berbelit seperti ini, sih.
"Kamu ngga mau tahu siapa mantan aku, Reyn?" Jennie memancing sebuah pembicaraan. Karena jika langsung to the point terlalu berat baginya.
"Sttttttr ... jangan bahas dia lagi. Reyno tahu Jennie pasti sedih. Makanya Reyno ngga mau tahu tentang masa lalu Jennie. Reyno ngga mau bikin Jennie tambah sedih gara-gara cerita masa lalu."
Duh, kenapa jadi begini, sih?
Ini tidak sesuai rencana, harusnya Reyno penasaran siapa mantan aku, lalu aku kasih tahu kalau mantanku adalah kakanya. Kenapa bisa menceng dari jalur skenarioku, sih. Au, ah. Pusing.
***
Note dari aku:
Ini bukan cerita tentang benci jadi cinta. Dari awal Reyno dan Jennie tidak pernah saling membenci. Kalau ada berantem itu wajar, karena anak delapan belas tahun masih labil. Namun dari dalam hati mereka tidak saling membenci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Siti Solikah
lanjut thor
2022-03-07
0
Rokiyah Yulianti
Thor nanti kira2 Reyno bakalan berubah ga? penasaran aja aku tau
2021-11-07
0
🌼 Incess Hatari 🌼
we gemes sendiri sama reyno...duhh bapanya tayo
2021-04-24
1