Sore hari Jennie tengah menikmati suasana pantai sendirian. Reyno masih tidur karena kelelahan bedebat dengan Jennie seharian. Menjauh dari cowok itu adalah pilihan yang tepat. Takut-takut ia hilang kendali lalu melanggar kontak fisik yang sudah mereka sepakati bersama.
Hemmm. Andai hidupku bisa berhenti di titik ini saja. Rasanya nyaman sekali. Suasana pantai yang indah. Matahari yang hampir tenggelam. Aku suka semua ini. Lebih suka jika tidak ada beban hidup yang aku tanggung. Itu akan terasa menyenangkan, aku tidak suka menikah. Aku ingin jadi Jennie yang dulu.
Jennie berjalan menyusuri bibir pantai sendirian. mondar-mandir bermain pasir dengan bahagianya. Pulau itu sangat sepi, hanya ada beberapa penjaga yang mengawasi Jennie dari kejauhan.
"Sweetheart!" Suara horor yang lebih seram dari apapun terdengar nyata di telinga Jennie. Gadis itu mengedarkan pandanganya bingung. Mencari-cari sumber suara namun tidak ada orang.
Merinding sekali aku. Mengapa aku mendengar suara si breengsek itu. Hiiiii ...
Jennie segera berlari menjauh. Berpindah dari tempat horor itu ke sisi lainya. Saat langkah kakinya mulai melambat, tiba-tiba ada seseorang yang memeluk tubuhnya kuat sekali.
"Siapa kamu?" Jennie segera berbalik dan mendaratkan bogem mentah di perut laki-laki itu. "Aduh!" dilihatnya William sudah jatuh tersungkur sembari memegangi bagian bawah perutnya.
"William?" Mata Jennie membola sempurna. "Ngapain kamu di sini?"
"Nyusulin kamu lah." William bangun sembari memegangi perutnya. Deru nafas kesakitan terlihar jelas di wajahnya. Jennie benar-benar kuat soal tenaga. Monster Jennie, begitulah ia sering menjulukinya dulu.
"Ngapain nyusulin aku?"
"Mami yang suruh. Dia takut kalian berdua macam-macam." Bohong. Seringai itu menjelaskan bahwa yang William katakan tidaklah benar.
"Medusa itu benar-benar ya, siapa juga yang mau memperkosa buah hatinya itu. Ikkh." Jennie mencebik. Menendang-nendang pasir ke udara saking emosinya.
"Hahahaha ... berani sekali kamu menjulukinya Medusa. Kalau Mami medusa, suami kamu anak medusa, dong." William tertawa lepas. Cowok itu sama sekali tidak marah ketika melihat Jennie menjelekan orang tuanya. Maafkan aku Mih, ku pinjam namamu demi mengejar cintaku.
"Iya! kalian berdua anak medusa. Dua laki-laki ular. Yang satu ular kobra mematikan, dan yang satunya lagi ular jadi-jadian," gerundel Jennie dengan napas naik turun karena emosi. Berada di dekat William tidak pernah tidak emosi. Lelaki itu sangatlah menyebalkan.
"Hahaha ... kamu selalu imut begini, sih." William mencubit kedua pipi Jennie gemas. menggoyang-goyangkanya kekanana dan kekiri."Jadi makin cinta deh, sama kamu, Sweetheart."
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi. Aku jijik mendengarnya." Jennie mengepalkan kedua tanganya. Bersiap untuk memukul William untuk kedua kalinya.
"Ah, santai ... santi. Aku hanya tidak bisa merubah itu. Apa benar, tidak ada rasa sedikitpun kepadaku, Sweetheart. Kita itu masih sah berpacaran. Belum ada kata putus. Aku tahu kalau kamu masih mencintaiku."
Jennie termenung saat mendengar kalimat itu. Benar memang benar yang dikatakan si breengsek William. Mereka berdua belum putus. Jennie menghilang saat mengetahui kekasihnya selingkuh. Karena kecewa, gadis itu tidak sempat memutuskan hubungan mereka. Salahnya disitu.
"Kamu tidak tahu diri sekali William. Kamu pikir aku masih mencintaimu, setelah semua yang kamu lakukan kepadaku. Cih, pede sekali kamu."Jennie sewot. Membuat William semakin yakin bahwa gadis itu masih memendam rasa kepadanya.
"Tapi dulu kamu pernah bilang bahwa kamu sangat mencintaiku, bahkan bercita-cita ingin menikah denganku." William terus mengikuti Jennie berjalan menyusuri bibir pantai. Ada tarikan napas emosi disetiap langkah gadis itu.
"Cih, saat itu lidahku sedang terpeleset. Makanya bisa berkata seperti itu." Emosi di dalam jiwa Jennie semakin menggebu-gebu. Jantungnya bisa meledak kalau terus berdekatan dengan lelaki itu. Mulutnya selalu lihai dalam bercakap. Sangat cocok kalau di juluki Dewa Cinta.
William memeluk Jennie secara tiba-tiba. Sontak gadis itu berjengit kaget. Tindakan Willam terlalu berani menurutnya. "Lepas ..." Jennie memberontak, namun tenaga cowok itu terlalu kuat. Bahkan pelukan itu semakin terasa erat. "Tidak tahu malu, aku ini sudah memiliki suami, bodoh."
Apa-apan, sih cowok ini. Sudah gila, ya. Apa dia tidak takut dilihat orang lain.
"Biarkan aku memelukmu sebentar Sweetheart. Aku sangat mencintaimu, sangat ... sangat ... sangat mencintaimu." Kalimat itu terdengar sangat tulus. Bahkan Jennie gemetar saat mendengarnya.
"Kalau kamu benar-benar cinta, mengapa kamu selingkuh? mulut kamu berkata begitu, tapi tindakan kamu sama sekali tidak mencer——" William memotong pembicaraan Jennie secepat kilat. "Karena kita tidak mungkin bersama."
Jennie mendorong tubuh William yang mulai melemas. Lalu mundur satu langkah menjauhi William. "Memang kita tidak bisa bersama, aku sudah menikah dengan adikmu. Itu fakta yang harus kamu terima."
Jennie berlari sekuat tenaganya meninggalkan William. Derai air mata terus bercucuran membasahi pipinya. Kalimat William yang tidak dapat dimengerti terus menari-nari di pikiranya. Jennie tahu mereka berbeda kasta, pasti itu yang membuat ia tidak dapat bersama dengan William. Ia mencintai orang yang salah. Itulah kenyataan yang tidak dapat diganggu gugat lagi.
"Sweetheart." William memeluk Jennie dari belakang. Tubuh mereka sangat dekat. Namun rasanya sangat jauh seperti ada benua yang memisahkan hati mereka berdua.
"Namanya Tere." Jennie masih diam dalam dekapan William. "Gadis itu dua tahun lebih tua dari kamu." William menyelipkan anak rambut Jennie dibalik telinganya. "Dia adalah calon tunangan yang sudah di tentukan oleh Mami dan Papi. Sebagai calon pewaris keluarga Haris, aku sama sekali tidak dapat menolak perjodohan bisnis itu. Kami anak mereka, tidak mempunyai hak atas cinta kami sendiri."
Bahu Jennie merosot saat mendengar kalimat itu. Ternyata gadis yang ia lihat kala itu bukanlah selingkuhan William. Melainkan calon tunangan dari kekasihnya.Jennie terduduk lemas diatas pasir. Jeritan ombak di sore hari seakan menggambarkan isi hatinya saat ini. Burung-burung walet menciat seakan sedang tertawa melihat kesedihanya. Miris. Inikah yang dinamakan cinta beda kasta.
"Maafkan aku karena baru sempat memberi tahu hal ini. Memang seperti yang kamu kenal, aku adalah seorang playboy dulunya. Tapi semenjak kehadiranmu, aku benar-benar berubah. Sweetheart, apa tidak ada lagi tempat di hatimu untukku?"
Jennie hanya terdiam kaku tanpa dapat menjawab. Gadis itu mencoba untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi. Mengapa ia harus mengetahui fakta ini saat sudah menikah. Andai waktu dapat diputar ulang, mungkin Jennie akan mengajak William kabur dari rumahnya. Lelaki bodoh itu pasti mau. Mengingat ia adalah Si Bodoh. Si Bodoh yang Jennie sangat cintai dulunya.
"Sweetheart, tolong berikan aku kesempatan sekali lagi. Kita masih memiliki kesempatan untuk bersama. Aku akan mengajakmu pergi jauh begitu kalian berdua bercerai, persetan dengan Tere, aku tidak mencintainya sama sekali." Benar yang ada di pikiran Jennie, cowok itu memang bodoh. Sama bodohnya dengan Jennie yang sempat memikirkan acara kabur itu.
***
Like nya, dong. Kalo perlu balik ke episode awal, buat yang belum nge like. Biar aku seneng. Dan up banyak-banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
moemoe
Nafsu kuu,,, bukn cintaku
2022-12-08
0
Cassie
Keren ceritanya thor...
SEMANGAT thor..
2022-03-13
1
Siti Solikah
duh bikin seneng deh hati membaca kisah ini
2022-03-07
0