Ciuman yang Jennie berikan sukses membuat Reyno menjaga jarak darinya. Bahkan Reyno menyikat giginya berkali-kali dalam sehari itu. Malamnya juga ia tidak mau tidur di kasur yang sama dengan Jennie. Sementara Jennie yang merasa bersalah, nurut saja saat Reyno menyuruhnya tidur di sofa. Ke-traumaan Reyno belum cukup sampai disitu, ia juga terus menggunakan masker jika berdekatan dengan Jennie.
Setelah menempuh perjalanan Jakarta-Maldives selama enam jam lebih, akhirnya pesawat jet pribadi yang membawa mereka sampai di Maldives pukul tujuh pagi, selisih dua jam lebih lambat dari Indonesia. Kemudian mereka melanjututkan perjalanan ke pulau pribadi keluarga Reyno menggunakan helikopter selama tiga puluh menit.
"Huekkk ... huek ... hueekkk ...." Jennie langsung muntah-muntah sesaat ia baru turun dari helikopter. Ini pertama kalinya Jennie menaiki tunggangan seperti itu. Rasanya sangat tidak nyaman, membuat kepala Jennie seperti di putar-putar tidak jelas.
"Nona tidak papa," tanya pelayan sambil memijat batang leher Jennie. Sementara Reyno hanya memperhatikan istrinya dari kejauhan. Cowok itu masih sebal gara-gara kejadian kemarin.
Mereka kemudian langsung masuk ke dalam villa. Jennie benar-benar pusing. Gadis itu sama sekali tidak mau melihat keindahan alam di sekelilingnya. Ia langsung membanting tubuhnya dengan kasar di atas ranjang.
"Pusing banget, yah?" Reyno menghamipiri. Biarpun masih takut berdekatan dengan Jennie, namun ia tidak tega melihat keadaan gadis itu seperti orang yang sedang sekarat.
"Iya nih, efek hamil anak kamu." kelakarnya nyeleneh. Jennie mencoba memejamkan matanya perlahan untuk menghilangkan rasa mual dan pusingnya.
"Sembarangan kamu. Kita ngga ngapa-ngain. Anak dari mana?" Reyno mendengus kesal.
"Kemarin kita abis ciuman," balas Jennie dalam mata terpejam.
"Ciuman ngga akan hamil." Reyno semakin kesal. "Lagian Jenniekan mandul."
"Kamu impoten!"
"Mandul."
"Impoten."
"Mandul."
"Impoten."
"Mandul." Bercanda dengan pria setengah jadi memang tidak akan menang. Selalu tidak mau mengalah. Nyebelin. Jennie
"Sudah, akh. Ambilin aku teh hangat," bentak Jennie marah. Meladeni Reyno tidak akan ada habisnya. Ia sedang tidak bertenaga untuk meladeni Reyno saat ini.
"Ikh. Nyusahin banget, sih. Kalau gitu Reyno ngga usah ajak Jennie liburan. Jennie norak," gerutunya kesal. Namun ia langsung berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan teh hangat pesanan Jennie. Sementara Jennie mencoba tidur untuk menghilangkan efek jetlagnya.
***
"Mbak, tolong buatkan teh hangat satu, ya. Aku tunggu. Cepetan. Ngga pake lama," ucap Reyno jutek. Pelayan itu tersenyum, dan segera membuatkan teh hangat pesanan Tuan Mudanya.
Mbak Mira namanya, pelayan yang Reyno bawa langsung dari Jakarta, dia adalah pengasuh Reyno sejak kecil. Pelayan yang paling dekat dengan Reyno di rumahnya. Kemanapun Reyno pergi, Mbak Mira selalu diikut sertakan.
"Ini Tuan," Pelayan itu memberikan satu cangkir teh untuk Reyno."Terima kasih," jawab Reyno datar. Efek masih kesal dengan Jennie. Saat sudah berbalik menuju kamar, Reyno menghentikan langkahnya.
"Eh, ya Mbak. Mbak udah menikah belum?" Pertanyaan Reyno sukses membuat pelayan itu mundur satu langkah. Lebih tepatnya kaget.
"Saya sudah punya anak, Tuan."
"Oh, gitu ... gitu. Reyno mau tanya, nih. Memang benar kalau ciuman bisa hamil?" tanya Reyno polos. Sebenarnya ia juga tahu edukasi **** di pelajaran biologi. Namun penasaran saja ingin bertanya.
"Bisa, Tuan."
"Hah, seriusan?" Reyno terperanjat. "Bukanya ngga bisa ya?"
"Kalau ciumannya sama istri sendiri pasti bisa hamil. Saya juga awalnya hanya ciuman sama suami. Tapi lama-kelamaan nambah kemana-mana. Dari ciuman mulai pegang. Abis pegang minta yang lain. Jadilah anak pertama kami," terang pelayan ber-umur empat puluh tahunan itu sambil tergelak.
"Ikh, mbak. Yang Reyno tanya hanya ciuman. Bukan kelanjutan dari ciuman." Reyno mencebik kesal. Untung teh di tanganya tidak ia siramkan ke wajah Mbak Mira.
"Kalau ciuman saja, tentu ngga akan hamil. Tapi kalau suami istri ngga mungkin hanya ciuman saja. Pasti nantinya lebih dari sekedar itu." Reyno langsung merinding mendengar kalimat mbak Mira.
Jennie itu cewek bar-bar. Reyno harus lebih hati-hati. Bahaya kalau nanti di apa-apain sama dia. Belum apa-apa aja sudah berani cium.
"Hemm ... gitu, ya."
"Tuan Muda kesini bukanya mau bulan madu? hehehe," goda Mbak Mira.
"Apaan,sih. " Wajah Reyno langsung merona malu. "Kita itu masih jauh menuju kesana. Reyno mau fokus belajar dulu. Mungkin tahun depan Reyno nerusin sekolah lagi, sekarang mau istirahat dulu sambil nunggu gosip reda. Ya sudah, Reyno mau kasih tehnya ke Jennie." Reyno segera pergi sebelum pembicaraan Mbak Mira menjalar kemana-mana. Pelayan itu memang yang paling berani diantara lainya. Mungkin karena ia sudah menganggap Reyno seperti anak kandungnya sendiri.
Reyno masuk ke dalam kamar dengan wajah masam. Dilihatnya Jennie sudah terlelap. Menyebalkan sekali. Pikirnya.
"Jennie!" Gadis itu langsung terbelalak saat mendengar suara Reyno menggema di dalam kamar. Ia mendudukan tubuhnya lemas di pinggiran ranjang. "Kamu itu gimana, sih. Katanya minta teh, malah tidur." kesalnya.
"Abis kamu lama, sih." Jennie bangun untuk menerima secangkir teh yang Reyno ulurkan kepadanya. Meminumnya setengah lalu menaruhnya diatas nakas. "Kamu bikin tehnya di mana, sih? lama banget, tau."
"Tadi aku ngobrol sama Mbak Mira. Katanya kalau hanya ciuman ngga akan hamil." Kalimat itu terlontar polos bersamaan dengan wajah yang sama polosnya saat menatap Jennie.
"Hahaha ...." Jennie langsung tergelak mendengarnya. "Jadi kamu tanyain ke Mbak Mira segala?"
"Iya, lah."
"Dasar bodoh. Malu-maluin banget, kamu." Jennie masih setia tertawa meledek suaminya.
"Habis Jennie ngomongnya meyakinkan banget, mana tahu kalau Jennie sudah ngapa-ngapain Reyno saat Reyno tidur." Jennie langsung terdiam. Ia teringat moment saat dirinya mencium bibir Reyno pada malam itu. Memang hanya sebuah kecupan singkat. Tapi rasanya beda dengan ciuman yang Jennie lakukan waktu siang saaat Reyno sadar. Ciuman pada malam itu begitu tulus dan nyata, sementara ciuman di siang hari hanya sebuah kekesalan yang Jennie sedang rasakan. Siang itu Jennie sengaja mencium Reyno karena gemas.
"Ngapa-ngapain juga gak masalah. Kamu kan suami aku. Artinya kamu milik aku."
"Jadi beneran kamu udah ngapa-ngapain Reyno saat tidur?" Matanya melotot tajam. Tapi Jennie tidak takut sama sekali.
"Cuma cium dikit, kok. Iseng." Duh, jujurnya aku. Biarlah, dari pada aku ngerasa bersalah kayak gini.
"Beraninya kamu, ya. Reyno mencubit kedua pipi Jennie agak keras. "Kita udah janji buat ngga melakukan kontak fisik, kamu paham itukan."
"Sakit, ahk!" Jennie menepis tangan Reyno. "Pelit banget, sih! lagian aku cuma iseng aja. Ternyata bibir kamu rasanya ngga enak. Hambar." Padahal waktu itu Jennie bilang manis.
"Berarti ini udaah dua kali, ya. Kamu melakuan pelecehan seksual sama aku. Iiiikh, mulai sekarang kita harus jaga jarak. Reyno ngga mau ternodai sebelum waktunya."
"Iya ... iya, bawel. Lagian kita berdua sama-sama ngga tahu caranya begituan. Ngga usah takut. Aku cium kamu juga karena penasaran aja. Ngga pernah mikir ke arah yang lebih dari itu."
"Bukanya kamu udah pernah ngerasain sama mantan kamu, itu." Entah mengapa Reyno sangat kesal saat menyebut kata mantan. Tapi ia ingin tahu lebih tentang Jennie.
"Waktu itu dia yang maksa, kita ngga bener ciuman. Baru nempel langsung aku tepis."
"Beneran?"
"Iya suamiku, Reyno." Cih. Geli sekali rasanya setiap mengucapkan kalimat itu. Pikir Jennie.
"Tapi tetep aja, Reyno bukan yang pertama. Ikh, males deh sama cewek bekas." Reyno marah lagi.
"Sialan sekali mulut kamu!" Jennie ikut marah.
"Cewek bekas." cibir Reyno sekali lagi.
"Reyno ...!"
"Bekas ... bekas ..."
"Berani kamu nantang aku?"
"Cewek bekas bwekkkk."😋
Dan akhirnya mereka melanjutkan pertengkaranya lagi sepuas-puasnya. Pertarungan diatas ranjang versi abege delapan belas tahun.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
moemoe
😅😅😅🤭🤭🤭 pelecehan seksual kata dia
2022-12-08
0
moemoe
😂😂😂😂 memang gk da yg waras d rumh tu
2022-12-08
0
moemoe
Astagaaah bukanny keenakan ya? Beneran normal gak ya ni lakik?🤭😅
2022-12-08
0