Lagi-lagi Jennie di buat menelan saliva saat melihat Reyno keluar dari kamar mandi. Rambut Reyno yang basah, beserta dada bidang putih menggiurkan terpampang bebas di hadapanya kini. Sungguh itu sangat menusuk mata seorang Jennie. Tubuh Reyno nyaris sempurna, tidak ada cacat atau goresan kecil di setiap inci kulitnya.
Glek, Jennie menelen air liur yang hampir menetes. Gadis itu memalingkan pandanganya kemanapun, asal jangan melihat ke arah Reyno.
Tidak bisa begini. Siapa saja selamatkan aku.
Reyno mengambil kaos bergambar mickey mouse dari dalam lemarinya. Entah mengapa, yang awalnya Jennie merasa risih dengan gaya Reyno, kini ia mulai tertarik tak biasa. Reyno semakin terlihat lucu dengan kaos unyu yang ia kenakan. Setelah selesai memakai bajunya, Reyno langsung berjalan menghampiri Jennie yang sedang duduk di atas ranjang.
Apa sih mataku ini. Kenapa Reyno kelihatan ganteng banget pakai baju seperti itu.
"Oh,ya Je. Besok kita akan bulan madu ke Maldives." Kalimat itu sukses membuat Jennire tersadar dari lamunanya. Lalu fokus menatap Reyno serius.
Apa tadi kamu bilang, bulan madu. Sudah gila apa dia. Bulan madu sama halnya dengan melakukan itukan?
"Emmm ... bukanya kita sudah sepakat untuk tidak melakukan hal itu? kenapa harus ada bulan madu," tanya Jennie polos. Reyno tergelak mendengarnya.
"Hahaha. Jennie itu lucu, deh. Kita hanya berlibur di sana. Bukan bulan madu yang seperti orang dewasa sering lakukan." Reyno tersenyum manis saat menjelaskan. Si tomboy itu ada sisi imutnya juga.
"Oh ... gi-gitu." Jennie tersenyum kikuk.
Sialan. Sekarang aku benar-benar menjadi cewek mesum. Mana mungkin cowok polos itu memikirkan hal aneh begini. Memang otaku saja yang sudah konslet. Jennie sadarlah.
"Jennie maukan, liburan ke Maldives. Kebetulan keluarga kita punya pulau pribadi di sana. Jadi ngga bakalan ada orang lain selain kita."
Apa! ngga ada orang. Kenapa aku mendadak senang mendengarnya?
"Aku mau kok, Reyn. Aku juga belum pernah kesana." Jennie menjauhkan duduknya dari Reyno. Bisa gawat kalau ia sampai menerkam Reyno secara dadakan. Gadis itu melamun kembali.
Kenapa aku mulai tertarik padanya, sih. Apa jangan-jangan aku terkena karma karena sering mengatainya pria setengah Jadi. Dalam diam Jennie melamun. Memikirkan perubahan dirinya yang tidak biasa.
"Tayo mana?" Pertanyaan Reyno masih belum di dengar oleh gadis itu. "Jennie!"
"I ... i ... iya." Jennie mengerjap kaget. "Tadi kamu ngomong apa Reyn?"
"Hmmm ... Tayo mana?"
"Siapa tayo?" Apa ada orang lain lagi dirumah ini. Papi Reyno namanya Pak Haris, kan. Lantas siapa itu Tayo. Yang aku tahu Tayo ya bis kecil ramah.
"Tayo loh. Boneka yang semalam Reyno peluk itu. Terakhir dia ada di atas kasur. Reyno bangun tadi ngga ada. Jennie lihat Tayo tidak?"
"Ah, boneka. Emm ..." Duh, masih aku taruh di kolong pula. Gimana ngambilnya, nih. Jennie bergumam dalam hatinya.
"Jennie tahu, ngga? kenapa diam begitu." Reyno mengerucutkan bibirnya kesal. "Itu boneka kesayangan Reyno, terakhir yang masuk ke kamar kan Jennie. Masa ngga tahu, sih?"
"Hemm ... coba kita cari-cari dulu, mungkin jatuh ke kolong." Jennie langsung berjongkok, pura-pura mencari boneka yang tayo kesayangan suaminya. "Ah, ini dia. Tertanya si Tayo jatuh ke kolong, Reyn." Jennie tersenyum kikuk.
"Kok bisa jatuhnya di kolong bawah tempat tidur Jennie. Aneh banget. Memangnya Tayo bisa lompat." Reyno mengambil bonekanya dari tangan Jennie. Membersihkan bonekanya dari debu-debu.
"Tayo itu sudah kamu anggap seperti anak sendiri yah? spesial banget kayaknya." Bicaranya memang hanya iseng untu mengalihkan pembicaraan. Namun kata itu bagaikan karet yang langsung mengikat bibir Reyno. Cowok itu seketika manyun .
"Mulut Jennie selalu sembarangan banget kalau ngomong. Boneka ya, boneka. Anak ya anak. Memangnya Jennie mau kalau anak kita di samain sama boneka?" Reyno menghardik kesal. Cowok itu berjalan menaruh bonekanya di rak besar yang tak jauh dari posisi berdirinya.
"Kita ngga punya anak," balas Jennie tidak terima.
"Nanti bikinlah, kalau sudah dewasa."
"Cih! kamu aja ngga bisa caranya." Jennie mencibir. Pokonya gadis itu tidak mau kalah kali ini. Capek juga kalau harus mengalah pada suami sendiri.
"Reyno ngga bisa karena belum belajar. Kalau Reyno sudah mempelajarinya, pasti bisa," sanggahnya tidak terima.
"Reynonya impoten," cibir Jennie sekali lagi.
"Jennie tuh yang mandul." Reyno tidak mau terkalahkan.
"Sembarangan banget kamu ngatain istri sendiri mandul. Aku bisa melahirkan 10 anak kalau sudah dewasa nanti." Menggelikan. Untung tidak ada yang mendengar pertengkaran dua bocah itu.
"Jennie duluan yang ngatain Reyno impoten. Reyno itu sehat. Seminggu sekali mimpi basah." Hahaha, dasar tidak tahu malu. Jujur sekali mengatakan hal seperti itu. Jennie tersenyum geli.
"Coba buka dong, buktiin kalau Reyno ngga impoten." Kali ini Jennie sangat berani mengatakanya. Apa Reyno masih mau buka juga, kalau sudah ditantang seperti itu.
"Ihkkk, Jennie mesum. Mana bisa buktiin kayak gitu. " Demi apapun, Jennie tergelak melihat pipi Reyno yang merona malu. Menjaili anak itu sangat menyenangkan. Rasanya bagaikan mendapat energi baru di pagi hari.
"Ngga mau kasih bukti?" Jennie mendekati Reyno yang sedang berdiri menyandar di lemari boneka. "Fiks, Reyno impoten."
"Mammm-" Jennie langsung membekap mulut Reyno dengan kedua tanganya. "Jangan coba teriak. atau aku akan benar-benar menelanjangimu." Kalimat itu terdengar sangat santai. Namun mematikan jiwa Reyno seketika. Setelah melihat Reyno mulai tenang kembali, Jennie melepas bekapan pada mulut Reyno.
"Mammmmmi ........" Sialan. Berani sekali dia berteriak lagi.
Jennie langsung mendaratkan sebuah ciuman di bibir Reyno. Kali ini ia sudah tidak dapat menahan diri lagi. Dengan gerakan yang sedikit amatiran, Jennie melu mat bibir itu selembut mungkin. Rasanya manis. Bibir suami sendiri memang beda. Ada sekitar dua menit bibir mereka saling menempel. walau Reyno tidak membalas ciuman itu, namun ia tetap membiarkan lidah Jennie menjelajahi rongga mulutnya. Sampai akhirnya Reyno merasa pasokan udara ditubuh menipis, akhirnya ia mendorong tubuh Jennie sedikit kasar.
"Aku mau mandi dulu." Jennie membalikan badanya santai.
"Jennie, ya. Berani sekali kamu! " Wajah Reyno sudah merah padam. Bukan karena malu ataupun senang. Melainkan merah karena marah. "Jennie!" Reyno berteriak, namun Jennie tetap berjalan menuju kamar mandi dengan santainya. Kemudian menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Gila ... gila ... berani sekali aku menciumnya. Ya Tuhan. Aku benar-benar cewek mesum sekarang. Entah mengapa tingkah laku Reyno semakin membuatnya tertantang. Untung yang aku tahu hanya sebatas ciuman. Bisa gawat kalau aku tahu lebih dari itu.
Jennie menyalakan keran sower. Mendinginkan otak yang sedari tadi tidak mau diajak nalar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Aishyandra Junia
wkwkwk kebalik
2024-06-26
0
moemoe
Seminggu sx??? Itu sehat bgt yah?
2022-12-08
0
moemoe
Dia kata kueee 🤦🏼♀️😂😂😂
2022-12-08
0