Episode 4

Saat Luna sedang melihat keluar jendela mobil, suara ponselnya berdering.

"Hallo Bryan?" Sapa Luna pada panggilan telfonnya.

"Kamu lagi dimana?" Tanya Bryan.

Luna melirik Ken yang menatap lurus kedepan.

"Aku lagi dijalan pulang, jangan menungguku karena ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan."

"Baiklah, maaf untuk hari ini. Aku tidak bisa memberikan uang sebanyak itu padamu."

"Aku akan tutup telfonnya Bryan, tidak perlu kamu pikirkan masalah itu, aku sudah menemukan solusinya." Luna langsung menutup telfonnya.

"Apa dia sering mengunjungimu dirumahmu?" Ken bersuara.

"Apa kalian benar-benar pernah berteman dekat? Kalian tidak pernah terlihat akur selama ini. Aku juga hanya mendengarnya dari orang-orang sih." Bukannya menjawab Luna malah bertanya balik kepada Ken.

"Apa kau mau mati?" Teriak ken. Sopir taksi sesekali melirik dari kaca spion.

Luna hanya tersenyum lalu menyadarkan kepalanya dibahu Ken. Ken tersentak dengan tingkah Luna.

"Aku hanya meminjamnya untuk sesaat. Aku sangat lelah hari ini. Jangan melaporkan ini kepada kekasihmu karena aku bosan mendengar dia meneriakiku sama seperti kamu meneriaki aku." Ucap Luna sambil menutup matanya.

"Intan bukan kekasihku. Dia sama seperti gadis-gadis lain yang menginginkanku." Jawab Ken.

"Aku tahu kamu tidak perlu menjelaskan itu secara detail. Kalian terlihat cocok jika dilihat dari sifat, kalian sama-sama tidak punya sopan santun dan suka berbuat sesuka hati."

Brukkk.. Ken menolak kepala Luna dari bahunya hingga terbentur dikaca mobil.

"Sial harusnya aku tidak bersandar dibahunya tadi." Batin Luna.

"Stop pak!" Luna berteriak memberitahu kepada sopir taksi. Luna keluar dari mobil tanpa berpamitan kepada Ken.

Ken tidak berpaling saat melihat Luna keluar dari mobil. Dia tetap berada diposisi duduknya seraya menatap kedepan.

"Jalan pak. Aku akan membayarnya jika sampai dirumahku." Kata Ken menyandarkan kepalanya kursi mobil.

***

Keesokan harinya Luna berjalan masuk kedalam gerbang sekolah lagi-lagi seseorang mendorong tubuhnya dari belakang hingga dia terjatuh.

"Kau menghalangi jalanku!" Ken dengan santainya berjalan melewati Luna yang sedang terjatuh ditanah.

"Dia! Aku pikir dia akan baik kepadaku setelah malam itu. Apa mungkin yang semalam itu bukan Ken?" Kata Luna berdiri sambil menghilangkan kotoran dari tangannya.

"Ken? Ken? Tunggu!" Suara teriakan Intan dari belakang begitu nyaring terdengar. Ken tidak menghiraukannya dan hanya berjalan lurus kedepan.

"Cih.. aku heran mengapa semua gadis menyukai Ken." Gerutu Luna lalu berjalan.

Dilain tempat Bastian begitu gembira melihat kedatangan Ken.

"Ken, aku pikir kamu tidak masuk sekolah hari ini! Mukamu juga tidak lebam apa rencanamu berjalan mulus?" Seperti biasanya Bastian selalu mengoceh setiap pagi.

"Belajarlah yang baik agar kamu menjadi sukses dan bahagiakan orang tuamu!" Jawab Ken.

"Hahaha apa? Coba ulangi? Hahaha kamu sakit Ken?" Sambung Bastian dengan tawanya.

Ken mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tasnya. Tak lama berselang seorang guru masuk kedalam kelas dan memulai pelajaran.

"Apa Ken sedang dirasuki Luna? Ah gila.. baru sekali mereka bicara secara formal tetapi Ken langsung berubah secara drastis? Hahaha pasti aku sedang bermimpi? Awww." Bastian berteriak mencubit pipinya.

"Apa yang kau lakukan Bastian?" Tanya guru dan semua murid melihat ke arahnya.

"Hehehe anu bu, ada semut menggigitku." Jawab Bastian dengan polosnya sedangkan teman-temannya tertawa.

Didalam kelas Bryan sesekali menatap Luna yang duduk disampingnya.

"Dia sangat cantik." Ucapnya dalam hati.

Bryan Pratama juga memiliki wajah yang tampan, bukan hanya tampan tapi dia juga pintar. Dia dan Luna selalu bersaing untuk mendapatkan juara. Bryan dan Luna sebenarnya saling menyukai secara diam-diam tetapi mereka masih terlihat malu-malu untuk mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***