Es Krim

Hito baru saja menyelesaikan jam pertama nya, ia tengah berada di kantin untuk makan siang, akan tetapi ada sesuatu yang mengganggunya.

"Cih, kenapa di kantin ini hanya ada perempuan?" Dengus Hito dalam hati.

Hito merasa risih karena di sekeliling nya dipenuhi dengan wanita-wanita yang tak henti memandangi nya. Memang tak butuh waktu lama untuk tersebar rumor, bahwa Hito adalah cucu tunggal pemilik Universitas, oleh karena itu banyak mahasiswi yang mengagumi Hito.

Selang beberapa saat, Feli dan Sofi tiba di kantin dan segera izin bergabung dengan Hito, "Bolehkah aku duduk disini? aku ingin menelpon Ayah ku, tapi ponselku tertinggal di rumah, boleh aku meminjam ponsel mu sebentar saja?" Pinta Feli yang dijawab anggukkan oleh Hito.

Sofi yang merasa ikut beruntung bisa duduk satu meja dengan Hito mendahului Feli untuk duduk tepat di sebelah laki-laki itu. Akan tetapi Feli langsung menghentikan nya , "Sofi, terimakasih sudah mengantarku. Bukankah kau sedang ada urusan?". Sofi yang merasa kalimat Feli penuh dengan intonasi ancaman, mengurungkan niatnya untuk duduk, "Ah, kau benar, aku sampai lupa kalau aku ada urusan. Sampai jumpa !" Sofi melambaikan tangan dan di balas senyum kemenangan oleh sahabat nya itu.

.

.

.

Hito meraih ponsel di saku celananya, kemudian menekan nomor Paman Leo, setelah terdengar sahutan dari Leo, Hito memberikan ponselnya kepada Feli.

"Ayah, aku lupa membawa ponsel, bisakah hari ini Ayah menjemput ku?" Feli berbicara dengan Leo di sebrang telpon. Belum sempat Leo menjawab permintaan nya, Feli sudah menyimpulkan sendiri ," Ah, pasti Ayah sibuk? baiklah. Apa Ayah?, diantar Tuan Muda Hito? yang benar saja? mana mungkin Tuan Muda Hito mau mengantar gadis biasa seperti aku?, hemmmm...meskipun Ayah sudah di anggap seperti Paman nya sendiri, tetap saja itu tidak mungkin. Sudahlah Ayah, tidak apa-apa di hari pertama kuliah ku, aku akan pulang naik taxi. Meskipun sebenarnya aku takut. Sampai jumpa Ayah !". Feli terus saja berbicara sendiri dan tak membiarkan Ayah nya menjawab. Leo yang baru saja menjauhkan ponsel dari telinga nya, mengerutkan dahi nya, tak mengerti apa yang salah dengan putri nya.

"Ini ponsel mu, Terimakasih!" Feli mengembalikan ponsel milik Hito, dan beranjak dari duduk nya. Ketika baru saja Feli membalikan badan nya, perkataan Hito segera menghentikan langkah nya, "Tunggu aku di parkiran jam 3 sore, aku akan mengantar mu pulang menggantikan paman Leo." Feli tersenyum senang, dan menganggukan kepalanya tanpa menoleh lagi ke arah Hito.

Hito merasa yang dikatakan Feli ada benarnya, ia memang sudah menganggap Leo sebagai Paman nya sendiri, karena dari kecil selain Kakek Mahendra dan Bi Irah, Leo juga ikut menjaganya dengan baik. Jadi, ia fikir tak ada salahnya kali ini membantu Leo untuk mengantar pulang putri nya.

.

.

.

.

.

Jam 3 sore mereka bertemu di tempat parkir, Feli menunggu Hito membukakan pintu mobil untuk nya, tetapi Hito sudah terlebih dahulu duduk di kursi belakang kemudi.

"Naiklah !" Seru Hito.

Feli yang dapat memahami posisi nya segera memasuki mobil dan duduk di kursi depan lain nya.

Feli merasa suasana di dalam mobil sangat canggung, karena Hito terlihat sangat fokus mengemudi. Feli ingin mengatakan semua hal, akan tetapi ia harus tetap menjaga sikap nya agar Hito tidak merasa risih dengan keberadaan nya. Akan tetapi semakin lama ia terdiam, Feli menjadi tidak tahan. Ia berfikir keras agar waktu yang ia habiskan berdua dengan Hito, tidak terbuang sia-sia.

Feli memutar otak nya, mencari cara agar bisa menarik simpati Hito, "Hiks...hiks.." Feli tiba-tiba menangis.

Hito yang melihat tiba-tiba wanita di sebelahnya menangis, segera memarkirkan mobil nya di tepi jalan.

"Kenapa kau menangis?, apa kau sakit?. Aku akan menelpon Ayah mu dan mengantar mu ke Rumah Sakit" Hito mencoba menebak apa yang membuat Feli menangis, dan berniat menelpon Leo.

"Ti-tidak usah, jangan telpon Ayah ku!, Ayah ku sangat sibuk dan hampir tidak punya waktu untuk merawat ku". Feli tidak punya cara lain, selain menggunakan nama Ayah nya sebagai alasan.

"Kasian sekali dia, karena Paman Leo terlalu banyak menghabiskan waktu untuk melayani ku dan Kekek, Paman sampai melupakan putri nya sendiri." Gumam Hito yang merasa iba kepada Feli.

"Kau tidak bisa pulang dalam keadaan begini, aku akan mengajak mu makan es krim. Kau mau?" Hito memakai cara menenangkan gadis disebelah nya seperti yang biasa ia lakukan kepada Melodi ketika sedang sedih atau marah.

Feli merasa bahagia dalam hatinya, sampai tak bisa menahan senyum yang spontan tersungging di bibirnya, meskipun air mata nampak di kedua kelopak matanya.

Hito kembali melajukan mobil, menuju taman yang biasa ia kunjungi bersama Melodi.

.

.

.

.

.

Di rumah kediaman Tuan Besar Mahendra, tampak Melodi sedang mondar mandir di depan pintu, ia terlihat gelisah menunggu Hito yang sudah sore tetapi belum juga pulang.

"Kakek, kenapa Kakak belum pulang?, aku takut terjadi sesuatu dengan Kakak, Kek." Melodi menghampiri Mahendra yang tengah menonton berita di ruang TV.

Kakek Mahendra tersenyum melihat tingkah polos Melodi dan berkata, "Tidak perlu menghawatirkan nya!, duduklah sini, temani Kakek menonton !" Ujar Mahendra.

Melodi menuruti permintaan Kakek Mahendra, meskipun selama itu ia masih saja terlihat gelisah dan terus menatap jam di dinding.

.

.

.

.

"Hito, terimakasih. Es krim nya enak sekali. Suasana hatiku langsung berubah setelah makan es krim ini." Feli mengutarakan terimakasih nya.

"Tak masalah, karena kau sudah lebih baik, aku akan mengantar mu pulang sekarang. Ini sudah jam 6 sore, Melodi pasti menunggu ku."

"Melodi?, siapa Melodi?" Tanya Feli penasaran mendengar nama wanita lain disebut oleh laki-laki pujaan nya.

"Ah...sudahlah, ayo kita pulang!" Hito berjalan menuju mobil nya yang di ikuti oleh langkah Feli.

.

.

.

.

"Kakek, itu suara mobil Kakak." Melodi yang mendengar suara mesin mobil sport Hito, langsung beranjak dari duduk nya dan menghampiri Hito.

"Kakak, kau dari mana saja?" Interogasi Melodi yang di akhiri mengerucutkan bibirnya.

"Gadis kecil, apa kau menunggu ku?, aku membawakan mu es krim, ambilah!". Hito menyogok Melodi dengan Es krim yang sempat ia beli di taman sebelum pulang.

"Ini es krim yang biasa kita beli di taman kan?, Ah..Kakak, kau memang yang tebaik." Melodi yang memang masih berusia 13 tahun, dengan polos nya menerima es krim dari Hito sambil memberikan pelukan terimakasih sejenak kepada Hito.

Hito terkekeh melihat sikap kekanak-kanakan Melodi.

"Bagaimana aku tidak berhenti memanggil mu gadis kecil, kalau kelakuan mu masih menggemaskan seperti dulu". Gumam Hito dalam hati.

Mereka berdua memasuki rumah bersama-sama dan pergi ke kamar nya masing-masing.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Erlin

Erlin

Bego banget jd laki.. Peran Hito g cerdik..

2021-03-11

0

Srie wibi

Srie wibi

pasti kalian berjodoh melodi

2020-12-11

0

Tundjungsari Ratna

Tundjungsari Ratna

cerita keren. mampir tempatku kk.pelskor istimewa. makaciihhh

2020-09-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!