Pagi hari, papi Jona dan juga mami Jane yang sedang duduk di ruang tengah setelah menghabiskan sarapannya saling pandang, tak lupa saling melempar senyum.
Karena keduanya mengira sang putra dan juga Zi sang menantu masih berada di dalam kamar, di mana jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Mami rasa keduanya sangat kelemahan, sayang. Setelah semalam melewati malam pertama," pikir Mami Jane, yang mengira sang putra dan juga Zi istrinya belum keluar dari dalam kamar, karena semalam melewati malam pertama.
"Jelas dong Mi, Zi pasti kelelahan, dengan tusukan Ji putra kita, yang pasti luar biasa, seperti papinya ini, yang bisa membuat kamu tidak bisa berdiri setelah di tusuk,"
"Kapan seperti itu, hah?" tanya mami Jane sambil memicingkan matanya menatap pada sang suami, yang sedang tersenyum sambil mengenang masa lalunya. "Yang ada, baru hitungan menit sudah muntah,"
Mendengar apa yang dikatakan oleh mami Jane, membuat papi Jona memudarkan senyumannya.
"Sayang, jangan ingatkan papi lah,"
"Lagian kelau bicara tidak sesuai fakta, mana bisa membuat mami tidak bisa jalan, mami minta tambah aja, bilangnya lelah, dasar!"
"Itu kan sekarang Mi, apa mami lupa, dulu sering tidak bisa jalan setelah di tusuk oleh papi?"
"Itu kan dulu, mami maunya sekarang lah,"
"Mau?"
Namun, mami Jane tidak menjawab pertanyaan dari papi Jona, karena kedua matanya tertuju pada Zi sang menantu, yang sedang menuruni anak tangga setelah keluar dari dalam salah satu kamar yang ada di lantai dua rumah tersebut.
Tapi bukan kamar Ji, melainkan kamar yang selalu Zi tempati ketika menginap di rumah tersebut.
Membuat mami Jane kini menatap pada sang suami, yang juga sedang menatap kearahnya setelah melihat Zi menuruni anak tangga.
"Mi, kenapa Zi jalannya biasa saja ya, padahal dulu saat papi menusuk mami, jalannya saja sudah seperti bebek, iya kan?" tanya papi Jona pada sang istri.
"Ada yang tidak beres Pi,"
"Apa yang tidak beres?" tanya papi Jona.
Namun, tidak mendapat jawaban dari mami Jane yang kini beranjak dari duduknya, dan langsung menghampiri Zi yang sudah menuruni anak tangga.
"Selamat pagi Mi," sapa Zi, tak lupa mengukir senyum.
"Pagi, kenapa kamu tidak keluar dari kamar Ji?" tanya mami Jane penasaran, karena tadi melihat Zi keluar dari salah satu kamar yang selalu ia tidurinya ketika menginap di rumah tersebut.
"Untuk apa aku menginap di kamar Ji, Mi. Bukannya selama ini aku tidur di kamar itu?"
"Iya mami tahu, tapi kamu dan juga Ji kan, sudah menikah. Seharusnya kalian berdua tidur di dalam kamar yang sama, sayang. Kalau kalian tidak tidur di kamar yang sama, bagaimana kalian akan memberikan cucu pada Mami dan juga papi coba,"
"Cucu?"
"Iya, anak yang akan kamu kandung nantinya," jawab mami Jane, agar Zi tidak bertanya lagi apa itu cucu.
"Oh itu, mana mungkin aku akan hamil Mi. Aku dan juga Ji kan, sudah sepakat untuk..." Zi tidak jadi meneruskan ucapannya, karena hampir saja keceplosan, jika pernikahannya dengan Ji tidak seperti yang kedua orang tua masing-masing inginkan.
Mami Jane memicingkan matanya sambil menatap pada Zi yang tidak jadi meneruskan ucapannya. "Sepakat apa Zi?"
"Tidak ada Mi, lupakan saja. Aku sungguh sangat lapar, aku sarapan dulu, oh ya, mami sudah sarapan belum?" tanya Zi, agar mami Jane tidak curiga.
Dan ia langsung melangkahkan kakinya menuju ruang makan, tentu saja di ikuti oleh mami Jane, yang tidak puas dengan jawaban dari sang menantu. "Mami sudah sarapan, oh ya. Ji dimana?"
Belum juga Zi menjawab pertanyaan dari mami Jane, mami Jane menoleh ke arah pintu yang baru saja di buka oleh sang putra, dimana Ji semalam menginap di apartemen Bela.
"Ji," ucap Mami Jane, dan kini mendekati sang putra. "Ji, dari mana kamu?"
Bersambung.................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Erina Munir
bdeehhh..
sebel deh sama ji..sok jdi anak baik...ternyata kaya rubah
2025-01-17
0
Umi Tum
kapan ji ketahuan sama mami Jane kalau masih berhubungan dengan bela 🤦
2023-05-13
0
Wiek Soen
semoga saja kebohongan ji cepat terbongkar
2023-05-01
0