Ting… tong…
Satya menekan bel yang ada di depan pintu rumah dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan kananku. Tidak lama kemudian, seorang wanita paruh baya menyambut kami berdua dan segera mempersilakan kami masuk ke dalam rumah.
“Ada siapa, Bi?” tanya seorang wanita paruh baya yang cantik yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama suaminya.
“Ini ada Tuan Satya dan Istrinya, Nyonya," jawab Bi Siti, asisten rumah tangga di rumah kedua orang tua Satya.
Begitu melihat anaknya kembali berkunjung ke rumah, sang Mama langsung memeluk Satya untuk melepas rindu.
“Sore, Ma,” sapa Satya sembari membalas pelukan sang Mama.
“Sore, anakku yang paling ganteng.”
“Sore, Pa,” sapa Satya dengan wajah datar.
“Iya, sore, Satya," sahut sang Papa yang sama datarnya.
“Ayo duduk.” Sang Mama mempersilakan anak tunggalnya dan menantunya untuk duduk di sofa yang ada di seberangnya dan suaminya.
“Jadi, gimana kabar kalian?” tanya Regina, sang Mama.
“Baik, Ma. Mama gimana? Mata Mama udah sembuh?” sahut Satya khawatir.
“Mama baik kok, Satya.”
“Ananda,” panggil Regina sembari menatap wajahku.
“Iya, Ma?” sahutku bingung.
“Kalau yang itu gimana?” imbuh Regina sembari tersenyum.
“Itu apa, Ma?” tanyaku dengan wajah kaget. Aku masih berusaha untuk mencerna maksud dari pertanyaan Ibu mertuaku ini.
“Gimana malam pertama kalian?” tanya Regina sambil mengangkat kedua alisnya. Aku hanya bisa tersenyum miris karena tidak tahu harus menjawab apa. Sementara aku memikirkan jawabannya, Regina tiba-tiba tersenyum girang.
“Liat bekas ciuman yang ada di leher kamu aja Mama udah seneng banget. Satya pasti udah nyusahin kamu, ya,” celetuk Regina sambil tersenyum ramah.
“Engga kok, Ma, Satya ga nyusahin aku,” sahutku mengelak sambil tersenyum.
”Pasutri baru bisa aja deh. Jadi, kapan kalian mau pergi honey moon?” tanya Regina sembari tersenyum nakal dan menatap wajahku dan Satya secara bergantian.
“Minggu depan, Ma,” jawab Satya sembari menatap ke arahku. Ia tersenyum licik dan merangkul pundakku dengan tangan kanannya.
“Baguslah. Mama sama Papa tunggu momongannya, ya,” kata Regina senang.
“Pa, akhirnya Mama sama Papa bisa gendong cucu,” imbuh Regina kepada suaminya, Devan. Sementara itu, Devan hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Udah waktunya makan sore, ayo kita pergi makan,” ajak Devan sembari bangkit berdiri dari tempat duduknya.
“Ayo pergi.”
Regina tersenyum dan menyusul langkah suaminya yang sudah keluar dari rumah.
Sementara itu, Satya kembali menggandeng tangan kananku dan mengajakku untuk masuk ke dalam mobil Alphard milik kedua orang tuanya. Setelah 20 menit, supir yang mengendarai mobil tersebut berhenti dan kami semua turun tepat di depan salah satu hobi hotel mewah di Jakarta.
Kemudian, Devan mengajak kami semua untuk masuk ke dalam sebuah restoran Jepang yang elegan. Restoran ini merupakan restoran all you can eat sehingga kami semua mengambil makanan sesuai porsi masing-masing dan duduk di sebuah meja makan yang berada di ujung restoran dekat pintu masuk.
“Selamat makan semuanya,” ucap Devan sebelum menyantap makanannya.
“Selamat makan, Pa, Ma,” sahut Satya datar.
“Selamat makan, Pa, Ma,” kataku sambil tersenyum.
”Iya, Sayang. Selamat makan,” sahut Regina.
Setelah selesai makan, aku pun pergi ke toilet yang berada persis di samping kiri restoran itu. Namun, saat aku baru saja keluar dari toilet wanita, aku tidak sengaja mendengar percakapan Satya dengan Devan yang sedang berbicara di depan restoran Jepang itu.
“Sebenarnya, apa rencana Papa? Kenapa Papa mau aku menikah sama Ananda yang cuma penulis novel?” tanya Satya sembari menatap tajam kedua mata sang Papa.
”Satya, Papa mau kamu menikah sama Ananda supaya kamu bisa melupakan Belinda.”
“Tapi Ananda bukan Belinda, Pa. Aku ga akan bisa cinta sama dia,” sahut Satya sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Walaupun kamu ga cinta sama Ananda sekarang, tapi dia adalah wanita yang baik. Suatu saat kamu pasti bisa menyadarinya dan mencintainya dengan sepenuh hati. Papa dan Mama tidak akan asal-asalan soal memilih wanita yang baik yang bisa menjadi pasangan hidupmu,” kata Devan sembari menatap wajah putranya itu dengan tatapan serius.
“Ok, terserah Papa aja. Suatu hari nanti, aku pasti akan tahu semua rencana licik Papa,” kata Satya memperingatkan Devan dengan nada tegas.
Satya segera pergi dari tempatnya berdiri dan masuk ke dalam restoran dengan wajahnya yang memerah karena kesal. Sementara itu, Devan kembali ke tempat duduknya dengan wajah datar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Kamu kenapa? Ga enak badan?” tanya Satya bingung. Istrinya yang cerewet mendadak membisu setelah pulang dari restoran itu.
“Aku gapapa kok," jawabku tidak acuh.
“Terus kenapa diem aja daritadi?” balas Satya sembari mengangkat sebelah alisnya karena ia merasa penasaran.
“Memangnya aku ga boleh diem?” sahutku kesal.
“Biasanya kamu cerewet banget,” kata Satya sambil menggelengkan kepala.
“Satya,” panggilku sembari menatap tajam wajahnya yang tampan itu.
“Hmm, apa?” tanyanya yang langsung mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arahku.
”Kita beneran berangkat honeymoon minggu depan?” sahutku dengan nada serius dan alis kanan yang terangkat.
“Iya,” jawab Satya sambil mengangguk.
“Kenapa?” imbuhnya sembari merangkak naik ke atas kasur dan duduk di sebelah kananku.
“Engga-”
Satya langsung mendaratkan ciumannya di bibirku.
”Makasih udah ngerawat diri kamu sampai sewangi ini, Sayang. Aku tau kamu abis luluran tadi pagi,” kata Satya sambil tersenyum.
Sial, tau darimana dia? tanyaku dalam hati.
Satya segera mencium bibirku dengan ciuman mautnya. Ia mengunci bibirku dan ********** dengan cepat. Aku langsung menggigit bibir bawahku dengan keras supaya aku tidak mengeluarkan suara apa pun yang bisa membuatnya semakin nafsu menciumku.
“Jangan ditahan gitu dong, Sayang. Ga usah malu-malu,” ungkap Satya sembari menempelkan hidungnya ke batang hidungku. Lalu, ia memegang tengkukku dengan erat dan kembali mendaratkan ciuman panas di bibirku.
Kemudian, ia menggigit pelan bibir bawahku sehingga lidahnya bisa masuk ke dalam rongga mulutku dan bermain di dalamnya dengan lincah.
Ciuman panas itu terus berlangsung ke leherku dan meninggalkan beberapa kiss mark di sana.
“Mmmmhhh.”
Suara ******* yang nikmat didengarkan oleh Satya itu akhirnya lolos dari bibirku.
“So sexy, honey," kata Satya yang gairahnya semakin meningkat setelah mendengar desahanku.
Akhirnya, Satya melepas kancing piyamaku dengan begitu nafsu. Kemudian, ia menatap ke arah dadaku dan meninggalkan beberapa kiss mark juga di sana.
“Ahhh, mmmhhhh,” desahku selama Satya meninggalkan kiss mark di dadaku.
“Kalo kamu ga lagi dapet, aku bisa keterusan.”
Satya pun menjauhkan tubuhnya dari tubuhku dan akhirnya ia berbaring membelakangi tubuhku.
“Kamu mau tidur? Kamu aja belum bilang terima kasih!" bentakku dengan nada tinggi karena kesal padanya. Satya cukup terkejut mendengar aku membentaknya, tapi ia tidak ingin mempermasalahkan hal ini.
“Makasih, Sayang,” kata Satya yang segera tertidur setelah mengatakan kalimat itu.
Bodohnya aku. Dia yang memulainya, tapi kenapa malah jadi aku yang tidak bisa tidur? batinku sembari merutuki diri sendiri.
Aku segera mengancing kembali piyamaku dan tertidur.
Bersambung……
Halo readers, pertama-tama Author mau bilang terima kasih udah mampir ke novel ini. Jangan lupa beri dukungan untuk novel ini melalui comment, like, dan tambahkan buku ini ke rak buku kalian ya kalau suka! Thank you ❤
Kedua, jika kalian mau memberikan kritik & saran bisa langsung comment aja bagian mana yang masih perlu author perbaiki lagi.
Terakhir, buat kalian yang tertarik dengan tulisan Author, boleh banget follow IG Author @bellakristyc_ yaa. Di sana Author bakal bagi-bagi tips menulis juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments