Di Rumah Satya

Selama Satya mandi, aku kembali membaca peraturan-peraturan lainnya yang tertulis di dalam surat perjanjian kontrak pernikahan antara aku dengan Satya. Namun, aku tahu bahwa tidak ada jalan keluar lain saat ini. Jadi, aku menandatangani surat itu tanpa berpikir panjang.

Yang penting selama aku menjadi Istrinya, dia akan memenuhi semua kebutuhanku. Itu sudah cukup, Ananda. Kamu tidak bisa terlalu berharap kepada Satya. Apalagi berharap bahwa pernikahan ini bisa menjadi pernikahan yang indah seperti pernikahan orang-orang, kataku dalam hati.

Aku pernah mendengar kalimat motivasi seperti palsukan sampai kepalsuan itu menjadi kenyataan, sehingga aku memaksakan senyum di bibirku supaya senyumku yang berarti kebahagiaan bisa menjadi kenyataan di dalam hidupku.

“Kenapa senyum-senyum sendiri? Kamu seneng banget ya bisa menikah sama aku?” tanya Satya yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Satya, urus aja urusan kamu sendiri,” sahutku dengan nada tegas.

“Ok, tapi kamu harus mandi sekarang. Jangan sampai kamarku yang luas ini jadi bau gara-gara kamu belum mandi.” Satya berjalan ke arahku sambil tersenyum tipis.

“Aku udah bilang. Aku datang ke sini ga bawa apa-apa. Mana bisa aku mandi sekarang?” tanyaku kesal.

“Di dalem ada sikat gigi, odol, sabun mandi, sabun muka, sampo, hair dryer, hair conditioner-”

“Tapi ga ada baju wanita,” timpalku dengan nada kesal.

“Oh, ada. Ada di kamar sebelah,” kata Satya.

“Kamu serius?” tanyaku tidak percaya. Satya mengangguk dan langsung keluar dari kamar.

Sudah 10 menit berlalu, tapi ia belum kembali juga. Aku mulai bosan dan akhirnya aku memutuskan untuk mengelilingi kamarnya.

Kamar ini sangat luas dan interiornya begitu mewah. Ada kasur berukuran king size yang nyaman dan empuk. Dia pasti mengimpor kasur ini dari luar negeri. Di seberang kasurnya juga ada sofa berukuran besar dengan bantal-bantal yang juga besar yang bisa dipakai untuk bersantai atau tidur.

Ada juga lampu dan lampu tidur di atas kasurnya. Setelah itu, aku melihat-lihat ke sisi kiri di mana terdapat walk-in-closet yang sangat megah.

Ada lemari yang tingginya mencapai 2 meter untuk menyimpan pakaian dan tas. Ada juga sebuah meja kaca di tengah-tengahnya untuk menyimpan dasi, kacamata, ikat pinggang, dan jam tangan, serta laci yang digunakan untuk menyimpan sepatu.

Ternyata begini isi kamar orang kaya, kataku dalam hati.

“Kamu mau pake yang mana?” tanya Satya yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di belakangku.

“Yang ini aja.”

Aku langsung mengambil setelan piyama berwarna merah tua yang ada di tangan kanannya.

“Yakin ga mau pake ini?” Satya mengangkat lingerie yang ada di tangan kirinya sambil menatap ke arahku.

”Dasar mesum,” gerutuku yang langsung pergi ke kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi supaya Satya tidak bisa berpikir mesum lagi terhadapku.

“Cantik,” ucap Satya pelan. Aku berusaha untuk mengabaikan pujiannya barusan.

“Hei,” panggil Satya.

“Apa?” sahutku ketus.

“Kamu mau ke mana?” Satya mengangkat kedua alisnya.

“Ke sofa,” jawabku sembari duduk di atas sofa.

”Kamu ga mau tidur di kasur?” tanya Satya sembari mengernyitkan dahinya.

“Ga usah, makasih,” sahutku sambil tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Ibu… aku kedinginan,” kataku dengan tubuh yang menggigil. Satya yang masih belum bisa tidur kemudian bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arahku untuk memeriksa suhu tubuhku.

“Bodoh! Kenapa kamu ga minta aku buat turunin suhu AC kalo kamu ga bisa tahan dingin?” tanya Satya sambil menggelengkan kepalanya. Ia berjalan ke kasurnya untuk mengambil selimutnya dan mematikan AC. Setelah itu, ia segera menyelimuti tubuhku yang kedinginan.

“Tolong jangan tinggalin aku,” kataku yang langsung memegang lengan kanan Satya saat ia hendak kembali ke kasurnya. Satya pun mengangkat kepalaku dari atas bantal dan ia duduk di sebelahku. Ia meletakkan kepalaku ke pundaknya untuk menemaniku. Tidak lama kemudian, kami berdua sudah tertidur lelap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Kenapa aku bisa tidur berdua dengannya?” tanya Satya heran. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam.

“Aaaaa!” teriakku kaget saat melihat kepalaku tersandar di pundaknya.

“Apa?” tanya Satya kesal.

“Kenapa kamu bisa ada di sofa? Kenapa aku bisa nyender di pundak kamu?” sahutku bingung.

“Kamu lupa? Kamu sendiri yang minta aku buat temenin kamu di sofa,” jawab Satya mengingatkan.

“Maaf, aku baru sadar.” Aku langsung memukul keningku sendiri.

“Awas, aku mau mandi,” kata Satya sambil bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi dengan langkah tergesa-gesa. Ia keluar dari kamar mandi memakai kemeja putih dan celana abu-abu. Kemudian, Satya segera memilih setelan jas berwarna abu-abu dan jam tangan yang berwarna abu-abu hitam serta sepasang sepatu pantovel berwarna cokelat tua.

“Selama aku di kantor, tolong jangan bikin masalah di rumah. Kamu boleh lakuin apa aja, tapi jangan keluar dari rumah sebelum izin sama aku. Password pintu kamar ini 020690.”

Setelah itu, Satya langsung keluar dari kamarnya untuk berangkat ke perusahaan miliknya.

“Berada di sini memang enak, sayangnya rasanya seperti tahanan yang punya segalanya,” kataku sambil menghela napas.

Aku bingung ingin melakukan apa, jadi aku menyalakan ponselku dan mengecek WhatsApp-ku. Satu pesan yang kudapatkan dari Ibuku hanyalah ‘maafkan Ibu, Nanda’.

Aku memang kecewa, tapi tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima kenyataan bahwa besok aku sudah harus menikah dengan Satya.

Hanya saja, aku tidak mengerti mengapa Ibuku tidak menjelaskan apa pun kepadaku. Entah hanya aku yang merasa semua hal yang terjadi kepadaku saat ini tidak masuk akal atau memang segalanya terjadi begitu tiba-tiba.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengelilingi seisi rumah Satya. Begitu aku membuka pintu kamarnya, aku langsung menemukan kamar lain di sebelah kiri kamarnya. Kamar itu seperti kamar pada umumnya, hanya saja di dalam lemarinya terdapat pakaian-pakaian wanita.

Aku tidak begitu tertarik dengan kamar ini sehingga aku mencari ruangan lain yang masih berada di lantai 2 ini.

Saat aku ingin turun ke lantai 1 menggunakan lift, di sebelahnya terdapat ruangan lain. Aku penasaran dan ingin melangkah masuk ke dalamnya, tapi masuk ke dalam sana pun harus menggunakan kartu.

Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam ruangan itu dan menuju ke ruang tamu menggunakan lift.

Di ruang tamu, terpampang jelas foto-foto karya para seniman yang begitu indah dengan harga jual yang sudah pasti sangat mahal. Selain itu, di lemari-lemari pajangan dipajang foto-foto keluarga Satya.

“Jadi, orang ini Ayahnya. Mukanya memang familiar, tapi aku yakin aku gak kenal sama Ayahnya.”

Di depan ruang tamu, ada pintu lain yang menuju ke taman dan kolam renang yang juga memerlukan kartu akses untuk masuk ke dalamnya. Bahkan di pintu seberang ruang tamu, ada pintu lainnya yang menuju ke lapangan golf yang juga membutuhkan kartu akses.

Aku pun menggelengkan kepalaku dan naik ke lantai 3 memakai lift. Di lantai 3, terdapat 10 kamar yang tidak ditempati. Selain itu, masih ada bioskop dan ruang karaoke private yang juga memerlukan kartu akses untuk masuk ke dalamnya.

“Benar-benar gila, di rumah sebesar ini hanya ada dia seorang. Untuk apa memakai begitu banyak kartu akses?” tanyaku sambil menggelengkan kepala.

“Kenapa? Kamu mau kartunya?” sahut Satya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku sambil memegang kartu akses di tangan kirinya.

“Kapan kamu pulang?” tanyaku kaget.

“Barusan,” jawab Satya datar. Wajahnya tampak sangat lelah kali ini.

“Istirahatlah, besok kita akan menikah secara resmi,” imbuh Satya sambil tersenyum licik.

Bersambung……

Halo readers, pertama-tama Author mau bilang terima kasih udah mampir ke novel ini. Jangan lupa beri dukungan untuk novel ini melalui comment, like, dan tambahkan buku ini ke rak buku kalian ya kalau suka! Thank you ❤

Kedua, jika kalian mau memberikan kritik & saran bisa langsung comment aja bagian mana yang masih perlu author perbaiki lagi.

Terakhir, buat kalian yang tertarik dengan tulisan Author, boleh banget follow IG Author @bellakristyc_ yaa. Di sana Author bakal bagi-bagi tips menulis juga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!