Jessica melirik ayahnya. Apa ayahnya itu sedang cemburu?
"Ya, pria baru lagi. Dia seorang lelaki bernama John dan setahuku dia bekerja di kantor akuntan tempat yang sama di tempat ibu bekerja saat ini."
"Dan apa pendapatmu tentang dia?" sang ayah bertanya lagi.
"Tentang John?"
"Ya, bagaimana menurutmu?" tanya sang ayah lagi.
Jessica terdiam, kembali menatap sang ayah beberapa saat. Ia kemudian menggelengkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya dengan raut sedih.
Sang ayah bisa melihat dengan jelas saat anak gadisnya itu menampilkan ekspresi sedih di wajahnya. Dan dia memilih untuk mengusak rambut gadis itu gemas.
"Apa dia mengecewakan?"
Jessica tak menjawab, gadis itu lalu menyisir rambut panjangnya yang di cat pirang dan memindahkannya ke bahu kanannya. Sang ayah hanya tersenyum dan mulai mengingat bahwa itu adalah sesuatu yang biasa Jessica lakukan ketika dia merasa gugup atau merasa tidak senang tentang sesuatu.
Tidak butuh waktu lama bagi sang ayah untuk mengetahui perubahan sikap dari anak gadisnya yang selalu mudah sekali untuk dibaca.
"Awalnya agak mengecewakan. Dia terlihat agak sedikit sombong," Jessica berujar perlahan.
"Sedikit?"
"Baiklah, dia memang sombong." Jessica akhirnya berterus terang pada ayahnya. "Tapi semakin hari aku rasa dia tidak seburuk itu."
"Benarkah?"
"Ibu dan John juga sudah beberapa kali pergi pada malam hari untuk berkencan ke restoran mewah yang terkenal. Dan pernah satu malam dia membelikan makanan untukku di rumah."
"Kau suka?"
Jessica tersenyum masam. "Sejujurnya, aku belum pernah mencicipi makanan yang seperti itu jadi menurutku rasanya agak aneh di lidah. Tapi entah kenapa sepertinya ibu sangat menyukai makanan itu."
Antrian panjang itu perlahan mulai bergerak dan mereka berdua maju selangkah demi selangkah untuk mengikuti gerakan dari antrian panjang itu. Jessica mengintip tak sabar ke beberapa orang di depannya, mencoba untuk menentukan berapa lama lagi antrian di depannya dan setelah itu ia melihat kembali ke ayahnya.
"Begitulah..." ujarnya sembari menggedikkan bahu.
Sang ayah hanya manggut-manggut.
"Jadi benar apa yang orang-orang katakan," kata sang ayah pada Jessica.
Jessica menoleh, menatap bingung pada ayahnya itu. "Tentang?"
Pria paruh baya itu ikut menoleh ke anak gadisnya dan tersenyum. "Tentang cara untuk mengesankan seorang wanita adalah melalui perutnya."
"Hei," jawab Jessica buru-buru, ia tersenyum kecil sambil memukul pelan lengan ayahnya membuat sang ayah ikut tersenyum.
"Ada apa Jessica, bukankah ayah benar?"
"Tapi bukan itu konteksnya, ayah. Dengar! Ayah akan mengerti jika sudah melakukannya pada wanita lain nanti. Ini bukan tentang makanannya tapi tentang kegiatan makan malamnya. Tentang waktu yang ayah berikan untuk orang-orang tersayang."
"Ayah bersyukur tidak melakukan hal seperti itu. Ayah hanya merasa itu terdengar lebih seperti menjilat seseorang untuk dekat dengan wanita incarannya dan juga anaknya."
Jessica mendecih sinis, "Ayah ini benar-benar tidak romantis." gerutunya membuat ayahnya kembali tertawa.
Setelah itu Jessica memilih untuk diam. Ayahnya juga hanya diam, tidak berniat mengatakan apa-apa lagi padanya. Jessica melirik sekilas tepat ketika ayahnya memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Baru setelah itu Jessica menghela napasnya malas ketika dia melihat antrian yang terbentuk di belakang mereka.
"Kenapa banyak sekali orang yang datang kemari?" batinnya.
"Memang banyak sekali orang yang ingin melihat pamerannya."
Jessica mengangguk. "Begitu rupanya."
Gadis itu kembali menoleh ke arah sang ayah, menatap wajah ayahnya itu dalam diam. Ia tersenyum, awalnya Jessica mengira kalau ia akan kesulitan untuk bercakap-cakap dengan pria yang selama ini sangat jarang ia temui itu.
Ayahnya, Robert Anderson. Orang yang selama ini selalu menjadi misteri baginya. Jessica sempat mengira kalau mereka akan memiliki jarak tentang hubungan karena mereka sangat jarang bertemu.
Dahulu mereka bahkan terlihat seperti orang yang tidak saling mengenal. Tapi setelah itu Jessica menyadari kalau ia salah karena ternyata ia bisa akrab dengan ayahnya itu.
Jessica dan ayahnya bahkan selalu saling menghubungi satu sama lainnya. Bertemu diam-diam saat ayahnya menjalani perjalanan dinas ke luar negeri. Dan sekarang ia melihat ayahnya hadir di sini. Dan ayahnya meluangkan waktu untuknya.
Jessica hanya bisa tersenyum mengingat itu. Ia merasa senang karena ayahnya bisa membagi waktu untuk menemaninya menghabiskan liburan seperti ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments