Sementara Rayhan Mengecek mesin motornya dengan cepat, Andy mendatangi ketua pelaksanaan balapan kali ini.
“Bossku ikut balapan di sesi berikutnya,” ucap Andy menghampiri pria mengenakan setelan baju hitam, mengenakan kalung rantai.
“Oke. Kau sudah tahu aturannya, bukan? Yang menang akan mendapatkan 2 juta dan jika Bossmu itu kalah, maka dia dan seluruh anggotanya harus menjadi anak buah Silver Poin.” balasnya dengan sok.
Silver Poin merupakan anggota geng motor lainnya yang ada di Jakarta. Banyak geng motor di ibukota itu. Mereka berlomba-lomba menjadi pemimpin di antara sekian banyaknya geng motor yang ada.
Suatu pencapaian dan prestice tersendiri bisa menjadi ketua geng motor terbesar di sana.
“Aku tahu itu dan Bossku tak akan kalah darimu.” Andy tersenyum tipis kemudian segera kembali ke sisi Bossnya.
Dia tahu pasti bagaimana kemampuan Rayhan. Ketua geng Eagle Wave yang tak pernah absen dari menang saat adu balap liar.
“Boss, sudah beres. 30 menit lagi giliran Boss.” ucapnya, menghampiri Raihan yang baru selesai mengecek motor.
“Aku bahkan sudah siap sekarang.”
Rayhan berdiri kembali sembari membersihkan tangannya dengan sapu tangan yang selalu ada dalam saku celananya dan mengibaskannya.
30 menit kemudian di jalanan yang sudah diatur sedemikian rupa untuk arena balap liar sudah berjajar dua motor di sana. Satu motor berwarna merah dan satu lainnya berwarna hitam dengan banyak tempelan stiker di sepanjang rangka motor.
Di samping mereka sudah ada gadis yang yang membawa dua bendera berwarna putih dan hitam.
“One... Two... Three!” Tepat pada hitungan ketiga, setelah gadis tadi menghitung dengan menyilangkan dua bendera, dua motor tadi melesat dengan cepat.
Dua pengendara motor sport tadi tidak mengenakan pelindung sama sekali. Mereka tak memakai helm meskipun melaju dengan kecepatan tinggi, tak ada rasa takut terluka saat jatuh. Atau memang mereka tak pernah jatuh?
Mereka berdua saling adu kecepatan dan berlomba-lomba menjadi yang pertama. Bukan demi hadiah yang seberapa besar itu, tapi demi harga diri sebagai ketua geng.
Sepertinya bukan masalah bagiku untuk menang dengan cepat kali ini, batin Rayhan melihat dari kaca spion lawan yang berada jauh di belakangnya.
Ia pun sedikit merasa congkak dan yakin akan menang dengan mudah.
Buzz! Namun dalam hitungan tiga menit saja tiba-tiba motor hitam milik ketua geng Silver Poin menyalipnya.
“Kau harus bersiap menjadi pelayanku setelah ini,” ucapnya, tersenyum miring menatap Rayhan.
Sial! Aku lengah dan dia memanfaatkan situasi ini. Siapa yang sudi menjadi bawahannya?! gerutu Rayhan dalam hati.
Baginya tak ada yang bisa atau boleh menundukkan dirinya, meskipun dia bukanlah boss dari semua geng yang ada.
“Aku akan mengejarnya! Lihat saja!”
Rayhan fokus menatap ke depan dan memperhatikan jarak mereka yang saat ini terpisah 1 kilometer. Pria itu tetap terlihat tenang meskipun jarak diantara mereka semakin jauh saja.
Dengan keyakinan tinggi, Rayhan menambah gigi kopling pada gigi lima. Ia juga menarik gas kencang mungkin yang dia bisa.
“Boss Ricky! Boss Ricky, ayo tinggal sedikit saja!” teriak para anggota geng Silver Poin, mendukung boss mereka.
“Ayo Boss jaguar, tunjukkan taringmu!” teriak Andy menyemangati Rayhan. Dan memang hanya dia satu-satunya anggota geng yang hadir saat itu untuk menyemangati.
Rayhan hanya tersenyum tipis penuh percaya diri. Tepat di jarak satu meter sebelum finish, ia berhasil menyalip ketua geng Silver Poin.
“Sial! Padahal tadi aku sudah berhasil mendahuluinya Tapi kenapa di detik terakhir dia unggul?!” gerutu Nico, ketua geng Silver Poin memukul setirnya.
Rayhan menghentikan motornya setelah satu meter setelah melewati garis finish. Ia pun menghampiri Nico.
“Aku menang, sesuai perjanjian di awal maka aku berhak atas hadiahku.”
Nico yang tak terima dikalahkan begitu saja ingin menantang Rayhan lagi.
“Aku tambah dua juta, untuk satu putaran lagi. Jika kau menang, maka kau akan membawa pulang lima juta, bagaimana?”
Sebenarnya bagi Rayhan sudah cukup mendapatkan hadiah tiga juta saja. Tapi jika ada lebihnya dia pun tak akan menolaknya.
“Oke!”
Nico bertepuk tangan dan gadis yang membawa bendera tadi datang menghampirinya.
“Ya, aku mengerti.” ujarnya, setelah mendengarkan penjelasan dari bossnya.
Beberapa saat setelahnya dua motor kembali saling menempati posisi masing-masing di race lain yang sudah siap, karena arena yang tadi mereka pakai balapan masih dipakai oleh yang lainnya.
Deru motor mendesing terdengar keras di sana, bahkan suaranya bisa menembus sebuah bangunan kampus yang ada di sekitar arena balapan.
Di area parkir kampus Bunga Bhakti, terlihat beberapa mahasiswa mengambil motor yang mereka parkir.
Pelajaran telah usai untuk tingkat empat, dan mereka pulang. Meskipun sebagian masih ada yang bertahan di kampus.
“Carissa, kau mau ke mana setelah ini?” tanya seorang mahasiswi.
“Pulang, mau ke mana lagi.” jawabnya lalu mengeluarkan motor maticnya dari sana menuju ke pintu keluar.
“Di luar sana berisik sekali. Apa saat ini ada balapan liar lagi?” celetuk Carissa sampai menyumpat kedua daun telinganya, menghalangi seram bising itu menembus gendang telinganya.
“Sepertinya begitu.” jawab mahasiswi lain sambil mengangkat kedua bahunya.
Sering mereka mendengar suara berisik balapan liar di luar sana. Tapi entah kenapa sepertinya warga ataupun pihak kampus membiarkan saja hal itu, seolah tutup mata.
Carissa tetap membawa motornya keluar. Ia tak ingin pulang menunggu hingga balapan liar itu selesai, karena ia tak tahu Kapan itu akan berakhir. Bisa saja sampai lewat siang. Dan itu artinya buang-buang waktu. Padahal dia masih harus mengerjakan thesisnya yang belum selesai.
“Bismillah. Kali ini aku pasti selamat sampai ke rumah.” gumamnya, melewati pinggir jalan dekat dengan area balap liar tadi.
Wuss! Sebuah motor merah menyalipnya dari arah depan dengan kecepatan tinggi.
“Pria tadi... Aku seperti pernah melihatnya.” cicit Carissa, mengangkat satu alisnya untuk berpikir dan mengingat kembali siapa pria yang barusan dijumpainya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
I'm site
Semangat Thor
2023-05-14
1