Why?
Tangisan yang begitu pecah, air mata yang begitu banyak mengalir deras dari sepasang mata indahnya, tubuhnya yang gemetar memeluk tubuh gadis kecil yang tengah tergelatak berlumuran darah. Dia menangis tersedu-sedu, semakin erat memeluk tubuh gadis kecil itu, memohon melalui tangisannya untuk mengembalikan nyawa gadis kecil yang ia dekap erat.
Hatinya hancur, sayapnya seperti patah, senyumnya menghilang seketika berganti kepedihan. Darah yang juga mengenai kulit tubuhnya seakan membuatnya merasakan sakit yang sama seperti yang di rasakan oleh gadis kecil itu. Tubuh gadis kecil itu kini sudah tidak bisa lagi melakukan apapun, lemas tak memiliki setitik saja tenaga, bibirnya yang sering tersenyum kini tertutup rapat, wajah bak malaikat yang biasanya menghiasi hari-hari wanita itu, membuatnya semangat setiap waktu, kini tak lagi dapat memberikan ekspresi apapun dan tertutup oleh banyaknya darah.
Kenapa harus terjadi kepada gadis kecil yang ia peluk, kenapa tidak dengan dirinya saja? Kenapa penderitaan begitu senang mendatangi gadis kecil itu? Marah, kecewa, sedih, rasanya menghancurkan akal sehat.
"Nyonya polisi juga ambulan akan datang untuk membawa putrimu ke rumah sakit, tolong tenangkan dirimu dan tabahlah." Ucap seseorang yang entah siapa.
Wanita itu menghentikan suara tangisnya, menatap kembali wajah gadis kecil di pelukannya, mencium keningnya tak perduli kalau darah itu akan mengenai bibirnya. Wanita itu adalah Helena Grace Wiliam, dua puluh enam tahun.
Gadis kecil yang ada di pelukannya adalah putri satu-satunya, Velerie Velipe Wiliam.
Dengan hati yang hancur, dengan niat yang ingin mengakhiri hidupnya untuk menyusul putrinya, Helena menguatkan dirinya, bersabar sebisa mungkin karena dia ingin memberikan pemakaman terbaik untuk putrinya yang meninggal karena menjadi korban tabrak lari.
Beberapa saat lalu.
Helena menutup ponselnya karena dia baru saja mendapatkan telepon dari guru Velerie bahwa Velerie sudah bisa di jemput pulang sekolah. Karena Helena adalah orang tua tunggal selama empat tahun merawat Velerie sendiri, dia benar-benar sangat protektif terhadap Velerie.
Sebenarnya banyak sekali orang yang mengatakan kepada Helena untuk membiarkan saja Valerie tinggal di asrama khusus untuk pengidap down sindrom, tapi Helena benar-benar menolak keras. Dia ingin memberikan kasih sayang, dan cinta sebanyak mungkin untuk putrinya yang memiliki down sindrom. Meskipun orang tuanya sudah menasehati untuk jangan berlebihan memperhatikan dan memfasilitasi Velerie, tapi Helena yang adalah Ibu kandungnya tentu saja tidak bisa melakukan itu, dan dia juga tidak akan tega. Apapun kekurangan anaknya, Velerie tetap adalah putrinya, semangat hidupnya, kebahagiaannya, segala-galanya, dunianya.
Helena pikir dengan cinta yang dia berikan, Velerie tidak akan merasa malu dan rendah diri. Meskipun tidak tahu sampai kapan dia bisa menjaga Velerie, tapi Helena akan mengusahakan segala cara agar bisa hidup lebih lama dan bisa menemani Velerie lebih lama.
Tapi niat itu benar-benar di hancurkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab.
Saat Helena keluar dari mobilnya untuk menghampiri Velerie, sebuah mobil melaju cepat dan menghampiri Velerie yang tengah berlari dengan semangat sembari merentangkan tangannya ingin segera memeluk Helena. Tentu saja wajah Velerie membuatnya merasa bahagia, tapi begitu menyadari adanya mobil yang terlihat mengincar Velerie, Helena dengan segera berlari untuk menyelamatkan putrinya. Sekuat dan secepat mungkin dia berlari ternyata dia tidak bisa menyelematkan putrinya.
"Velerie!"
Helena terdiam, tangannya terulur ingin meraih tubuh Velerie yang terpental jauh, dan kepalanya terbentur badan jalan.
Helena berlari sembari menangis, memohon agar Tuhan melindungi nyawa putrinya. Segera Helena memeluk tubuh Velerie, berteriak meminta tolong untuk memanggil ambulan sehingga putrinya bisa mendapatkan pertolongan darurat secepat mungkin. Setelah itu Helena kembali memeluk tubuh putrinya, matanya masih terbuka, tangannya juga masih bergerak ingin meraih wajah Helena meski terlihat kesulitan dan gemetaran. Helena membiarkan air matanya jatuh karena sulit sekali menahannya kali ini, dan air mata itu juga adalah untuk pertama kali dia perlihatkan di hadapan Velerie. Helena meraih tangan Velerie, meletakkan ke wajahnya karena memang itu yang di inginkan Velerie.
"Semua akan baik-baik saja, sayang. Ambulan akan segera datang, Erie tolong tahan sakitnya sebentar ya?" Pinta Helena sembari terus menangis.
Velerie tersenyum, dia menggerakkan ibu jarinya seolah dia ingin menyeka air mata Ibunya meski tenaganya sudah sangat habis.
"Bu, sayang Ibu." Ucapan itu terdengar begitu lirih, lemah. Kalimat yang sering di katakan Helena kepada putrinya, Erie, Ibu sayang Erie. Begitu juga dengan Velerie, dia akan mengatakan ungkapan yang sama untuk Ibunya. Meski tidak bisa banyak bicara, dia juga memiliki gangguan pernafasan, tapi Velerie termasuk anak yang tanggap dan penyayang.
Helena mengangguk tak menghentikan tangisnya. Helena juga mengatakan bahwa dia juga menyayangi Velerie, sangat menyayangi hingga ungkapan saja tidak akan cukup untuk itu.
Helena mencoba membuat Velerie tetap terjaga dan jangan sampai menutup mata. Dia menceritakan banyak hal yang menarik, Helena juga mengatakan bagaimana rencana akhir pekan mereka besok. Velerie hanya tersenyum tipis, matanya terus menatap Ibunya yang menangis tapi mencoba untuk tersenyum saat bicara. Kedua bola mata Velerie seolah menjelaskan bahwa dia ingin menatap Ibunya lebih lama, dia ingin mengingat terus wajah Ibunya karena setelah ini dia pasti tidak akan bisa melihat dengan mata itu lagi.
"Bu, Ibu cantik." Ucap Velerie lagi membuat Helena semakin menjadi dengan tangisannya. Tidak, dia memiliki firasat bahwa Velerie seperti ingin menyerah, dia seperti mengucapkan kata-kata terakhir dan tentu saja Helena tidak bisa menerima itu. Hidupnya, kerja kerasnya adalah untuk putrinya, tekadnya yang kuat, kesabaran yang dia miliki selama ini hanya demi putrinya. Jika putrinya tidak ada, maka tidak akan ada lagi dunia untuk Helena singgahi bukan?
"Sayang, lihat Ibu beberapa waktu nanti, Ibu akan jadi semakin cantik." Ucap Helena.
"Bu, lagu bobo..... " Pinta Velerie, dia ingin Helena menyanyikan nyanyian pengantar tidur yang biasa di nyanyikan Helena saat menidurkan Velerie.
Tidak!
Helena menggelengkan kepalnya, dia tidak akan melakukannya, dia ingin putrinya tetap hidup.
"Aku mengantuk, Bu." Pinta Velerie.
Tadinya Helena masih ingin menolaknya, tapi saat dia melihat tatapan mata Velerie yang terlihat begitu lelah, begitu kesakitan, Helena menjadi menangis lebih keras lagi. Tidak ingin kehilangan putrinya, tapi dia tidak ingin melihat putrinya menderita.
Helena mencoba menenangkan dirinya sebentar, memeluk erat tubuh putrinya. Dengan suara gemetar dan suara Isak tangis membuat ucapannya terus tersendat, Helena mulai menyanyikan lagu pengantar tidur dengan lirih, dan beberapa detik setelah itu tubuh Velerie benar-benar lemas di pelukannya. Bibirnya tertutup, matanya tertutup, membuat Helena kembali menangis begitu kuat membuat orang yang berada di sana ikut menangis sedih.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Wini Hilal
br baca dah mewek aja aku
2024-06-29
0
Uba Muhammad Al-varo
ceritanya selalu bagus dan keren serta menghibur,bab awal udah bikin nyesek banget 😭🤧😭🤧😭🤧
2024-06-14
0
Annie Soe..
bawang banget openingnya, nyesek bacanya tor, lanjuuttt...
2023-10-20
0