Beauty And The Prince

Beauty And The Prince

Beauty And The Prince

"Namaku, Daniel Ryan Prasetya, umurku 28 tahun, hobiku bermain baseball, golongan darahku AB, lulusan Oxford University, aku seorang pengacara..."

Bla bla bla.. Rose menguap bosan, sebenarnya ini kencan atau wawancara kerja? Matanya menatap intens mulut Pria di hadapannya yang bergerak tanpa jeda,

Apa dia tidak merasa haus? Rose yang mendengarnya saja sudah menghabiskan dua gelas milkshake.

Jika bukan karena paksaan Ibunya, sudah pasti Ia sudah kabur secepat mungkin.

Kencan buta, dan Pria aneh, itulah rutinitas weekend nya. Ibunya selalu saja memaksanya agar segera memiliki kekasih yang bisa segera di ajak menikah.

Ibunya itu sudah terkena hasutan tante-tantenya yang mengatakan kalau dirinya jika tidak segera dinikahkan, maka akan menjadi perawan tua dan tidak ada yang mau menikahinya.

Huh! Memangnya mereka yang sudah menikah, apa kabar dengan kondisi rumah tangganya? Ck. Tukang ikut campur urusan hidup orang.

"Kalau kamu?"

"Huh?"

Jangan-jangan Pria ini menginginkan Ia berbicara sedetail itu tentang dirinya, tidak! Tidak! Bisa-bisa mulutnya berbusa.

Rose dengan perlahan beranjak dari duduknya, "Daniel, aku ingin pergi ke toilet sebentar."

"Oh begitu, baiklah." Daniel tersenyum lima jari.

Rose bergidik ngeri melihatnya, Ia berbalik pergi dengan langkah yang dibuat selebar mungkin.

Untungnya, Daniel duduk di posisi membelakangi pintu Cafe jadi Ia bisa keluar dengan mudah.

Begitu pintu otomatis itu terbuka, hawa dinginnya malam langsung menyambutnya.

Rose melirik sekilas jam tangannya yang melingkar apik di pergelangan tangannya,

22:57

Wah, berbicara dengan Pria itu ternyata memakan waktu cukup lama. Sebelumnya, Rose datang ke sini sekitar pukul 8 Malam.

Kaki jenjang Rose melangkah menjauhi area Cafe, di jam segini ada taksi yang lewat tidak ya?

Pasti ada, mana mungkin tidak ada.

Beberapa menit kemudian..

Rose berjongkok, mengistirahatkan kakinya yang mulai terasa kebas karena di paksa berdiri terus-menerus, belum lagi Ia mengenakan heels setinggi 7 Cm.

Kenapa tidak ada satupun Taksi yang lewat sih?! Apa semua supir Taksi mendadak kaya? Mereka jadi sudah tidak lagi membutuhkan uang.

Rose mengacak surai coklat sepunggungnya, merasa frustasi. Tidak mau terlihat seperti gembel, Ia kembali berdiri.

Kali ini Rose mencoba berjalan, siapa tau di pertengahan jalan ada Taksi yang lewat.

Jujur saja, berjalan di bahu jalan yang sepi seperti ini lumayan menakutkan. Ingatkan Rose untuk berterimakasih pada Steven yang sudah mengajarinya taekwondo.

Jika sewaktu-waktu ada bahaya, Rose bisa melindungi diri dengan ilmu taekwondo nya.

"T-tolong.."

Rose menghentikan langkahnya begitu indera pendengarannya tanpa sengaja menangkap suara rintihan kesakitan seorang wanita.

Bulu kuduk nya mendadak berdiri. Itu suara manusia bukan ya? Jujur saja, Ia sedikit takut dengan hal-hal semacam hantu.

Tapi rupanya rasa takut itu tidak sebesar rasa penasarannya.

Rose mencoba lebih menajamkan lagi indera pendengarannya, perlahan Ia melangkah sesuai dengan asal suara yang didengarnya.

Suara itu membawanya ke sebuah Gang sempit yang gelap dan sunyi, Ia jadi ragu kalau ada manusia di sini.

Mungkin, tadi Ia salah dengar.

Rose sudah berniat berbalik arah, tapi suara lirihan itu kembali terdengar dan lebih jelas daripada sebelumnya.

"T-tolong.. S-sakit.."

Perlahan Rose melangkah lebih jauh masuk ke gang itu. Entah kenapa feeling nya mengatakan, Ia tidak boleh menimbulkan suara sedikitpun.

Cahaya bulan yang masuk, sedikit memberi pencahayaan pada Gang ini.

Tepat di sudut Gang, matanya menangkap dua sosok berlawanan jenis, dalam posisi yang cukup membuatnya hampir saja menjatuhkan rahang.

"Sshhh.."

Rose meneguk saliva nya susah payah, pemandangan apa sebenarnya yang dilihatnya ini? Si Pria terlihat menjatuhkan wajahnya di leher jenjang si Wanita.

Apa mereka tidak bisa memesan hotel? Kenapa harus melakukan adegan tidak senonoh di gang sempit seperti ini? Benar-benar..

Rose menggulung lengan panjang blouse yang dikenakan nya bersiap memberi pelajaran pada pasangan mesum ini.

Tak!

Sebelum sempat melakukan itu, kakinya yang berbalut heels justru tanpa sengaja menendang kaleng soda yang berada tak jauh darinya.

"Damn!" Bibirnya dengan lancar mengumpat, kalau begini 'kan aksi heroiknya terkesan berubah jadi seorang pengintip.

Rose dengan canggung mengangkat wajahnya yang sebelumnya menunduk itu, ekspresi malu-malunya berubah pucat seketika.

Pemandangan di hadapannya sama sekali tidak terpikirkan sedikitpun di kepalanya. Saat si Pria menoleh padanya, manik matanya semerah darah, bibirnya sedikit terbuka dengan dua gigi runcing yang dipenuhi darah.

Sedangkan kondisi si Wanita sudah mengenaskan, matanya melotot, bibirnya membiru, dan bekas gigitan di leher.

Sangat mengerikan, Rose ingin melarikan diri secepatnya, tapi entah kenapa tubuhnya mendadak gemetaran.

Ada apa ini!?

Dengan santainya Pria itu melempar tubuh Wanita yang kondisinya sudah mengenaskan itu ke arahnya.

Brugh!

Tubuh Wanita itu mendarat tepat di hadapan kakinya, hingga Rose dapat melihat jelas kondisinya yang sangat memperihatinkan.

Kakinya melangkah mundur secara teratur lama kelamaan Rose berbalik. Tanpa membuang waktu lagi, Ia berlari sekencang mungkin mengupayakan agar keluar dari Gang.

Rose berhenti begitu sampai di persimpangan jalan. Ia bingung harus melarikan diri kemana, tidak mungkin 'kan kembali menunggu Taksi? Bisa-bisa Ia sudah bernasib sama seperti Wanita tadi sebelum Taksinya tiba.

Lebih baik, Ia pulang dengan Pria aneh seperti Daniel. ROSE, AYO TELAN MENTAH-MENTAH GENGSIMU!

Tangannya terkepal ke udara, berapi-api.

Rose berlari lagi untuk kembali ke Cafe. Masa bodo dengan gengsi yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan nyawanya, Ia tidak ingin mati di usia muda.

Masih banyak yang belum Rose lakukan, mana mungkin Ia mau mati secepat ini.

...🍷💋🍷...

"Ada apa dengan wajahmu? Seperti tidak tidur saja,"

"Aku memang tidak tidur!" Sungut nya kesal.

"Kenapa tidak tidur? Aaa.. Aku tau, pasti kau marathon drama lagi ya?" Steven menatap Rose curiga.

Semalaman Rose dibuat was-was jika sewaktu-waktu Mahkluk jadi-jadian itu menyergap nya saat tidur. Ia menutup segala celah yang bisa saja menjadi peluang untuk Makhluk jadi-jadian itu masuk, dari mulai jendela sampai pintu.

"Bukan, bukan! Semalam aku bertemu makhluk yang bisa menghisap darah." Ujar Rose menggebu-gebu.

Steven mengangguk. "Aku juga bertemu,"

Rose beranjak dari kursinya, menatap Steven dengan raut wajah penasaran.

"Benarkah?!"

"Iya, tapi setelah ku semprot dengan anti nyamuk mereka semua pergi dari kamarku."

"Kau pikir aku bicara perihal nyamuk!? Dasar bodoh,"

Rose kembali duduk, ekspresinya terlihat semakin tidak enak di lihat.

Steven menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, "Lalu, kalau bukan nyamuk apa lagi, lintah? Atau kutu?"

"Argh! Bukan serangga Steven. Wajah dan tubuhnya seperti manusia hanya saja Ia memiliki kedua taring tajam seperti hiu." Ujar Rose dengan sejelas-jelasnya.

Bukannya menanggapi dengan serius, Steven justru terkekeh geli. "Rose, sepertinya kau masih mengantuk. Lebih baik kau pulang, jangan sampai kau bicara melantur seperti ini di depan Presidir baru kita."

"Aku tidak melantur, Steven! Aku benar-benar serius. Aku berani bersumpah."

"Coba jelaskan seperti apa wajahnya? Apakah dia buruk rupa seperti The Best di film Disney?"

"Tidak, kau salah besar. Dia justru sangat tampan. Rambutnya hitam, kulitnya putih pucat, manik matanya merah, rahangnya tegas, bibirnya seksi, tingginya sekitar..." Rose mencoba menggali lagi ingatannya tentang tinggi badan Pria semalam.

Tapi, tiba-tiba seorang Pria yang mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam memasuki ruangan, tingginya mengingatkan Ia pada Pria semalam.

"Itu, setinggi orang itu! Eh!?"

Kenapa Pria ini sangat mirip dengan Mahkluk jadi-jadian semalam? Yang beda darinya hanya manik matanya saja, Pria ini memiliki manik mata coklat cerah.

Pandangan mereka bersinggungan, tiba-tiba saja Rose bisa melihat ada kilat cahaya di matanya yang merubah warna matanya menjadi persis seperti semalam.

Respon tubuhnya langsung gemetaran, Rose sudah bersiap ingin lari dari ruangan membawa serta Steven bersamanya, tapi Steven lebih dulu menoleh ke belakang.

Gerakan Steven tidak secepat Makhluk jadi-jadian itu mengubah warna matanya, Steven jadi tidak melihat manik mata semerah darah itu karena sudah berubah seperti semula.

Mengetahui siapa yang datang, Steven dengan cepat berdiri merendahkan sedikit tubuhnya. Tidak sendiri karena Steven juga menarik lengan Rose agar mengikutinya.

"Selamat datang, Presidir Browne. Saya Steven Jhonson bagian Direktur Keuangan dan ini Rosetta Maureen, Wakil Direktur keuangan."

Presidir Browne mengangguk, tatapannya tidak beralih pada Gadis di depannya yang terus menunduk.

"Mulai hari ini, Dia sekertaris ku."

Bagai tersambar petir di siang bolong, Rose merasa kalau hidupnya sebentar lagi akan runtuh. Presidir baru di perusahaan tempatnya bekerja ternyata makhluk jadi-jadian yang semalam!? Dan mulai sekarang, Ia akan terus bekerja bersamanya?!

🍷🍷🍷

Terpopuler

Comments

Airi

Airi

lanjuttttt terussss.
mangatssss

2023-05-09

1

Airi

Airi

lanjuttttt terussss.
mangatssss

2023-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!