BAB 5

Suara Laura yang lembut menembus pintu kaca sebelum ia membukanya. Laura berdiri tertegun. Tubuhnya yang ramping seperti boneka barbie diam tak bergerak di ambang pintu ketika melihat kakak laki-lakinya. Sesaat ia bengong, baru kemudian tampak berseri-seri, keceriaan terpancar di matanya, di pipinya, dan akhirnya seulas senyum ceria tersungging di bibirnya. “Kak Raden,” panggilnya lirih.

Ia langsung menghambur mendekati Raden, melingkarkan tangannya yang kurus di leher kakak laki-lakinya itu dan membenamkan wajah di leher kemeja Raden. Raden membalas memeluk Laura, mengangkatnya, lalu mengayun-ayunnya ke depan dan ke belakang sambil tetap mendekapnya.

Laura memejamkan matanya, kemudian ia melepaskan pelukan. Mengelus wajah kakak laki-lakinya, rambutnya, bahunya, seakan hendak meyakinkan diri bahwa kakaknya benar-benar ada di hadapannya. “Kau tinggi sekali,” komentar Laura. “Dan tegap.” Laura tertawa, memegang otot lengan Raden.

“Kau cantik dan begitu dewasa.” Raden mengamati tubuh Laura, gadis muda yang cantik dan halus. Kemudian keduanya tertawa bahagia karena bisa berjumpa. Kembali mereka berpelukan.

“Daddy akan meninggal, kak,” ujar Laura serius ketika akhirnya mereka saling melepaskan pelukan. “Tante Gemintang sudah memberitahumu…”

“Ya,” jawab Raden pelan sambil menelusuri dagu adik perempuannya itu dengan jari telunjuknya.

“Tetapi sekarang kau sudah ada di rumah. Bik Heny, tante Gemintang, dan mang Adit… Oh, ya ampun! Aku lupa memperkenalkannya padamu.” Laura berbalik ke arah pengurus kandang kuda itu, yang mengantarnya pulang dan sejak tadi berdiri di depan pintu kaca. Laura meraih tangannya dan menariknya maju. “Mang adit, ini kakakku, Raden.”

Adit melepaskan jarinya dari genggaman tangan Laura untuk menyalami Raden, yang memandangnya dengan sorot mata penuh selidik. "Raden, apa kabar?” ia menjabat tangan Adit kuat-kuat. “Sudah berapa lama bekerja di sini?”

“Setahun lebih sedikit.”

Raden melirik adik perempuannya lalu kembali memandang si penjaga kandang kuda. “Laura pernah menyebut namamu dalam suratnya.”

“Salah satu kuda betina melahirkan kemarin, Raden,” Laura memberitahu Raden dengan suara riang. “Mang Adit yang menolongnya melahirkan.”

“Saya harus kembali untuk melihat keadaan mereka,” ucap Adit.

“Tinggallah di sini sebentar, minum teh dan menikmati kue-kue kecil bersama kami,” ajak Hany.

Sejenak Adit menatap Raden, lalu memalingkan wajah. “Terima kasih. Saya harus segera melihat anak kuda yang baru lahir itu.”

“Apa boleh jika besok pagi aku akan menjenguknya?” Laura bertanya sambil menggenggam tangan Adit lagi.

“Tentu saja,” jawab Adit lembut sambil tersenyum melihat kepolosan sikap Laura. “Ia pasti rindu sekali padamu bila kau tidak menjenguknya.”

Adit melepaskan genggaman tangan Laura dan keluar lewat pintu belakang. “Selamat malam, Adit,” ucap Laura.

“Selamat malam, Laura,” jawab Adit. Kemudian Adit menyentuh pinggir topi koboinya sebagai salam hormat kepada yang lain, menghilang di kegelapan malam dengan langkah terpincang-pincang.

Raden menatap kepergiannya lalu menutup pintu. Heny sibuk menghias pancake dan menyendokkan es krim vanila ke atasnya.

“Aku tidak usah, Heny. Terima kasih,” ujar Gemintang. Lewat ekor matanya, ia melihat Raden memandanginya. “Hari ini aku letih sekali. Kurasa aku mau istirahat dulu.”

“Ada yang kau butuhkan?” tanya Heny, prihatin.

“Tidur nyenyak,” jawab Gemintang. Dicondongkannya badannya ke arah Laura, lalu diciumnya pipinya. “Selamat malam, sayang. Besok pagi kita sama-sama ke rumah sakit dan kau bisa menemui daddymu.”

“Ya, aku mau ke rumah sakit. Selamat malam. Tante, apa kau juga gembira dengan kepulangan Kak Raden?"

“Ya, tentu saja.” Gemintang menegakkan tubuh dan bertemu pandang dengan Raden. “Heny sudah menyiapkan kamarmu. Selamat malam, Raden.”

Sebelum Raden sempat menjawab, Gemintang sudah keluar pintu, meninggalkan ruang makan menuju loteng. Ternyata berat buat Gemintang untuk berada dalam satu ruangan dengan Raden. Selain itu, Raden, Laura, dan Heny, sepertinya memerlukan waktu bersama tanpa dirinya.

Suara langkah kakinya di lorong atas teredam karpet Oriental yang terhampar di sepanjang lorong. Dua lampu di sisi ranjang menerangi kamar tidurnya. Salah satu lampu itu dimatikannya. Berada dalam kegelapan terasa lebih nyaman bagi Gemintang malam itu, seakan kegelapan mampu menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin dilihatnya, tak ingin dipikirkannya. Gemintang berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah yang luas dan dataran landai ditumbuhi rerumputan yang mengarah ke sungai. Bulan sabit tampak di langit, tetapi ia dapat melihat pantulannya di permukaan air dari kejauhan. Segalanya terasa begitu damai.

Gemintang hanya butuh ketenteraman. Tiga pukulan berat menghantamnya hari ini. Ia tahu suaminya akan sakit keras. Adit bersikap lebih dari pada sekadar teman terhadap Laura, Dan Raden, yang kini pulang.

Sambil menarik napas dalam, ia menjauhi jendela dan membuka pakaiannya. Setelah bathtub dipenuhi air hangat, Gemintang berendam di dalam bathtub yang penuh busa wangi sambil memejamkan mata. Saat itulah dibiarkannya dirinya menangis. Untuk Guntur. Selama ini Guntur frustrasi gara-gara penyakitnya, tetapi laki-laki itu berkeras tidak mau memeriksakan diri ke dokter. Buat pria yang penuh gairah seperti Guntur, kenyataan dirinya diserang penyakit sulit diterima.

Gemintang berendam di bathtub beberapa lama sampai air matanya mengering dan air mandinya dingin. Ia ingin cepat-cepat tidur. Seisi rumah sudah senyap. Terdengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya, Gemintang terlonjak karena terkejut.

Dari pintu kamar yang dibukanya sedikit, Gemintang melihat sosok seseorang di bawah cahaya remang-remang, berdiri di lorong rumah yang sunyi. “Ada apa?”

“Aku mau bicara denganmu.”

Raden langsung menerobos masuk. Karena tidak ingin menimbulkan kegaduhan, Gemintang tak punya pilihan lain kecuali membiarkan pria itu masuk dan menutup pintu kamarnya. Raden berdiri di tengah kamar, pelan-pelan berbalik, memerhatikan semua perabot yang ada di dalam kamar. Ia melangkah ke dekat jendela, tangannya menyentuh tirai, seperti mengingat-ingat suasana kamar itu di masa lalu. Diamatinya barang-barang antik yang ada di meja rias. Ia melirik ke arah cermin yang memantulkan bayangan dirinya.

“Dulu ini kamar tidur ibuku,” ucap Raden.

Tangan Gemintang yang berkeringat saling menggenggam. “Ya, aku tahu. Kamar yang cantik. Salah satu yang kusuka di rumah ini.”

“Cocok untukmu,” komentar Raden, sambil mengamati pantulan tubuh Gemintang yang berdiri di belakangnya di cermin. “Kamar ini begitu feminim."

Ketika Raden tak mengalihkan pandangan dari dirinya, Gemintang tersadar akan pakaian yang membungkus tubuhnya. Jubah transparan itu lah yang membuat Raden terus menatapnya dengan penuh hasrat. Gemintang sadar ia belum mengenakan apa-apa di balik jubah yang ia kenakan.

Tatapan matanya yang tajam berhenti di dadanya, di pinggangnya, di bawah pinggangnya. Seperti merespons perintah tanpa kata-kata, bagian-bagian tubuh Gemintang bangkit dan bereaksi. Dada Gemintang menegang. Pangkal pahanya bagai merekah.

Raden menggenggam segelas wiski, lalu meneguknya dengan penuh kenikmatan. Ia betul-betul menikmati cairan minuman keras yang membakar tenggorokan itu mengalir turun menuju perutnya. “Rupanya Daddy masih tetap menyukai wiski mahal,” komentar Raden. “Dan perempuan cantik. Kau kelihatan sangat cantik di dalam kamar ini, Gemintang, apalagi dengan sinar lampu remang-remang yang menimpa rambutmu.” Raden kembali mengamati seluruh tubuh Gemintang lewat cermin, kemudian berbalik dan menjauh.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

yoooo jelas laaah Raden intens banget melihat Gemintang lhaaa kan posisinya saat ini Gemintang masih memakai handuk kimono seeeh

2023-05-04

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

yang bakalan rindu itu kamu atau anak kudanya seeh Dit...😄😄😄

2023-05-04

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

waaah kayaknya Raden tau neeeeh jika Adit dan Laura lagi menjalin sebuah hubungan lebih dari sekedar majikan dan tukang rawat kuda tuuuuh

2023-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!