\*\*\*
Sania dan sahabatnya keluar dari kelas setelah bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang. Namun, sepanjang jalan menuju pintu gerbang sekolah, para siswa lain yang mereka temui memberikan hormat dan memuji Sania sebagai sosok yang heroik dan penyelamat yang telah menyelamatkan Arka.
Sania merasa tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan padanya dan berusaha untuk cepat-cepat keluar dari sekolah. Namun, para siswa terus memberikan hormat dan pujian hingga mereka akhirnya berhasil keluar dari gerbang sekolah.
"Sania, mereka bersikap berlebihan padamu, nanti kamu bisa dikira saudaranya Arka ha ha," kata Dinda.
"Aku juga tidak mengerti," jawab Sania.
Saat Sania berjalan menuju gerbang sekolah, tiba-tiba dia melihat Arka dan sahabatnya mengendarai motor besar dengan gaya yang sangat keren dan gagah.
Arka terlihat sangat menawan dan diikuti oleh para siswi yang memujanya. Sania tidak bisa menahan perasaan kagumnya dan melihat Arka dengan terpesona.
Namun, seiring dengan melihat para siswi yang memujanya, Sania merasa agak tidak nyaman dan melanjutkan langkahnya pulang ke rumah.
Sepulang dari sekolah Arka dan teman-temannya pulang ke rumah dan membawa senjata masing-masing hendak mencari keberadaan Coki untuk membalas dendam.
Anak muda seusianya yang melihat mereka dan mendukung mereka ikut meramaikan aksinya. Bermacam-macam senjata yang mereka bawa membuat resah masyarakat sekitar.
Tapi saat di pertengahan jalan, langkah mereka terhenti saat melihat om Tedi menghalangi jalan mereka dan menegur aksi mereka.
"Apa yang kalian lakukan?! Kenapa kalian membuat keributan?!."
Om Tedi berkata dengan berkacak pinggang dengan pistol tugasnya di pinggang.
"Ini bukan urusanmu," jawab Arka.
"Bukan urusanku? Apa maksudmu? Aku seorang polisi, apakah aku harus diam saja melihat kalian berkelahi lalu setelah selesaikan baru aku tangkap?."
"Om Tedi, preman seperti mereka jika tidak di beri pelajaran mereka tidak akan merasa jera," lanjut Arka.
"Arka, aku tau semua yang terjadi padamu. Tapi dengan cara seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Aku akan menyelesaikan masalah ini, jadi lebih baik sekarang kalian letakkan senjata kalian dan pulanglah ke rumah."
Akhirnya Arka dan yang lainnya kembali ke rumah dan tidak jadi mencari Coki.
~
Sania sedang makan malam dengan orang tuanya di rumah. Tiba-tiba, ayahnya memberikan kabar yang mengejutkan bahwa setelah lulus sekolah, Sania akan melanjutkan sekolah musik di luar negeri.
Sania merasa bingung dan tidak setuju dengan rencana ayahnya untuk melanjutkan sekolah musik di luar negeri. Ia lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di dalam negeri karena tidak ingin berpisah dengan teman-temannya dan keluarganya yang sudah dikenalnya selama ini.
Namun, ayah Sania tetap merasa yakin dengan keputusannya dan mencoba meyakinkan Sania dengan memberikan alasan bahwa pendidikan di luar negeri lebih berkualitas dan bisa membuka peluang karir yang lebih luas di masa depan.
Sania merasa terjebak antara keinginan sendiri dan keinginan ayahnya. Tapi dia tidak berdaya menentang kehendak ayahnya dan menyetujuinya.
Saat Sania akan melanjutkan makannya, tiba-tiba suara telpon rumahnya berdering lalu ibu Sania yang mengangkat telponnya.
"Hallo...?."
Terdengar suara di sebrang sana yang bertanya tentang Sania.
"Benar, aku ibunya...."
Sania dan ayahnya bertanya-tanya tentang siapa yang menelpon itu, lalu ibu Sania mengatakan jika itu telepon dari kantor polisi. Ayahnya merasa terkejut karena Sania mendapat panggilan dari kantor polisi.
Pagi harinya, kelompok Arka dan geng Coki sudah berkumpul di kantor polisi untuk menyelesaikan masalah mereka tentang pengeroyokan terhadap Arka.
Di sana, mereka terlibat cek-cok dan membuat keributan sehingga petugas polisi terpaksa menegur mereka untuk meredakan situasi.
Saat Sania tiba di kantor polisi, ia langsung dibawa oleh petugas ke ruangan khusus untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait kasus pengeroyokan terhadap Arka. Sania merasa gugup dan cemas karena ini adalah pertama kalinya ia harus memberikan kesaksian di kantor polisi.
Ayah Sania menemani putrinya dan memberikan dukungan moral, memastikan bahwa Sania dapat menjawab pertanyaan polisi dengan jelas dan akurat. Sania berusaha untuk tetap tenang dan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur dan tepat.
"Nona Sania, apakah pelaku yang telah melakukan pengeroyokan itu ada diantara mereka?," tanya petugas polisi.
Sania memperhatikan setiap foto yang ada di tangannya lalu berkata,
"Kejadian saat itu berada di tempat yang kurang cahaya, jadi aku ragu untuk mengenali pelakunya."
"Nona, bisakah Anda lebih perhatikan lagi dan pikirkan baik-baik?." Sania menggelengkan kepalanya.
"Baiklah... Terima kasih Anda sudah bersedia datang untuk memberi kesaksian. Silahkan kami antar keluar."
Saat berjalan, Sania melewati ruangan tempat Arka berada di sana dan mereka saling tatap lalu ayahnya Sania berkata,
"Ternyata sekumpulan berandal yang tidak berguna. Kamu bersaksi untuk mereka, Nak?." Sania mengangguk.
Akhirnya, karena tidak ada bukti yang kuat dan kesaksian yang ragu. Coki dan geng nya akan di bebaskan. Merasa menang akhirnya Coki bersombong diri dan terus mengoceh.
Ocehan Coki yang tersusun keluar membuat Sania mengingat sesuatu, dan akhirnya Sania mengingat pelakunya juga sama berkata seperti yang Coki katakan suaranya juga sama dan fostur tubuh juga.
"Aku ingat dia mengatakan namanya, Coki." jelas Sania.
"Hei! Kau jangan bicara sembarangan ya! Kamu ingin menjebaku? Awas akan aku habiskan kau!." bentak Coki.
"Apa yang kamu katakan, kamu berani mengancam saksi di depan polisi hah?!." kata om Tedi, sambil menjitak Coki.
"Bawa mereka dan selidiki," lanjut nya.
Coki berlalu sambil melihat ke arah Sania dengan tatapan tajam dan mengincarnya.
Arka menatap Sania dengan penuh kekhawatiran karena kesaksiannya, dia hawatir sikap buruk Coki padanya suatu hari.
Arka memutuskan untuk tidak menuntut Coki atas pengeroyokannya. Alasannya adalah karena ia tidak ingin Coki menaruh dendam pada Sania dan melukainya. Arka sangat peduli dengan Sania, dan tidak ingin membuatnya menjadi korban.
Meskipun teman-temannya awalnya tidak setuju dengan keputusannya, mereka akhirnya menghormati keputusan Arka dan memilih untuk tidak memperpanjang masalah ini lebih jauh.
Walau begitu Coki tetap di periksa dan di beri hukuman ringan dengan bebas bersyarat.
Dalam perjalanan pulang mereka berbincang tentang Sania lalu Arka berkata,
"Sania telah menyelamatkan hidupku, aku tidak ingin dia terlibat masalah karenaku. Kenzi, aku tau kamu sangat pintar. Apakah kamu tau apa yang harus aku lakukan?."
"Aku tau satu cara, tapi itu hanya akan menguntungkanmu."
Arka dan Kenzi tertawa seolah mengerti maksud mereka, tetapi Nino tidak mengerti apa-apa dan mencoba bertanya,
"Hei, sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan? Katakan kepadaku." rengek Nino.
"Nanti aku akan jelaskan kepadamu sambil jalan."
"Pokoknya kalian harus menjelaskan semuanya kepadaku tanpa terlewat sedikit pun, mengerti?."
"Ok."
Mereka berjalan menyusuri jalan menuju rumah masing-masing dengan masih berseragam lengkap. Persahabatan mereka sangatlah patut di acungi jempol 👍
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bersambung...
Next episode 6👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
FT. Zira
aku pun tak mengerti🤔
2023-05-24
1
FT. Zira
coki tetep dendam deh kek nya..
2023-05-24
1
FT. Zira
kek nya memang itu yang bakal terjadi deh😢
2023-05-24
1