Hasutan Mantan Istri

"Nggak bisa seperti itu dong, mas. Sebentar ya, aku akan kemari lagi."

Renata tidak hilang ide, dia pun melangkah ke paviliun belakang ke kamar bibi. Dan mengajaknya ke kamar tamu.

"Mas, biarkan bibi yang menjaga Dita. Aku sudah bilang padanya, jika ada hal yang tak terduga, bibi akan memberi tahu pada kita. Ingat ya, bi. Jangan lupa pesanku ini," ucap Renata.

"Siap, Non Renata."

Leo melangkah keluar dari kamar tersebut dengan merangkul Renata. Sementara Dita yang pura-pura pingsan, merasa kesal mendengar segala yang di katakan oleh, Renata.

"Kurang ajar, ternyata Renata pintar juga. Gagal dech, rencanaku ini!" batin Dita kesal.

Dan tak berapa lama, Dita membuka matanya," bibi, kenapa ada di kamar ini? pergi sana!"

"Maaf, saya tidak akan pergi sesuai dengan perintah dari, Non Renata."

"Oh... jadi kamu sekarang melawanku ya! lihat saja, aku akan laporkan hal ini pada, Mas Leo!" ancam Dita.

"Silahkan saja, saya nggak takut. Karena anda sudah bukan lagi istri, Den Leo. Jadi anda tidak berhak mengatur saya. Yang berhak mengatur dan memerintah saya adalah, Non Renata."

Si bibi sudah paham dengan sifat, Dita. Karena dia bekerja dengan Leo sudah cukup lama. Dari Leo masih kecil hingga Leo sudah tidak punya orang tua lagi.

Pagi menjelang, pada saat berada di meja makan untuk sarapan, Leo tiba-tiba berkata," Rasti-Resti, nanti berangkat sekolah diantar oleh, Mamah Dita ya?"

"Baik, pah," jawab Rasti.

Tapi tidak dengan, Resti," nggak mau, pah. Aku diantar Mamah Renata saja."

Leo mulai naik pitam," nggak usah membangkang, di antar Mamah Dita!"

"Mah, aku maunya sama Mamah Renata saja," rajuk si kecil Resti dengan mata berkaca-kaca, membuat Renata tak tega.

"Mas, biarkan nanti aku yang mengantarkan Resti. Lagi pula, sudah biasa bukan, setiap hari aku mengantarkan si kembar sekolah."

"Diam kamu! Resti-Rasti, ke sekolah diantar Papah saja, nggak usah ada yang protes! biar Mamah kalian di rumah saja. Dita, kamu juga istirahat saja di rumah ya," ucap Leo.

Hingga akhirnya, Leo yang mengantarkan si kembar ke sekolah. Sedangkan Renata dan Dita di rumah saja. Si kembar di dampingi oleh baby sitter.

Pada saat Leo sudah pergi, Dita menghampiri Renata yang sedang sibuk merapikan meja makan di bantu oleh, bibi.

"Heh, pasti kamu telah menghasut Resti hingga benci padaku!" tiba-tiba Dita mendorong tubuh Renata dan hampir saja piring yang di tangan terlepas, jika tidak di tolong oleh bibi.

"Bi, tolong bawa ini ke dapur ya."

Renata memberikan piring tersebut pada bibi, dan bibi lekas membawanya ke dapur.

Tetapi si bibi penasaran dengan apa yang akan terjadi pada Renata dan Dita, hingga dia mengintip dari balik tembok.

Renata tak gentar, dia mendekati Dita hingga kini mereka hanya berjarak satu inci saja," heh, kamu pikir aku tidak tahu apa yang ada di otakmu itu, hah? aku yakin kamu nggak sakit apapun, itu semua hanya tipu muslihatmu saja! asal kamu tahu ya, aku tak pernah mengatakan keburukanmu pada, si kembar."

"Apa kamu lupa, dengan semua yang kamu perbuat pada, mas Leo dan si kembar? sudah pergi dan menggugat cerai sendiri, kini malah datang lagi! dasar muka tembok dan tak punya rasa malu!"

Dita semakin tersulut emosi pada saat mendengar ucapan Renata. Tangan kanannya melayang dan pada saat akan menampar, Renata. Secepat kilat Renata menepisnya, bahkan memelintir tangan, Dita.

"Aahh.... sakit... dasar wanita barbar! aku tidak akan tinggal diam, karena aku akan melaporkan hal ini pada, Mas Leo. Dan aku yakin, kamu pasti akan kena marah. Atau perlu di talak sekalian oleh, Mas Leo!"

Renata melepaskan cekalan tangannya pada lengan Dita seraya mendorong tubuhnya hingga membentur tembok. Renata mencengkeram rahang Dita," coba saja kamu mengadu, kamu pikir aku takut denganmu? bahkan saat ini juga aku bisa mematahkan lehermu ini jika aku mau!"

Dita ketakutan melihat amarah yang berkobar pada diri Renata. Tetapi dia menutupi rasa takutnya, karena gengsi.

"Dasar wanita barbar! pantas saja si kembar tumbuh seperti itu, gara-gara didikan dari wanita seperti dirimu. Aku heran, kenapa juga Mas Leo mau menikah dengan wanita kasar seperti dirimu!"

Renata tersenyum sinis," aku memang seperti ini, tetapi aku setia tidak seperti kamu yang tukang selingkuh. Heran saja aku pada, Mas Leo. Mau saja berbuat baik pada wanita rendahan sepertimu! kamu sudah di campakkan oleh selingkuhanmu, hingga ingin kembali pada, Mas Leo. Hadapi aku dulu!"

Dita diam saja, di dalam hatinya sudah bersumpah serapah karena perlakuan kasar Renata padanya.

"Sombong sekali! jika aku tidak bisa mendapatkan Mas Leo dengan cara halus, aku akan melakukan dengan cara kasar! dan aku tidak akan tinggal diam, setelah mengetahui musuhku ini bar-bar, aku akan lakukan hal licik!" batinnya kesal.

Renata melepaskan cengkraman tangannya pada rahang Dita," kenapa diam? oh ya aku tahu, otak jahatmu sedang bekerja untuk memikirkan cara bagaimana supaya bisa menyingkirkan wanita barbar yang ada di hadapanmu ini, bukan?"

Renata sama sekali tidak takut dengan ancaman apa pun dari, Dita. Dia bukan wanita lemah seperti yang sempat Dita pikirkan selama ini. Renata melanjutkan pekerjaannya lagi menata meja makan, sedangkan sang asisten rumah tangga yang sempat melihat perdebatan itu, kini beralih ke dapur.

"Sat set sat set! wah keren sekali ternyata, Non Renata. Aku baru tahu, jika dia itu berani. Sangat bagus dan aku akan selalu dukung, setidaknya si tukang selingkuh itu, tidak bisa seenaknya sendiri di rumah ini!"

"Apa yang di katakan oleh, Non Renata semua benar adanya. Si tukang selingkuh itu, memang tidak tahu malu!"

Terus saja si bibi mengumpat sambil mencuci piring. Hingga satu teguran membuatnya terlonjak kaget," siapa yang tak tahu malu, bi?" Renata meletakkan piring kotor yang tertinggal di meja makan ke atas wastafel.

"Astaghfirullah aladzim, non bikin kaget bibi saja. Si tukang selingkuh si Non Dita, dia kan nggak tahu malu," ucap Bibi dengan rasa malunya.

"Hemm..... pasti bibi tadi menguping ya?" tegur Renata.

"Hehehehe... sedikit doang kok, non. Maafkan saya ya, non.. Habisnya saya juga nggak suka dengan si tukang selingkuh itu!"

Renata menasehati bibi, supaya tidak menuruti apa pun yang di perintahkan oleh, Dita. Supaya Dita tidak keenakan berada di rumah Leo.

Sore menjelang....

Di saat sedang bersantai, Dita menghampiri Leo yang sedang ada di teras halaman seorang diri.

"Dita, kenapa kamu menangis? apakah ada yang sakit?"

"Ada, mas. Tapi hati ini yang sakit, istrimu itu kasar sekali padaku. Lihatlah, lenganku ini!"

Dita menunjukkan lengannya yang sudah dia buat seolah biru karena bekas di pukul.

"Astaghfirullah aladzim, apa yang telah Renata lakukan padamu?"

"Dia nggak suka aku tinggal di sini, mas. Dia memintaku untuk segera pergi dari sini. Jika aku tetap bertahan, dia akan melakukan lebih dari ini."

Dita pintar sekali bersandiwara, hal ini membuat Leo percaya saja. Dengan penuh kemarahan, ia pun memanggil Renata dengan suara lantang.

"Renata!"

Terpopuler

Comments

amilia amel

amilia amel

hadewwww laki" yg nggak pantas mendapatkan cinta dan perhatian renata... laki" nggak punya pendirian😤😤😤

2023-04-18

2

holipah

holipah

lanjutkan

2023-04-18

1

G

G

lanjut trus thooorrrrrrr

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!